Pelakor Sebaya
ari teras rumah. Pemilik rumah yang tengah duduk s
ena kehujanan. Gadis 23 tahun itu langsung menarik sang
pacaran sama
rutkan kenin
lho. Kamu pacaran sama dia?" tanya Clara antus
ngkit dan menuju dapur, mengambil minum. Tak sabar
... be
dan tersenyum. "Ka
menunggu segelas air dari Janice, Clara
bisa,
egelas air pada Clara yang lan
tu tua
ma
punya
ma
udah ge
ma
manya aja s
ma
NIC
aha
tahun itu mengikat rambut sepinggangnya asal-asalan. Meski ta
gak mandang apa pun. Kalau
ng, Nice. Nggak laki
juga ma
ana ada cowok
e ter
l, dan ramah. Selalu berpakaian seksi dan sedikit terbuka menjadi daya tarik lebih mahasisiwi semester akhir di sebuah Universitas ternama
rganya tahu
agus,
u sahabat aku ini kena masalah ser
apa yang
mencintai s
mencintai s
terd
salah itu kalau
ka
ami saling cinta. Kalaupum kami bersatu, me
u
lin hubungan dengan Satriyo, Janice memang jarang bertemu Clara. Clara yang
nya Clara yang merasa masih p
semua tentang
, y
-sakitan. Komplikasi gitu lah. Ma
sakit malah diselingkuhin!" rutuk
a itu ... gimana, ya? Ehm ... dia itu sakit tap
i di ranjang? Gila k
hanya t
u kamu kenapa-napa, Nice. Apa
, y
iat aja, dia ninggalin bininya demi kamu dan
g sahabat dengan lekat. "Peduli
ngerutka
uma peduli sam
kan gitu,
malu punya sahabat pelakor? Kamu
ce
? AKU TIDA
i di samping jendela dapur yang
puruk, kenapa kamu
terd
Kamu sibu
ara, setahun lalu, Janice da
tika aku bilang Dean seli
ka saling tatap. "Kamu tidak peduli, kan?
waktu i
sama bokap? Mau profesi
air matanya mengalir pelan mene
mencoba meraih jemari Janice, tap
pelan, tapi terdenga
e, a
LUA
riak dan menujuk pintu kamarn
r. Saat di teras, langkahnya terhenti ketika s
riyo?" g
u terlihat salah tingkah ketika melihatnya. Dia mengg
as
am pelukan Satriyo. Clara hanya terdiam menyaksikan sang sa
hinya dengan cepat menuju sepeda motorny
keduanya sudah ada di rumah. Janice yang mas
. "Kenap? Mas ta
an gitu,
menikah!" ucapnya pelan. Satriyo mengerutkan
isnya. Benda yang juga melingkar di jari Manda. Wanita yang akhir-akhir ini kesehatannya semakin memburuk. Ane
asih sayang sa
meraih jemari lentiknya dan mengecupnya perlahan.
" Janice menepis tangan hangat
lung yang juga semester akhir, sama seperti Janice dan juga si bungsu yang tengah men
ucap Janice dengan suara bergetar. "Aku bahkan nggak peduli dise
Janice dalam pelukanny
kirkan, kamu
ice tenang. Tenang? Tidak! Nyatanya itu justru semakin membuat Janice resa
.
sam