icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Petak Umpet Joe

Bab 2 Terror Asrama

Jumlah Kata:2204    |    Dirilis Pada: 03/07/2022

kulitnya saja. Sementara dagingnya ak

*

udah

jeruji besi tergeletak berserakan seperti ada yang masuk de

lanan ini hanya diterangi oleh lampu setapak empat meter dari sini. Pagar yang melingkar membatasi

i pagar hanya siluet

. Bukan 'mereka yang tak terlihat' hanya rumput tersisir ke sampingl

kaca mobil seb

st

du

a benar. Senter adalah satu-satunya sumber pencahayaan disini. Walaupun dari ponsel juga bisa tapi aku ingin menghemat

udah

celah pintu. Gerigi karatan ini berbahaya kalau menggores kulit. Aku dengan hati-hati melewatinya. Berada di apitan dua gedu

tidak kelihatan apakah

n-te

lian." Kat

elanjutnya akan ada lampu menyala mengitari bangunan dan ucapan selam

n dinding, wastafel di sebuah pilar yang ditumbuhi rumput liar, tanaman yang merambat di sela-se

sembunyi

n karena ini sudah

angan berjala

akan suara di belakangku. "Hei!! Tunggu!!" kataku berteriak. B

terdapat tangga menuju lantai atas. Bekas becek tapakan k

garahkan cahaya senter ke dinding gedung ini. Ponstur orang tersebut tida

i dikejar sesu

lorong yang gelap. Aku menelan ludah

terbagi menjadi berberapa bagian, total jumlah asrama ada 10, yang pertama dan p

ap. Aku menyenterkan p

kan, di setiap kanan kiri dibuat kamar yang saling berhadapan satu sama lain. Satu kamar bisa muat enam orang, dan jumlah kamar di s

ruangan. Maka, aku akan menghabiskan delapan belas ruangan secara total

aku bisa m

ai dua, dan masih ada lantai tiga. Kemungkinan jumlah kamar akan sama persis seperti lantai satu dua. Kare

elaskan semua ini? Kupikir an

dua. Aih!! Suasananya mencekam banget. Hawa dingin yang kurasakan serasa me

Menyoroti setiap bagian lorong, pintu yang rusak, fentilasi atas pintu juga tertu

angkah selalu saja tersandung bat

rtinggal. Ruangan ini kosong dengan langit langit bocor, asbes yang berlubang

dak ada yang berani mengalih fungsikan bangunan ini. Bisa dengan memperbaikinya atau menjua

so

i berisikan tumpukan batu kusam, be

nghela

g perlu dicema

eda dengan kamar sebelumnya. Tidak ada t

njutkan

kk!

rasakan mengibas habis belakang kepalaku. Begitu cepat dan sakit s

*

sekarang kepala

gal karena debu. Batuk. Pandangan masih kabur, tubuhku mulai terasa be

nya yang sudah kujumpai sebelumnya. Kuraba sekitarku, hanya tanaman liar yang merambat melalui jendela yang ru

mencari sos

ala lo tambah sakit." Suara

ersebut. Aku teringat kembali kalau senter yang

gi suara itu. Bagian belakang kepalaku masih terasa sakit saat kugerakkan sedikit cepat. Spontan aku men

berharap mengenali siapa yang tega melakukan hal ini terhadapku. Ia mengenakan swe

n wa

tnya lebih jelas. Aku kenal orang ini. Royyan. Ketua angkatanku. Anak Mipa sam

an dulu senter itu." Kat

kan nafas panjang lalu duduk di depanku.

adak aku naik pitam. Yang memukulku dengan

satun

res

man benda tumpul tersebut sukses membuatku parno. Bisa gawat kalau gini. Mataku

ya, sedikit ada penyes

kalau lo

leh tida

" tan

Kata Rayy

tika Rayyan mengatakan dengan jelas 'Arwah' di depanku tanpa sadar bulu kudukku berdiri.

ke tempat ini." Nada Rayyan berubah pasrah, raut wajahnya terlihat lelah. S

rkataan Rayyan barusan tidak kupahami. Aku di

ham lo ngomon

yyan mengawasi area luar. Ia berdiri dan beranjak ke depan pintu, mengintip keluar lagi. Kepalanya sedikit demi

ni buat je

ela Rayyan memo

sedikit

ra k

gan yang lain. Semenjak permainan ini dimulai semua orang langsung lari. Tanpa terkecua

mainan ini jika nggak ada satu

pingsan, sekarang elo malah nyerocos nggak jelas tentang permainanan, tentang arwah. Eh, cuy yang bener aja dong, gue

uni kan?" Tan

tidak m

pak seperti dua orang baru pubertas

dah selesai satu jam

situasinya

percaya. Mebuang

gak serius tentang permainan sedari tadi ia bicarakan, memenangkan permainan

buk?"

yan langusng m

mata gue kelihatan bercanda, hah?

tegang tiba-

seketika. Seperti

enyeruak. Detak jantungku berpacu cepat. Kami saling

tiba Ssstt!! Padam. Dengan buru-buru Rayyan mengeluarkan korek api dan menyalakan

nya be

utan dan berberapa patung rusak. Tidak ada yang aneh hingga sam

" Suaraku

kulit pucat pasi. Astaga apa yang tengah kulihat kali ini. Rayyan menoleh. Gadis itu menghadap ke arah kami. Tidak bergerak sama sekali seperti pa

ihat sedikit pendek. Pakaiannya lusuh kotor. Wajahnya menyeramkan dengan luka

terbata-bata Rayyan melangkah mundur. "Kalau lilin m

erkataannya tapi kal

kananku. Bangkit dari jongkok aku menga

ari ruangan in

!" ba

a melewati perempuan itu. Aku hampir saja menepuk jidatku. Keringat dingin

g ia sandarkan, itu pasti kayu

Apa yang ia renca

dekat, sorot cahaya senter kini semakin memp

berseru tertahan

ruhku untuk diam. Kepa

persis mel

h wajah menyeramkan itu menat

nelan

engan bola mata putih sepenuhnya, wajah kusam dengan mulut penuh darah.

Ia masih berdiri mematung

or. Lilin yang kubawa terombang ambing karena langka

kami pun ikut melambat. Tapat di hadapan gadis itu Rayyan sudah menyiapkan balok

Haniyah. Bergerak di hadapan tatapan kosong menyeramkan itu. Bola mata putih tanpa pupil, urat-

melew

st

etika aku sud

nelan

rhh

yah kencang sekali hingga terdengar di telingaku. Aku berusaha berdiri. Apa yang terjadi

kam bahu Rayyan hingga terjatuh di atasnya. Rayyan berusaha men

" teria

. Berlari dan mendoron

kata Rayyan. A

a untuk menyal

*

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka