Terjerat Cinta Sang Dokter Pujaan
ta sipit dan senyum yang menawan, tengah berdiri di teras rumah sakit Harapan Jaya menatap langit yang mendung karena hujan. Ia memejamkan matanya seakan menikmati setiap rintik hujan yang membaw
dari seorang ayah, dimanja ayah dan dipeluk ayah. Harapan itu harus kandas ditangan seorang pelakor, wanita yang teg
gis merindukan sosok ayahnya. Bibirnya gemetar, matanya berkaca-kaca, ia menutup mulutnya de
ngani sekarang." seseorang baru saj
oleh ke sumber suara "Bukankah Dokter Arm
a, Dok. Beliau sedang sem
memanggil Dokt
dang berada di l
kembali ia urungkan, mengingat wajah wanita iblis yang tega merampas kebahagiaannya. Dendam ibunya yang belum sempat ia balaskan, kebenciannya pada wanita itu melebihi ke
akaan dan butuh penanganan sekarang," lan
aku ke dalam." Gadis itu berk
. Banyak anak-anak yang bermain di sana setelah hujan reda. Gadis itu mengusap lemb
a untuk mengambil beberapa alat untuk memeriksa pasien dan melangkah menuju IGD tempat pasien yang baru mengalami kecelakaan. Dokter Le
Kita harus melakukan tindakan cepat untu
juan dulu dari keluarganya?" suster Eva me
en diantar k
antar supir taxi." ia menatap
uarganya. Pasien harus segera ditolong." Led
k, D
eddy yang bergegas ke ruang ganti untuk mengganti pakaiannya dengan pa
ana pasien dipasangi nebulizer untuk membantu pasien bernapas selama proses operasi dan beberapa alat lainnya seper
a menabrak pembatas jalan dan dihantam truk yang melintas dari arah yang berbeda. Beling kaca mobil itu tertancap
aja memasuki ruangan itu setelah
yang malang itu. Bahkan, ia siap menerima konsekuensi
Eva menghampiri dokter Leddy yang ter
ya. Suster Maya mengangguk dengan pasti dan berjalan ke sudut ruangan untuk menyalakan la
pisau operasi kepada suster E
boh, maka operasi akan gagal karena beling itu tepat di bawah matanya yang dekat dengan bola mata
ter Leddy untuk membuat luka bedah sedikit menganga, agar memu
nse
. Namun, semua di luar ekspetasinya, saat beling itu terangkat darah di wajah itu muncrat ke muka Leddy. Ia terkejut de
tanyanya pelan yang diik
ya sembari meletakkan b
pinan akan s
nelan ludahnya dan menatap podium yang bersebelahan dengan ruang operasi, hanya
na kamu wanita yang kuat." Suara ibunya menggema diteling
, "Bantu aku dengan doamu, Ibu," lirihnya dalam hati. Ia menekan luka it
," ucap suster Maya yang bertug
arhan untuk menghentikan tindakan dokter Led
snya." Dokter Farhan masih setia memandang Le
longnya apapun yang terjadi, restui aku ibu, doakan agar putr
pannya. Ia kembali fokus, ia mengaktifkan defibrillator agar bisa mengembalikan irama j
ega dan menyeka keringat dan
n, dokter?" ta
Mari kita selesaikan," Balas Leddy y
suster Eva. "Kamu lanjutkan, aku tau kamu bisa
yang menutup hidungnya dan bergegas ke ruang ganti. Na
tu, dokter Leddy?" tanya
n tenang. Karena merasa tidak melakuka
mpinan yang kesal dengan sikap Leddy yang tak men
dengan cepat mengambil keputusan memecat dokter terbaik di rum
s mengapa aku harus memberikan surat pengund
enapa tidak menghubungi dokter senior dulu, apa kamu pikir kamu
berkacak pinggang. "Apa kamu pikir aku dokter ceroboh? Atau kamu sengaj
at, aku tidak akan menyerahka
nan yang mengalihkan seluruh pandangan
"Benarkah? Seharusnya Bapak berpikir dulu sebelum bertindak, jangan membuat amarahku memuncak. Bapak tahu sendiri,
h peduli denganmu. Berbeda dengan a
a kembali menatap pimpinan yang tersenyum kearahnya, tangannya mengepal ingin memukul wajahtindakan yang bisa membahaya
ikir aku tidak tahu? Aku tahu semuanya, Bapak sengaja membunuh ibuku agar bisa merebut harta kekayaan kakek
lama ini jadi inspirasinya, paman yang begitu disayanginya, paman yang selalu ada saat dirinya membutuhkan sosok ayah. Namun, k
u tidak mau yang terjadi pada ibuku, juga ter
i sini, apa aku harus melihat dia meregang nyawa seperti halnya ibuku? Maaf Paman, jika itu yang Paman inginkan aku tidak
*
rus saja mengalir ketika melihat frane foto ibunya di atas meja kerjanya. Leddy sosok anak
u dan memeluknya e
erindukan kasih sayang sang ibu, merindukan kekonyolan ibunya, semua ia rindukan. Selama ini ia menahan tangisnya
masuk, ia meraih benda itu sembari me
r, kamu sudah sele
"aku janji akan membalaskan dendammu Ibu, tunggu saja. Akan kup
i sana ia melihat kekasihnya menunggu dirinya, gadis itu ter
ada operasi," ucapnya
n aku pasti menunggu," balas Mahe dengan sebuah
kan, menca
mbali memudar, "lain kali saja, sayang. Aku lel
*
CRV putih tampak melaju membelah jalan kota Jakarta yang ramai dengan kendaraan lainnya berlalu-lalan
g memecah keheningan. Sedari tadi, mereka hanya diam ta
"aku yakin." Ucapnya t
nnya. Sejak beranjak dari rumah sakit tadi, Leddy menangis di dalam mobil Mahe yang membuat pria itu bingung. Bahkan, bertan
lu, ya?" Mahe
idak l
i kamu belum makan, aku nggak mau terjad
menoleh dengan mata berkaca-kaca, kelopak matanya terlihat semba
ikl
erletak di komplek perumahan elit dengan corak batik warna merah keemasan. Leddy
un lagi, kamu harus jaga kesehatan. Aku say
eddy yang berusaha membe
*
ri di kasur empuk miliknya untuk melepas lelah. Pikirannya kacau dan menerawang menatap langit-langit kamar yang dihiasi bintang kecil berkeli
idupnya, gadis itu tak lagi merasakan indahnya kasih sayang dari seorang ayah sejak perempuan itu hadir. Kehidupannya berubah total karena wanita itu, wanita yang telah merampas kebahagiaannya. Masa lalu ayahnya a
riasnya. Sudah lama dia tidak melihat album itu, dibukanya album yang tampak usang dan berd
nggak ada satu pun yang mengerti aku. Bantu aku untuk menapaki Bumi yang kejam ini, Bu, aku mohon bantu
*
nless. Mahe memandang langit yang enggan menampilkan hiasannya, udara yang dingin membawa pikirannya ke mana-mana, pria itu mengingat kembali pertemuan pertamanya dengan Leddy.
ana, sayan
elupakanmu. Sejujurnya
. Mahe menghela napas panjang, gerimis datang membasahi jalanan perlahan-laha