Petak Umpet Joe
kulitnya saja. Sementara dagingnya ak
*
udah
jeruji besi tergeletak berserakan seperti ada yang masuk de
lanan ini hanya diterangi oleh lampu setapak empat meter dari sini. Pagar yang melingkar membatasi
i pagar hanya siluet
. Bukan 'mereka yang tak terlihat' hanya rumput tersisir ke sampingl
kaca mobil seb
st
du
a benar. Senter adalah satu-satunya sumber pencahayaan disini. Walaupun dari ponsel juga bisa tapi aku ingin menghemat
udah
celah pintu. Gerigi karatan ini berbahaya kalau menggores kulit. Aku dengan hati-hati melewatinya. Berada di apitan dua gedu
tidak kelihatan apakah
n-te
lian." Kat
elanjutnya akan ada lampu menyala mengitari bangunan dan ucapan selam
n dinding, wastafel di sebuah pilar yang ditumbuhi rumput liar, tanaman yang merambat di sela-se
sembunyi
n karena ini sudah
angan berjala
akan suara di belakangku. "Hei!! Tunggu!!" kataku berteriak. B
terdapat tangga menuju lantai atas. Bekas becek tapakan k
garahkan cahaya senter ke dinding gedung ini. Ponstur orang tersebut tida
i dikejar sesu
lorong yang gelap. Aku menelan ludah
terbagi menjadi berberapa bagian, total jumlah asrama ada 10, yang pertama dan p
ap. Aku menyenterkan p
kan, di setiap kanan kiri dibuat kamar yang saling berhadapan satu sama lain. Satu kamar bisa muat enam orang, dan jumlah kamar di s
ruangan. Maka, aku akan menghabiskan delapan belas ruangan secara total
aku bisa m
ai dua, dan masih ada lantai tiga. Kemungkinan jumlah kamar akan sama persis seperti lantai satu dua. Kare
elaskan semua ini? Kupikir an
dua. Aih!! Suasananya mencekam banget. Hawa dingin yang kurasakan serasa me
Menyoroti setiap bagian lorong, pintu yang rusak, fentilasi atas pintu juga tertu
angkah selalu saja tersandung bat
rtinggal. Ruangan ini kosong dengan langit langit bocor, asbes yang berlubang
dak ada yang berani mengalih fungsikan bangunan ini. Bisa dengan memperbaikinya atau menjua
so
i berisikan tumpukan batu kusam, be
nghela
g perlu dicema
eda dengan kamar sebelumnya. Tidak ada t
njutkan
kk!
rasakan mengibas habis belakang kepalaku. Begitu cepat dan sakit s
*
sekarang kepala
gal karena debu. Batuk. Pandangan masih kabur, tubuhku mulai terasa be
nya yang sudah kujumpai sebelumnya. Kuraba sekitarku, hanya tanaman liar yang merambat melalui jendela yang ru
mencari sos
ala lo tambah sakit." Suara
ersebut. Aku teringat kembali kalau senter yang
gi suara itu. Bagian belakang kepalaku masih terasa sakit saat kugerakkan sedikit cepat. Spontan aku men
berharap mengenali siapa yang tega melakukan hal ini terhadapku. Ia mengenakan swe
n wa
tnya lebih jelas. Aku kenal orang ini. Royyan. Ketua angkatanku. Anak Mipa sam
an dulu senter itu." Kat
kan nafas panjang lalu duduk di depanku.
adak aku naik pitam. Yang memukulku dengan
satun
res
man benda tumpul tersebut sukses membuatku parno. Bisa gawat kalau gini. Mataku
ya, sedikit ada penyes
kalau lo
leh tida
" tan
Kata Rayy
tika Rayyan mengatakan dengan jelas 'Arwah' di depanku tanpa sadar bulu kudukku berdiri.
ke tempat ini." Nada Rayyan berubah pasrah, raut wajahnya terlihat lelah. S
rkataan Rayyan barusan tidak kupahami. Aku di
ham lo ngomon
yyan mengawasi area luar. Ia berdiri dan beranjak ke depan pintu, mengintip keluar lagi. Kepalanya sedikit demi
ni buat je
ela Rayyan memo
sedikit
ra k
gan yang lain. Semenjak permainan ini dimulai semua orang langsung lari. Tanpa terkecua
mainan ini jika nggak ada satu
pingsan, sekarang elo malah nyerocos nggak jelas tentang permainanan, tentang arwah. Eh, cuy yang bener aja dong, gue
uni kan?" Tan
tidak m
pak seperti dua orang baru pubertas
dah selesai satu jam
situasinya
percaya. Mebuang
gak serius tentang permainan sedari tadi ia bicarakan, memenangkan permainan
buk?"
yan langusng m
mata gue kelihatan bercanda, hah?
tegang tiba-
seketika. Seperti
enyeruak. Detak jantungku berpacu cepat. Kami saling
tiba Ssstt!! Padam. Dengan buru-buru Rayyan mengeluarkan korek api dan menyalakan
nya be
utan dan berberapa patung rusak. Tidak ada yang aneh hingga sam
" Suaraku
kulit pucat pasi. Astaga apa yang tengah kulihat kali ini. Rayyan menoleh. Gadis itu menghadap ke arah kami. Tidak bergerak sama sekali seperti pa
ihat sedikit pendek. Pakaiannya lusuh kotor. Wajahnya menyeramkan dengan luka
terbata-bata Rayyan melangkah mundur. "Kalau lilin m
erkataannya tapi kal
kananku. Bangkit dari jongkok aku menga
ari ruangan in
!" ba
a melewati perempuan itu. Aku hampir saja menepuk jidatku. Keringat dingin
g ia sandarkan, itu pasti kayu
Apa yang ia renca
dekat, sorot cahaya senter kini semakin memp
berseru tertahan
ruhku untuk diam. Kepa
persis mel
h wajah menyeramkan itu menat
nelan
engan bola mata putih sepenuhnya, wajah kusam dengan mulut penuh darah.
Ia masih berdiri mematung
or. Lilin yang kubawa terombang ambing karena langka
kami pun ikut melambat. Tapat di hadapan gadis itu Rayyan sudah menyiapkan balok
Haniyah. Bergerak di hadapan tatapan kosong menyeramkan itu. Bola mata putih tanpa pupil, urat-
melew
st
etika aku sud
nelan
rhh
yah kencang sekali hingga terdengar di telingaku. Aku berusaha berdiri. Apa yang terjadi
kam bahu Rayyan hingga terjatuh di atasnya. Rayyan berusaha men
" teria
. Berlari dan mendoron
kata Rayyan. A
a untuk menyal
*