Petak Umpet Joe
i ingat, apakah kekeliruanmu menyebabkan masalah bertamb
*
t!! K
rdengar nyaring
Itu aku dan malam-malam gini masih saja sibuk ngetuet dengan komputer menyala. Tugas kantor yang
hatnya tiga kali, tapi masih
n tanganku masih sibuk memainkan keyboard komputer. P
n memang sela
kan di narasi awal, umurku kurang lebih segitu. Mewarisi kulit putih tampang khas Korea dari ibuku dan watak jawa dari ayahku. Siapapun pertama kali melihatku pasti mengira aku adalah oppa-oppa korea. Identik dengan jogetan maut membuat
di mana akan kuce
enit b
sudah sep
i keyboard komputer. Mataku sedikit li
p pojok kanan bawah layar Komputer, meraih salah satu kertas dan menan
Cepat. Sangat cepat hingga ekor penglihatanku memahaminya. Aku yakin itu
leh kanan kiri, m
hanya komputer di mejaku saja masih menyala. Gelap, apalagi pojok ruangan dan jendela kantor yang tertutup tirai membuat ruanga
ng. Aku mengambi
suk dari Mei
a langsung berteriak lumayan keras k
eira. Napasku masih ter
asih di kantor." Jawabku mulai merapikan meja
upa kan, hari
lan di meja, tangg
" Katak
ada acara penting kan. Jangan bilang kamu lupa!?" Meira mulai
am telpon sedikit lebih keras karena suara dalam kafe sedikit ramai. Aku mendengar satu dua orang bercakap-cakap lalu kemudian t
koe iki. (Aduh, kok bisa aku lupa lho, aduh
anak tangga, mematikan lampu ruangan sebelum benar-benar meninggalkannya. Sa
Aku lagi nungguin k
ya
nutup
mereka sepintas terlihat di dalam ingatanku. Begitu banyak memori masuk, tapi yang masih kuingat betul adalah semasa MOS. Saat itu pernah ada c
erutuku. Aku tersenyum
l yang masih terparkir. Sisanya hanya hamparan beton sejauh mata memandang. Astaga benar-benar bikin meri
enai wajahku. Sebelum masuk
u hujan?
aku buru-buru masuk ke dalam. Menyalakan m
a satpam menyapaku di ujung pin
cepet mau pulang." Kataku asal. Padahal
tepat gitu." Satpam itu tertawa. Lalu menekan tombol guna
amit secepat mungkin. Menyusu
gemudikan mobil. Berberapa kilometer lagi aku akan sampai di kafe tempat reuni.
sebela
nggak makan bany
u cepat secara bertahap. Dan apa ini. Air liurku tida
ku usap
an mobilku segera. Bergegas mas
g biasa datang bersama pasangannya memesan dua gelas Ice taro latte. Aku
ada rombongan yang datang ke sini untuk acara reuni. Barista itu berkata, "
u maksu
s piring yang ditumpuk, gelas dan tisu yang berserakan. Acara makan-maka
acara reuni SMA
u masih berdiri tidak percaya.
dah kemba
!! Ds
ponselku. Aku membuka
i ia akan marah-marah karena aku
o. (Udahlah gak
ah. Entah apa yang mereka rencanakan, alasannya mereka ingin mengenang kembali masa-masa SMA. Awalnya aku nggak setuju dan mau pulang. Tap
ni ke asrama s
apa
iar bagaimanapun ke asrama sekolah rame-rame b
li ke mobil tancap
ku mulai gelisah atas apa yang mereka pikirkan malam ini. Kupikir hanya
ah kecepat
g basah karena rintik hujan, pepohonan yang terhayun kanan kiri karena angin seakan mengatakan ada sesuatu yang tidak biasa terjadi malam ini. Tenagaku habis.
kan ikatan dasi, me
berdering
ihatnya
k. Mungkin
ponsel, kecepatan mobilku kukurangi ak
Akmal yang mengusulkan. Ia membacakan aturan mainnya, larangan, dan cara menyelesaikannya. Cepatlah. Mereka sekarang udah mau ngelakuin semacam
esai me
gi-bengi ngene. (Ini gimana sih, maksudnya lho,
idak terlalu jauh, tapi
m tanganku
sempat.
kasus mengerikan. Jaraknya yang lumayan juga jadi salah satu faktor para siswa luar kota enggan menempati bangunan tersebut, kebanyakan lebih memilih kos dekat bangunan s
sekolah dengan cara lompat pagar belakang. Saat melewati jalan asrama. Ia mendapati banyak siswa tengah menempati gedung asrama tersebut. Padahal pihak sekolah belum mengizinkan gedung tersebut dihuni oleh siapapun. Yang ia lihat justru sebaliknya. Awalnya ia
perti gedung terbengkalai lainnya. Warna cat dinding yang sempurna membuat siapap
. Benar sesuai dugaannya, gedung itu kembali menjadi gedung tanpa penghuni. Bayangan mata yang ia kira gedung baru dengan warna menyala sekarang menjadi gedung
h. Sebelumnya
tis, dengan cepat dia berlari sekua
ang anak tak kunjung pulang. Si Ibu mencoba menelpon wali kelas sang anak. Wali kelas menjawab bahwa sang anak tidak masuk sekolah hari ini. Kendati mulai cemas, sang ibu malah menganggap enteng keperg
i ditelan bumi. Seperti te
*