Menantu Tak Diharapkan
rhutang juga untuk kita semua. Termasuk kamu!" Belum sempat Cakra menjawab. Bi
tau, salah satu diantara dua pemuda itu menikah dengan anakku!" Sosok
t dalam, ia pasti sedang berada di posisi serba salah. Sementara Angg
ikahi anakku? Kalau begitu, sekarang ju
an suara serak, sambil menangkupkan kedua tangannya.
beralih ke arah Cakra
Pak Moko yang hanya berwajah datar. Lain halnya dengan Paman Karwo, ia mendongak sa
ko." Suara Cakra terdengar tegas. Meski r
kemasi barangmu dan ikut bersamaku
i. Namun, ia masih percaya dengan takdir yang telah digariskan. Semua yang ia ucapkan tad
Mengambil ransel besar untuk memasukkan
an Karwo telah berdiri mematung di
buat apapun," ucapnya lirih. Cakra mendek
membalas budi, atas kebaikan keluarga Paman, sejak
anmu tadi? Menikah dengan wanita yang
ya tau apa yang harus saya la
*
hingga kini belum pernah memikirkan tentang pernikahan sebelumnya. Pernikahan yang ia lewati beberapa saat sebelumnya, ha
i tengah-tengah para tamu yang sibuk memperbi
bertanya sambil sesekali melirik ke arah Cakra, tentunya dengan tetapan sulit diartikan. Hanya satu y
k Moko sambil tergelak. Dan meledaklah suara tawa di ruangan itu, hingga membuat
tawa mereka agak reda. Namun, bukannya menghargai pendat
pertama." Terdengar suara pak Moko. Mulai memberikan perbandingan pada Cakra dan kakak iparn
menjadi bapak mertuanya. Bukannya membela, malah ikut membuat hati panas. Apalagi ibu mertuanya itu, meski hin
di hanya diam dan terus menunduk. Entah apa yang ada di dalam kepala gadis
elama itu pula, sindiran demi sindiran tertuju kepada Cakra yang sel
ada ngantuk." Sosok paling tua di tempat itu berdiri, mengakhiri perbincangan pana
au bersalaman dengan Cakra. Keberadaannya di tempat itu, hanya
pergi meninggalkan ruangan indah ini. Mereka meninggalkan
ati pintu, wanita berbalut gaun mewah itu berbalik. Mera
aru didengar Cakra menjelang acara ijab kabul tadi sore. Gadis itu hanya mengangguk
r bahwa Bu Moko sedang
ta itu mendesis, penuh bisa mematikan. Cakra mengerjap, logikanya belum bi
u telah pergi dari ruangan mewah berantakan itu. Hanya menyisakan suara sepat
g jam satu malam. Tak membuatnya pusing dengan pekerjaan rumah m
rempuan berbaring di atas kasur lembut. Berbeda sekali dengan
a biru dengan motif Mickey mouse membalut seluruh badan hingga menutup leher. Netra yang me
ya terdapat sofa panjang. Tatapan matanya beralih ke sofa itu, apakah ia harus tid
nya membulat ketika sosok bernama Mega itu menggeliat. Gerakannya membuat Ca
ka melihat ada orang lain di dalam kamarnya. Netra yang masih memera
i merutuk dalam hati, bodoh sekali pertanyaannya. Memang seumur hidup b
sih bergeming, ia ber
mbil meringkuk memeluk lutut. Wajahnya terbenam, deng
*