Menantu Tak Diharapkan
i merutuk dalam hati, bodoh sekali pertanyaannya. Memang seumur hidup b
sih bergeming, ia ber
mbil meringkuk memeluk lutut. Wajahnya terbenam, deng
asa iba dengan perempuan yang sepertinya ketakutan itu, tetapi jika ia mendekat, khawatir Mega aka
di, tangannya berpindah, tak lagi memeluk lututnya. Ketika mendongakkan wajah, matanya mengerny
dari yang ia bisa. Mencoba lebih mendekat
h benar atau salah caranya berinteraksi dengan lawan jenis. Perlahan, ia ikut duduk di samping sa
yang latar belakang gadis itu menjadi begitu terpuruk. Cakra yakin, pasti ada sesuatu yan
a kembali berkata. Karena mega mulai berani menatap
as ke bawah. Merasa ditatap begitu, ia lantas tersenyum sambil mengangguk. Baru menyadari gadis pendiam yang ki
lut, tak mampu melanjutkan ucapannya. Dari sini, Cakra bi
ir, ya," Cakra menyela. Gadis itu terkesia
tnya diiringi dengan senyuman. Membuat gadis itu terlihat leb
imuti kembali badan ramping itu. Tak peduli lagi meski
tanya mega ketika C
yang berseberangan dengan tempat tidur besar itu. Tanpa menunggu jawab
Tak butuh waktu lama, ia telah tertidur, tanpa bantal maupun selimut. Bagin
su bejat pacarnya itu masih bergeming. Itulah yang menyebabkan, hing
mbuat pandangannya sedikit berubah. Ternyata tak semua lelaki i
mandangi sosok terlelap. Hatinya terketuk, hingga menggerakkan k
menyelimuti hingga ke lehernya. Mega tersenyum, ka
kan wajah merahnya. Kembali menuju ranjang besar. Kembal
lebih dulu dan mendapati jam dinding yang telah mengarah ke
ngah. Lupa akan kejadian yang ia alami sejak kemarin pagi.
ndengarannya menangkap suara percikan air dari shower
a pasti sedang membersihkan diri. Tak lama pintunya terbuka, dan m
n beberapa helai berjatuhan di pipi dan telinga, hingga menampa
ri menyapa gadis itu, yang ke
rutu, kenapa bodoh sekali pertanyannya? Sudah jelas meg
at di lihat bahwa gadis itu baru saja mengulas sebuah se
h, lagi- lagi Cak
?" tanyanya lagi sambil mengangkat uju
memang sedingin itu, seorang mega? Tanyanya dalam hati. Namun, ia segera ingat akan kondi
"makasih, ya." Gadis itu tak menjawab. Cakra kembali memutar o
tidak bawa alat mandi. Bagaimana?" ia memanc
an mengeluarkan sebuah handuk berwarna biru navy, la
kasih," Ia menjawab sambil melangkah menuju kamar mandi. Namun
ya sudah ada
kkan kepala. Kehabisan akal, Cakra masuk
e lutut, karena lupa tak membawa baju ganti. Mega terperan
mbawa baju ganti. Bisa minta tolong?" gadis it
" tan
akra meminta. Gadis itu mengangguk, meraih tas yan
mbil membolak-balikan tu
itu, sekilas Mega meliriknya sambil mendengus lirih, membuat Cakra terkekeh sendiri. D
ngking dari depan pintu kamar, mem
intu, di luar Ibu mertua telah berdiri de
kamu jam segin
*