Menantu Tak Diharapkan
ini, Bima?" Tanya Pak Moko di
ir ke beberapa sekolah yang ku bantu t
ag
u di rumah ini, sebagian gajiny
rpandangan, fokus mer
h menantu sepertimu," pujian sang Bapak it
atapan meremehkan. Sementara yang dipandang itu memilih untuk tak mendengarnya hingga
itu, dapatnya laki-laki miskin. Punya kerjaan pun nggak ada ker
a besar mendadak raut wajahnya berubah. Gerakan kun
ada gaji yang bisa diharapkan!" Bu Moko turut mengompori. Membuat Cakra terhenyak, mengapa sekarang sudah berub
"Mega?" Cakra hendak menahan. Namun, tak sempat, mega sudah melangkah
k sudah tau kondisi saya, mengapa pernikahan ini tetap dilanjutkan? Jika saya tidak lagi dibu
bahunya berguncang. Pun Bu Moko dan menant
beserta isinya!" Desis Pak Moko. Cakra yang hendak menganhkat badan
. Memberikan pertimbangan, yang akhirnya hanya bisa membuat Cakra mendengkus
h di dalam gelas, untuk mendorong
in untuk membalas budi keluarga pamanmu. Selain tetap ber
pamanmu kuanggap lunas, dan kamu bisa bebas dari rumah ini. Jika hingga lima tahun nanti, kehidupa
serasa berhenti sejenak. Persyarata
hidup saya ini sesuai alurnya," Cakra hendak mengak
Moko, menatap tajam ke ara
ke kamar, menyusul Mega. Istri saya," ia m
ata suamiku tadi, selain sebagai suami Mega, kamu pela
n dari yang lain. Wanita itu berdiri, mening
ri. Menggamit tangan Bima u
Menatap datar ke arah c
mahasiswi itu, turut melenggang pergi. Meninggalkan Cakra membuang nafas berat seorang diri. Netra teduh
jadikan satu, sisa sayur yang tadi terbagi menjadi beberapa mangkuk. La
tor, beserta mankuk dan gelas, ke tempat cuci piring. Mencucinya hingga hampir jam seb
di balik selimut tebal, dengan memeluk guling seperti biasanya. Cakra melangkah pelan, mendekati sang istri yang
enangis? Seketika rasa iba menyergap dalam dada. Kecil dari lubuk hatinya, ada
n saja gadis itu tak bisa menyukai cakra yang baru saja di
uduknya, mega membuka mata, dan tat
" Ia m
r?" Gadis i
uami yang menghempaskan badan di atas permukaan sofa. Iya, sejak awal hingga detik ini, Cakra masih s
i membentangkan selimut pun, menghentikan
a berkilah. Memalingkan waj
, tatapan matanya lekat. Tak beralih dari Cakra. Gadis
ngan. Cakra mengangkat sebelah alis, heran dengan sikap mega kali ini. Apalag
dekati dan bertanya lebih dalam, tentang apa yang terjadi padanya. Hingga membuatny
diri. Tak lama, bibirnya tersungging senyum tipi
istri. Hingga beberapa saat, tak ada suara dar
ringat akan ucapan pak moko di meja makan tadi. Sebenarnya, tak ada orang yang menginginkan kehidupan sep
perti Mas Bima, kan?" Mega me
dengan wajah penasaran. Apa gadis itu tidak tau ala
dapatan kal
*