Petak Umpet Joe
etaplah berusaha tenang mesk
*
ra
ku. M
SMA. Aku baru datang ketika acara sudah dimulai. Rada malu sih tapi aku
rgi sama Iqbal, kekasihku. Tapi kuurungkan niatku ketika tahu Iqbal masih ada tugas kantor. Numpuk banget malahan, hingga ia minta maaf padaku nggak bisa jalan bareng. S
ngomong kan kalau malam ini ada acara kumpul alumni?" tan
anya nyusu
tuh. Terus ngapa
an tertentu dan aku tidak bi
afe terdenga
ua orang. Aku melihat barisan mobil dan motor yang terparkir. Kuhar
kafe. Ia mendapati kami berdua tengah mengobrol, tidak lekas masuk.
yum. Balik
u keluar. " Rada kikuk. Astaga. Aku menyalaminya. Beg
a nggak ketemu harus canggung kan." Citra ter
tadi?" ta
ia kelihatan habis pulang kerja, masker yang ia kenakan dan jas putih ia bawa di tangan kanan tandanya. Ia bekerja di salah satu rumah sakit ternama k
lihatan cantik sekali. Cocok memakai kemeja biru dengan rambut hitam terj
nya pujian itu cocok tuh b
leh tida
. Nawal menunjukkan ekspresi aneh dengan menaikkan dan mengeru
terk
elas dan langsung membuat wajahku
ikit keras. Hingg
!! Selamat Ra. Astaga, kabar gembira banget
asnya deng
ska
w sama
ue?" kata
ih lama. Wkwkwk." Kekeh C
g tapi ujung-ujungnya kena ghosting. Kan jad
tanya Citra
ara malu atau seneng. Memang begitu kenyatannya. A
." Sin
has ini sih." Tambahk
Nawal juga tersenyum dan menyikutku berkali-kali karena saking saltingnya ak
ntang lam
rar suci. Tentu saja kaget. Aku yang saat itu hendak pergi bekerja dikejutkan dengan panggilan Mama menyuruhku datang ke
tang ia melihatku dan tersenyum. Papa juga melakukan hal yang sama. Aku duduk di sam
emua tergantun
. Ambil napas terlebih dahulu seperti di fi
itu. Iqbal memb
ya c
epat, hanya enggangan napas yang bisa kurasakan. Waktu terasa melambat, de
Aku mera
*
telah itu diadakan permainan kecil-kecilan hingga akhirnya kami tertawa bersama-sama. Acara ini berakhir dengan menonton v
k ta
pun be
r ponselku berharap ada notif dari Iqbal. Ia sudah janji untuk datang tapi tidak ada
engkrama dengan sesama. Berberapa memang ada yang sudah pulang, berp
udah melihatnya. Semua orang yang hadir hanya sekitar dua puluh lima persen dari total jumlah angkatan kami. Men
ama Nawal." A
kata Haniyah dengan n
rang ini sejak awal masuk SMA. Setiap kali berurusan dengannya aku akan selalu mengalah dan tid
qbal. Aku terlebih dahulu mengangkat tangan dan memesan secangkir kopi pad
adi?" ulangku.
Iqbal. Ke
kantor, bentar lagi
cara reuni ini. Solidaritasnya perlu dipertanyakan" Kata Haniyah ketus. Astaga ini orang, s
gontrol
kupikir nggak ada untungnya naik darah kepancing em
hidup semati sama lo." Kata Haniyah spontan, meminum jus sirsaknya. Ia mengambil tisue dan membersihkan sisa busa di bibir merahnya. Berdeham sebentar. Kasar sekali omongannya. Mendengar hal itu, aku semakin
denger gak!?" nadanya sed
aku harus menepati janjiku pada
obrolannya dengan Citra dan beranjak dari tempat dud
pat di telinga Haniyah. Suaranya mengancam sekali sambil
am. Tidak ber
ebelah sana." Nawal tersenyum padaku. Aku menatapnya, membalas dengan senyuman. sebenarnya
elayan kafe kembali dengan secangkir kopi h
Kataku p
up
kur." Sambungku. Aku me
arena melihatku diserang Haniyah tadi. "Emang bener l
aja tersedak
sue dan memb
lagi sih Wal." K
lagi dong buat jaga
ahan kopi masih t
abku singkat menat
umnya. Ekspresi nawal memaklumi apa yang barusan kukatakan. Aku merapikan rambutku, k
r?" tanya Nawal
Ekspresik
. Oiya gimana cu
ang lah, sesekali berbicara masalah harga tas di toko online lagi ada diskon atau hal-hal sepele seperti bangu
u menghabiskan teg
h keramaian menjadi surut diam. Ia menuju ke tengah kerumunan. D
ndapat ni guys."
kan?" tanya Akm
udah kelar mumpung kita masih disini. Gue mau ngusulin gimana kita nostalgia l
bicara satu sama lain
n kalian malam minggu pasti nggak ngantuk, oleh karena itu ki
Pergi ke sekolah malam-malam dan berkerumun akan menjadi masalah serius ji
mengangk
ah? Untuk melihat-lihat d
ta main sesuatu." S
bukan anak kecil"
ror, berani?" kata Akmal sukses membuat kami
rempuan di pojokan. Ia men
annya berhasil aktif tapi itu jarang. Gue lebih sering gagal ngaktifin permainan
la. Sepertinya mereka setuju. Aku dan Naw
gacungkan
lulus, udah nggak sekolah di sana. Tentu bakal dilarang." Aku menge
baik kita pulang aja sekarang." Kataku
aja. Nggak
i udah malam, jangan car
katanya sering gagal dimainin. Jadi aman. Takut bange
aktif?"
ni kesempatan buat Iqbal ikut acara reuni.
Semakin takut dan ber
bersama Iqbal. Di sisi lain aku juga tidak tega kalau meningg
yang harus
gacungkan t
apor polisi. Atau kalau kita diperbolehkan dan dapet iz
rpikir s
na He
bengkalai, aman dari siapapun yang tau cuma
angker. Ya ampun."
asih aja percaya gitu-git
u mengabari Iqbal lewat sms bahwa kami akan pergi menuju g
ga saja perkataan Akmal benar. Permainan ini jarang b
qbal secepatnya datang
Tanganku
*