Menantu Tak Diharapkan
ngking dari depan pintu kamar, mem
intu, di luar ibu mertua telah berdiri de
abat itu. Lihatlah, baru saja satu hari pengantin itu melepas masa lajang. B
atap yang sama dengan mertua super jahat. Namun, baginya tak ada pilihan lain, karena
awabnya sambil melenggang pergi, meninggalkan Ibu
yang menatap angkuh padanya. Mereka duduk mengitari meja
a berjalan melewati setelah membu
ahnya terhenti. Lalu menoleh, bersitatap de
Cakra menggeleng tak habis pikir. Apa semua orang di
ya saja!" Bu Moko yang baru datang bersama Mega pun turut bersuara sebelum ia menem
apan pagi," celetuk Bu Moko lagi. Dan anehnya, tak ada pembelaan sama sekali dari Mega untuk su
tenang, lalu kembali mengayunkan kaki menuju dapur ya
et!" suara perintah lagi dari Bu Moko, terdengar
jadwal mengajar pagi. Beruntung, ia punya pengalaman segudang dengan aktivitas di dapur s
ring-piring itu menuju meja makan. Layaknya pelayan restoran, ia harus dua kali berbolak-balik. Yang ter
depan yang berperawakan tinggi dan nampak masih muda. Ia lantas menyimpul
apan nanti saya berang
dekil begitu?" lelaki itu meny
g bertanya tadi mengernyit, mungkin tak percaya bi
u ne
mendengar jawaban itu, sontak membuat lelaki t
a. Seperti tak ada artinya guru sukuan bagi mereka. Karena yang terpenting adalah gaji,
kami bekerja dengan rasa ikhlas, dan gaji trbesar kami adalah rasa
ak-bahak, kecuali Mega yang selalu diam saja. Sementara Cakra yang baru saja sele
nti bisa kenyang, hanya dengan dua kata yang kamu bangga-banggakan itu, hah?" menantu pe
a saja," Nyonya besar di rumah itu berkata pedas, membuat sebagian kepala Cakra terasa
untuk bisa memiliki rumah sendiri," Cakra menyahut penuh keyakinan, tetapi mereka semua sali
an gajimu yang di bawah lima ratus ratus ribu itu?" Ibu mertua bertanya s
tinggal bersama di rumah itu? Mengapa tidak dipermasalahkan? Apa karena gajinya besar?' namun hendak
alah syarat pertama yang harus kamu lakukan sebagai kakak iparku!" anak bungsu di keluarga itu turut berbicara
ran uang dan uang. Mereka menilai seseorang dari uang dipunya. Jika tak ada uang, maka mereka akan
uang jajan rutin," kata Pak Moko. Tegas, tak mau dibantah. Meski dalam hati Cakra m
iap antar jemput aku!" anak pertama di rumah itu tak mau kalah. telah t
n dari yang lain, mereka semua sibuk dengan piring masing-mas
eja, membawanya ke dapur untuk dicuci sekarang juga. ia takut j
k berangkat ke sekolah. Ia harus berangkat lebih awal, karen
warna biru cerah, dengan bawahan celana kain berwarna gelap. Dipadu deng
erdiri di belakangnya. Cakra menoleh, mengu
Memang gajinya nggak besar, tapi jika kita bersyukur, semua aman terkendali," Entah ada dorongan apa, ia m
au nggak sih,
*