icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Hingga Menjadi Kita

Bab 9 Mundur

Jumlah Kata:1027    |    Dirilis Pada: 22/06/2022

ak

nuhi telinga. Aku yang sudah hafal dengan suar

engentak-entakkan kaki dengan wajah masam di depanku. Heran. Sikap dua perempuan aneh—ke

pa jangan-jangan benar kalau Bapak sebentar lagi mau menika

enuduhku seperti itu, sedangkan apa yang ia lihat itu belum tentu benar. Maksudnya, sudah pas

erarti dugaanku sel

Memajukan badan, lantas berkata, “M

caya. Biar saja, salah siapa sepagi ini sudah membahas hot topic. Aku juga tidak

ain, aku mudah panas? Bukan Ilyas sekali. Aku tidak ada pe

g lain, ya enggak papa

tnya oleh perkataan yang meluncur melewati bibir tipisnya. Entah k

gemetar, aku berta

siapa

ktu itu. Hah! Sebenarnya apa urusanku dengannya? Aku masih sangat waras, tidak mungk

sa saja. Ya,

ih siapa-siapa.” Aku men

ilih siapa-siapa, k

a seperti hari-hari kemarin. Mendadak aku kehilangan seorang ciri khas Nisa—s

a, serupa menunggu angkot lewa

is?” tanyaku

a memilih

e

, dan ringan,

tu semua? Bukankah kita memang tidak ada apa-apa. Jadi, usahalah un

ni sulit

gapa ada yang pa

” pamitnya, tanpa

juga misterius. Tidak lagi

ak berhak melarang atau menanyakan lebih dalam. Siapa memang si Ilyas? Hanya seorang

siswa di sini. Tentang perasaan gadis itu, biarlah begitu. Ia masih dalam masa remaja dan pencarian jati diri,

ang jadwalnya, tetapi rasanya menolak mengajar. Jika biasanya karena

a, Pak. N

kali ini berbeda. Ekspresinya datar, seperti berbeda ke

e toilet. Pe

empat melihat matany

riku adalah alas

hun kurang, belum punya apa-apa, rumah pun milik Papa. Gimana kalau

ipegang Om kamu. Kurang apa lagi, Ilyas? Kamu ganteng, sehat, cerdas, nggak ada satu wanitakah

l, alasan yang kukatakan itu nyaris sekakmat. A

menjadi imam, Ma

anya seperti sedang berhadapan dengan hakim. Memutuskan sidan

Mama carik

natap wajahnya ya

kalah baik, Mama sama Papa temen dekat orang tuany

yang melahirkanku itu suda

a-sama punya butik dan ada banyak cabang. Nggak usah ragu, orang tuanya

lebih ke ... merenungi hidup sebagai putra

kan maksa kalau kamu nggak suka perjodohan. Tapi beri

ingin pingsan saja kalau tidak mengingat bahwa seorang Ilyas anti lemah fisik. Jangan dita

a bisa diam saat mereka menceritakan tentang cucu, menantu, besan, dan anak-a

tu, Ma. Ilyas lebih kasihan kalau nanti Mama mendapat menantu ya

hu lagi harus dengan kata apa menghinda

sambil berkata, “Mama tetap ingin yang terbaik untukmu. Tingkatkan dalam memperbaiki d

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka