Pelakor Sebaya
un itu meremas sprei hingga kusut. Mata lentiknya terpejam lama demi menikmati setiap detik kehangatan bersama Satriyo. Lelaki ya
emua kenikmatan mencapai puncaknya. Satriyo tergeletak tak berdaya di samp
." Sebuah kecupan hangat dan lama mendarat di kening sang wa
juk. Satriyo meraih dagu belahnya dan menci
ngajar semester
boh
ersenyum menatap punggung mulus Janice. Dia mendekat, meraba kulit sehalus
g, sih. Mas
ibuk liburan sama
ntuk menghadapnya. "Kok nggak
ak. Namun sayang, dia juga sangat membutuhkan dan amat menyukai perlakukan Satriyo itu. Jadilah mereka kembali bergumul hangat di balik selimut yang menahan hawa dingin karena hujan di luar. Suara rintik hujan bagai backsound untuk kemesraan merek
sok di sampingnya. Sosok yang tengah melingkarkan lengannya di perut Janice. Sosok lelaki yang tengah tertidur
t sama kamu, Mas,
g Janice. Janice berteriak geli dan meronta. Bukannya berhenti, Satriyo semakin berin
Lelaki itu terengah-engah di atas tubuh Janice. Jemari Janice men
iyo di atas meja yang terus berdering sejak t
njawil hidung bangir wanita blasteran Indo-Rusia itu. Ja
ggak n
menatap Janice yang berselimut tak sempurna
melendot manja dan bers
Masih kan
alam rengkuhannya. Jemari mereka saling bertaut. Menyalurkan kehan
ini!" ucap Janice merajuk. Sa
ggak pulang, Sayang.
biari
k g
sekalian tahu
sekarang, y
ai ka
ling dan berpi
a busana. Dia melenggang menuju kursi. Satriyo menahan napas memperhatikan tubuh yang semalaman
utuh kepast
ice dari pantulan cermin. Wanita itu tengah mem
iat aku hidup
jari manisnya. Cincin yang sudah ada di sana 20 tahun ini. B
at Mbak Manda terus? Masi
satunya itu membayang di dalam pikirannya. Apalagi dia muncul di saat-saat seperti ini. Saat dia tengah bersama wanita muda
seolah mengalihakn pembicaraan. Janice menol
ihin topik!
ambil ponsel. Matanya sempat melihat name tag-nya yang berdekatan dengan kartu ujian Janice. Satriyo Singgih y
anterin a
ng pulang ke rumah!" jawab Janice sewot. "Pula
di dengan keras, meninggalkan Satriyo
itu tersenyum senang. Semakin tersenyum saat menatap pantulan wajah semringahnya di cermin. Dengan cepat dia bergerak, menarik lengan Satriyo yang masih
enatap ke halaman. Seolah menunggu seseorang. Kacamatanya berembun karena terl
an berkulit manis itu adalah Pelangi. Kilau Pelangi Princhesa Satriyo, begitu nama di name tag seragamnya. Dia
Nak. Seneng aj
dari dalam. Dia mengibas-ngibaskan rambut gondrongnya ya
ng dipanggil Langit hanya tergelak lanta
amu belum ma
pala. Mereka lantas duduk berdekatan di meja makan. Satu kursi masih kosong. Kurs
ap Langit menengadahkan tangan
mana dia sekarang, Manda hanya bisa menebak. Berbeda dengan kedua anaknya yang hanya tahu jika papi mereka tengah lembur dan disibukkan dengan tugasnya sebagai seorang dosen. Langit percaya
kalian mengantar sang adik. Manda melepas mereka dengan senyum bangga. Senyum yang menutupi luka yang m
.