Petak Umpet Joe
atang sambil membawa golok, dia
*
ang terlihat hanya kegelapan. Lantai kotor dan dinding bak hutan ini membuat kami kesulitan mendeteksi jejak Rachel dan kawan-kawan. Maklum
da di belakang kami. Formasi belah ketupat. Ketika ada bunyi aneh dari arah depan A
uno ketika bayi lahir, di sekitar tempatnya pasti terdapat nyala api berupa lilin, memang masa itu tidak ada cahaya lampu jadi ora
, di sini ada penjaga. Seseorang yang tubuhnya
u lurus akan menuju balkon depan, kalau ke k
ia memegang pemotong gembok yang ia bawa mulai dari gerbang utama hingga sekarang. Ia bersenjata, itulah sebabnya dia berada
m
n pencarian men
curigakan. Kosong, sama seperti kamar lainnya. Langit-langi
m bau
gan lupa korek api
satu persatu. Dap!! langkah Akmal mendada
Mungkin karena berhenti mendadak dan pan
intip, sebenarnya ada apa di depan sana. Akmal mundur selangkah. Nawal pe
kita menemukannya? karena penasaran aku berjalan ke
?!" tany
ih Mal." Kataku. Memang be
embelakangi kita di ujung anak tangga. Karena cahaya lilin kami sekarang bisa melihatny
nah basah. Kenapa orang itu diam saja. Tapi tunggu, di mana yang la
egan macam apa ini. Persis film horror. Seorang berdiri mematung di kegelapan. Ia memunggungi kami dengan atmos
l. Nekat nerobos menghampirinya. "Han. Yang lain mana?" t
jawaban sa
pah. Kami berti
an tidak berkata sama sekali semenj
juga. Sedetik kemudian lilin Nawal mati. Bulu kudukku langsung merinding. Kead
langsung lar
Haniyah. Seperti menyebet super cepat, Nawal terjatuh sangking kage
njerit.
Haniyah pergi
Haniyah mendesis kencang. Tanpa ampun ia menyeret Nawal m
a tepakan kaki yang menggema. Suara riu
erlari sa
kegelapan. Kejar-kejaran terjadi. Jantungku berdebar hebat.
HENTI!!" t
kan. Bodo amat dengan permainan ini yang jelas Nawal sudah dalam bahaya. Aku mengambil batu. Berlari lagi. Melemparka
terlihat. Gera
diri pasrah diseret Haniyah. Wajahnya berdarah-darah. Pelipisnya robek menyamping
endor. Ia masih keras kepal
ti!!" t
ak
, berberapa bagian tubuhku sobek tidak sengaja terkena serpihan kaca. Kepalaku juga menghantam batu-batu sekitar
n mendekat. Lang
saha mengingatkan mereka kal
rti, dia paham situasi. "Jangan lupa lilinnya." Kata Akmal mengingatkan dan langsung pergi. R
Kata Rayyan men
" Katak
setengah berlari. Napasnya tersenggal-senggal juga. Tangannya juga bergetar, aku
kses te
permainan menj
erti orang ketakutan. "Mal! Sorry." Kata Rayyan menuruni anak t
sebenarny
imana?"
dung sembilan. Entah kenapa aku menitihkan air mata. Melihat gedung sepuluh lantai tiga yang kosong kami tinggalk
irnya p
*
ebelumnya tapi mencoba mengendalikan dirinya. Mengejar sampa
kebin
dan Citra data
ak tau." Jawab Rachel. "Coba ke at
rssh
tra. Tiba-tiba saja kejadian sadis ini terjadi. Darah bercucuran keluar dari tubuh Kholqi, ambruk begitu
n jatuh ke la
bayang hitam. Ada seseorang dari balik kegelapan itu. Ia menginjak kepala Kholqi.
Abid. Ia tampak murka. T
nendang kuat-kuat kepala Kholqi ke arah Abid.
begidik melihat raut wajah Kholqi menatap kosong. Mulutnya terbuka dan mengelu
ju lantai dua, tidak memperdulikan nasib dua tema
ok tersebut. Sosok tersebut terdiam sebentar dan langsung menebas tangan Adlan secepat kilat. Dalam
dengan kondisi mengerikan. Abid tidak bisa menahan irama detak jantungnya yang sem
ncana mengulur waktu dengan menyuruh Rachel pergi sementara ia menghadapi sosok itu. Na
i genangan darah segar. Abid pergi untuk selama-lamanya. Rachel mundur kebelakang. Napasnya tidak karuan. Air matanya sudah tumpah sebelum
n hiasan darah segar. Sosok itu perempuan. Perempuan yang tidak dikenali Rachel. Ia
n. Tidak pernah ia set
kas bangkit dan kabur sudah pasti nasibn
itu. Ia berjongkok melihat tubuh Abid terbujur kaku. Caha
i-si
a. Rachel tidak bisa mundur lagi karena
. kalau kubunuh. Nanti jadi nggak seru." Sosok itu menusuk-nusukkan goloknya ke perut Abid. Kelua
bergetar. Bibirnya tidak kuasa b
angan tangan abid. Dan me
. Ia melemparkan tanga
ri sumber suara. Melihat Rachel sekali lagi dan tersenyum. Ia menodongkan goloknya sa
sik sosok itu lalu menunjuk sat
a-apa. Ia hanya menuruti permi
i mana?! Lan!! Lo semua di m
ersenyum simpul ke arah Rachel, dan melangkah mundur di kegelapa
rhadap temannya. Itu Suara Zakky. Ia pergi mencari Rachel dan lainnya. Rachel tau
mayat Kholqi, Adlan, dan Abid yang tergeletak di la
inya sendiri dari kematian. Me
*
sumber pencahayaan yang ia punya. Zakky menelan ludah. Ia sadar kalau sendirian sekarang tapi egon
ke belakang. Ia fokus. Tidak ingin sesuat
Ia mengecek kamar mandi. Nihil. Setiap kali ia bergerak menatap kosong kamar mandi pikirannya selalu terbayang sesuatu kepala muncul dan men
nghembus
lanjutkan
e
nnya
nyalakan lilinnya kembali. Jantungnya berdebar kencang. Tidak meny
tidak kunjung mengeluarkan api. Di sela percikan api, sorot matanya melihat ada sosok berjalan agak jau
l!! Han!! Itu el
lorong. Melihat kanan kiri dan menga
mendadak. Seperti
i sih!." Kata Zak
Tidak ada yang tahu sesu
tipis membuat Zakky begidik ngeri. Tangan ini merambat tepat di kedua matanya. Menutupi pelan dan tera
itu me
ky memohon. Wajahn
. Sensasi basah dan tegang bertambah hebat. Hawa in
*