Menantu Tak Diharapkan
manfaat buat banyak orang," Pak Tejo mendekati Cakra yang sudah bersiap pulang, ia men
nya seorang diri. Setiap hari ia bekerja paruh waktu di rumah m
binar. Terkadang ia heran sendiri, bekerja paruh w
ya disertai senyuman hangat. Senyum meneduhkan selalu menghiasi wajah tegas milik Cak
Sanjaya itu selalu bersikap baik pada semua karyawannya, terlebih kepada Cakra. Namun, Cakr
i lulusan terbaik, Pak," jawabnya sambil menggendong tas ranselnya. Sep
s CPNS langsung lolos," celoteh pak Tejo. Ia merasa bangga menceritakan anak le
agus banget ya,
ter dulu, kan, bia
udah, saya pulang dulu,"
elihat punggung menjauh itu. Pegawai yang terbilang
alah satu temannya. Dengan motor itu, ia membelah jalanan ramai malam hari
tor memasuki halaman berpagar besi setengah badan. Suasana di luar masih ramai,
umah ini telah tertidur. Memang yang ia tahu, selama ini paman dan bibinya akan tidur lebih awal, dan
rat menahan kantuk, terpaksa kembali melebar karena sapaan tiba-tiba di dekat pintu menuju
u pulang malam, kan?"
irat matanya penuh kebencian yang tak pernah Cakra tahu apa sebabnya. Hanya satu
nunjuk ke arah dapur, perab
g sudah jad
uat Cakra menggeleng tak habis pikir. Sudah sedewasa itu, tetapi belum mengenal pekerjaan apa pun, kecuali nongkrong hi
. Mungkin memang ia satu-satunya petugas cuci piring di rumah ini. Bahkan sebanyak itu, seperti bekas makan sejak tadi pagi
umah ini sejak kecil, ia tak ingin ribut. Segera menyele
mpy
eketika matanya melebar, menyadari kesal
yang kau p
ernyata sang bibi telah berdiri sambil berkacak pinggang. Wani
ya, "Kamu bisa ke
k banget, jadi ya nggak se
rti alasan Cakra setiap hari selalu pulang malam, dalam kondisi badan letih. Meski b
af," jaw
erus, awas kalo ada
, Bi
s selesai secepatnya, agar bisa tertidur, dan besok bisa bangun pagi. Karena biasanya, setiap pagi seb
alaskan kasur lantai, yang entah kapan ia membelinya waktu itu. Kamar sempit yang biasa ia tem
hkannya. Ia sadar betul posisinya saat ini, h
aga yang setiap hari diporsir. Hingga t
ur
pa-apaa
Dasar pemalas! Kamu nggak pernah mikir, gimana Paman dan Bibimu
ir karena bangun kesiangan sepertinya baru kali ini. Seketika Cakra melompat dari ata
esiangan," ucap
Bibi menunjuk ke arah jam dinding, su
ku pasti tela
ai sekarang belum istirahat. Kamu malah enak-enakan mol
a,
Tiba-tiba Paman sudah berada di antara mereka. Melerai, meski tak pern
punya apa-apa lagi karena memenuhi kebutuhannya!" se
u. Namun, sebelum tangannya menyentuh gagang pintu, ia menoleh,
yahut sambil membuka amplop yang tergeletak di atas meja sejak tadi
Bibi sambil merebut beberapa lem
harus seba
hilang dari balik pintu kamar. Cakra menghela napas berat, seje
ya, C