Menantu Tak Diharapkan
g ditunggu sejak tadi. Seperti tamu agung saja, pak ke
uk, kita bicara di sini
beralih ke arah Cakra yang duduk tak jauh da
k Hendra berdehem kecil. Membuat Bima ter
ada setahun beliau ikut mengajar di sin
al satu atap," Bima menyahut tanpa peduli bagaimana
an. Karena yang ia tahu, selama ini Cakra tinggal di rumah pamannya yan
hutang dari keluarga kami. Hingga tidak bisa membayarnya, mak
h tanya dari Pak Hendra. Tatapan taja
emari, antara wajah Bima dan Cakra. Sementara itu, Bima mengangguk tegas. seperti hen
g sudah terbuka. Mungkin ingin bertanya lebih detail, karena penasaran. Namun,
Cakra. guru yang satu itu memang lebih banyak diam, daripada membahas
, ya? Kenapa malah jadi membicarakan orang lain?" Bima berucap, memecah k
tidak ada artinya sama sekali. Bukan begitu, Pak Ca
kan sesama. Kita menyadari saja, bagaimana rasanya bila kita
Pak Hendra yang sudah fokus akan persiapan pembahasannya. Hanya Cakra
enyataan yang sesungguhnya," Pak Hendra menanggapi sambil tersenyum hanga
suatu saat nanti karirnya terus merangkak nai
san kita tadi?" Pak Hendra kembali tersenyum ke ar
baik, pekerjaan saya sudah menu
ingan di sana, ia memilih untuk segera m
u," ucapnya membuat kedua lelaki k
uru sekali?" Pak Hendr
kilahnya, tanpa menunggu jawaban, ia segera angkat
ik sinis, seperti tersirat sebuah ancaman 'awas saja nanti ji
berbunyi melengking, berasal dari tiap-tiap kelas yang memenuhi setiap sudu
iswi yang tingkahnya aneh-aneh saja. Semakin berani menggodanya. Namun, ia mengetahui benar
samping. Mata sebelahnya mengerling, membuat Cakra menggeleng samar. Heran dengan
n kepala. Ketiga siswi itu meringis, tersenyum kecut lal
langkah melewati pintu, orang-orang di dala
udah habis satu jam yang lalu?" Tanya salah satu
n dulu cari sarapan," C
berusia tua yang hanya diam, menatap penuh iba. Ini yang membuatnya cukup risih berlama-lama di dalam kanto
n mata. Diambilnya selembar kertas paling atas, mengamatinya dengan malas. Hingga
etengah abad. Sejak ia masuk di sekolah ini, hanya dengan Bu Nuraini itulah bisa berbagi keluh kesah. So
leh iri, apalagi mengeluh. Kita yakin saja, hukum sebab akibat itu akan tetap ber
h sejak kapan. Biasanya ketika istirahat berlangsung, para guru pun berhamb
menjadi porsi hidup saya,
tiba-tiba sudah menikah. Tanpa ka
Bu. Bahkan dilu
u tadi, sabar. Jalani
*
masing. Rata-rata mereka membawa kendaraan keluaran terbaru, nyaris tak ada y
akang, dari pada tergesa-gesa kare
membuka pintu mobil mewah yang dibawa Pak Sarjito.
utnya, memundurkan m
Pak Hendra. Berada di dalam mo
, Pa
melewati gerbang yang masih dijaga dua satpam
s itu berjajar dua buah mobil berwarna hitam, yang satu dapat dikenali karena milik Pak Moko. Serta ya
kra melangkah ragu menuju pintu yang terbuka lebar. Dari dalam sana
in, semua orang di ruang tamu itu mend
eman-temannya. Sementara Bu Moko menatap dat
juga ya suami Mega?
h pulang, kerja apa
asa di rumah ini. Kemarilah, nak," ucap Bu Moko berjalan mengha
ini," celoteh Bu Moko, benar-benar membuat Cakra tak habis p
*