Menantu Tak Diharapkan
mlaude, membawa penghargaan tertinggi dari pihak kampusnya waktu itu. Kini, ia t
uah SMP negeri, meski hanya sebagai guru honorer yang gajinya tak seberapa. Namun, rasa bangga ke
ugasnya jangan lupa dikerjakan." Titah Cakra siang ini p
ah itu, tak ayal jika ia selalu menjadi idola bagi murid-muridnya. Apa lagi anak perem
," ucap Cakra untuk meng
ng,
u lagi ya, p
r dari kelas itu. Berjalan menuju kantor pun tak luput dari tatapan ke
alu menunggunya setiap hari. Iya, Cakra masih tinggal di rumah Paman. Meski sifat Bibi dari dulu
, karena ada donatur yang membayarnya, dengan alasan ia adalah mahasiswa berprestasi. Kala itu gaji dari kerja paruh waktu u
Cakra siap menjalani aktivitas, lantai kotor debu bercampur minyak berceceran. Hingga ban
nghuni rumah ini, selain Cakra tentunya. Baju-baju itu bercampur begitu
ia hanya bisa menggeleng sambil menghela napas panjang, selama tinggal di rumah itu, ia hanya diperlak
pulang dari pekerjaannya sebagai teller di salah satu Bank. Yang membuat sikap so
tok
lam ini mengetuk pintu kamarnya. Terlihat
o. Ia pun ikut duduk di samping Cakra yan
ya Cakra. Ia menatap heran pada pam
membuat pemilik wajah setengah abad itu muram, sua
Ia raih tangan sang paman dan menggenggamnya
iasa mengalami ini semua," katanya tenang. Namun,
sebuah kesalahan fatal, yang berdampak pada m
ak bisa menjaga anaknya dengan baik," lanjut paman
an Karwo menatapnya sekilas dan kembali menunduk.
pak Sudarmoko yang rumahnya dekat pantai sana. Da
membantu melunasinya." Cakra memberanikan diri bertanya, mesk
, Paman tidak bisa melunasinya. Dan Pak Moko kemarin da
tu, Pa
enatap Cakra dengan pandangan yang sulit dijelaskan. R
amu ...mau menikah dengan anak pak Moko yang pe
kagetnya, hingga ia tan bisa mereaksi apapun. Wajahnya terlihat datar, han
bersedia pun tidak apa-apa. Lagi pula ini Paman yang
alas semua jasa sang paman yang telah merawatnya sejak kecil. Nam
um pernah mencoba merajut cinta, tetapi bukan berarti akan berakhir seperti ini. Menikah dengan
menyebutkan namamu saja. Padahal bel
bagai seorang Ayah, yang tidak mungkin .... " Cakra
tidak akan memaksamu,
. Paman Karwo keluar, menin
u, tergeragap ketika mendapati tirai jendelanya telah benderang. Lampu-lampu bag
kra mendekat, dan seketika berhenti di tempat. Ketika ujung telunjuk sang Bib
yang pagi ini berdiri tegang di ruang tamu. Rupanya ada seseora
benyak berkorban selama ini!" Suara Anggara terdengar la
biar kami bisa terbebas dari hutang
rhutang juga untuk kita semua. Termasuk kamu!" Belum sempat Cakra menjawab. Bi
*