Menantu Tak Diharapkan
tu menyapa dengan cengengesan. Sapaan yang tersema
ikan motor di samping mobil yang tak asing lagi baginya. Ia menyipitkan mata, ketika
lahan membuka pintu mobil dan keluar, membawa wajah dengan dagu terangkat. Sombong. Apala
ersuara, sedikit membuat Cakra menelan saliva, bertanya dal
as ngapain disini
n kamu di sini? Apa ini tempatmu mengajar?" Cakra
uh tahun, menjadi donatur tetap di sekolah ini," Bima bersuara
tahun?" G
ini untuk bisa menjadi donatur di sini. Kamu pasti ngga
, sengaja menabrak bahu Cakra hingga guru sukuan itu bergerak dua langkah. Sambil mengama
ak jauh darinya berteriak. Membuyarkan lamunan Cakra yang telah melayang entah kemana. Ia seg
g-masing. Serta beberapa yang lain baru keluar membawa setumpuk b
apa, dan hanya di jawab dengan anggukan kepala s
n suara keras Bima pun terdengar jelas. Membang
sambil melewati pintu dan meny
ruangan itu tersentak tak percaya. Karena mereka telah mengetahui bagaimana kisah pernikahan adik ipar Bima itu.
puan bergumam, ternganga sambil me
ma menjawab antusias. Tanpa peduli jika Cakra sudah sejak tadi merasa kikuk, tak nyaman dengan pembahasan itu. Apala
anya bisa tersenyum getir. Meletakkan tas di atas meja dan menga
u, ia kembali keluar untuk menuju k
Cak
ya masih ada guru lain yang belum masuk kelas. Guru perempuan i
a di antara para guru di sekolah itu, hanya ia seorang yang masih mem
" Jawabny
menikah yang se
ara, nampak Bu ilIndah mema
a,
utang Paman Bapak?" Cecar Bu Indah. Sepertinya kabar pernikahannya memang sudah merebak ke seluruh sud
jalan hidup saya, mungkin," Jawabnya
h, coba kalo saya apa bisa tidur nyenyak?" Gumam
lik musibah pasti tersimpan hadiah yang luar biasa," Jawab Cakra lagi-lagi d
abar ya
ti rasa. Nggak peduli lagi sama hinaan dan cacian," Terangnya dengan
asuk du
yusuri lorong panjang depan kelas y
u sudut kelas itu berhamburan ketika melihat gurunya datang. Duduk di bangku masing-masing, de
semu
ntak anak-anak it
ap belaja
iap," Celetuk salah satu murid perempuan dengan gayanya ya
uuu
edea
itu,
h. Kita mula
dengan celotehan khas anak-anak remaja yang membuat proses pembelajaran semak
suara-suara yang hanya akan membuat panas kepala. Ia memilih untuk beristirah
nya Ibu kantin yang masih sibu
bnya. Lantas memilih camilan ringan yang sudah disediakan di atas meja kasir. Karen
ekolah itu lewat di depan pintu. Masuk ke kantin. Kebiasaannya setelah ber
Sapa Pak Hendra, ik
saya sudah selesai," Ja
jadwal lagi?" T
t," Jawabnya, memperhatikan Pak Hendra
u seseorang, Pak?"
Pak Hendra masih mengamati keadaan luar yang lengang. Berbeda sekali ketika
g ditunggu sejak tadi. Seperti tamu agung saja, Pak Ke
uk, kita bicara di sini
beralih ke arah Cakra yang duduk tak jauh da
*