Terjerat Cinta Sang Dokter Pujaan
rlahir dari desa. Namun, ia dan ibunya sudah lama pindah ke kota semenjak ayahnya meninggal. Gadis itu memutuskan untuk ikut dengan Metha, dikarenakan dirin
melambaikan tangan
nda-tanda panggilan Leddy akan diangkat oleh pria yang tak lain adalah Mahe, kekasihnya sendiri. Leddy semakin gelisah, tak biasanya Mahe seperti i
elihat buyut Metha yang mulai sakit-sakitan. Selama perjalanan, tak ada yang berani memulai pembicaraan baik Leddy maupun Metha. Keduanya masih terlihat diam. Metha fokus kejalanan, sedangkan L
dah
jelas didepan matanya. Metha melirik sebentar, gadis itu tersenyum. Tujuannya mengajak Leddy u
t lo tersenyum
eolah-olah senyum itu sangat berat bagi seorang Leddy. "gue nggak tahu,
i kanannya terdapat pohon besar, kawasan desa Metha memang melewati hutan, sehingga jarang sekali mobil ya
buah senyuman yang terkesan dipaksa
ggak bermaksud ikut campur urusan lo. Led, terse
ik aja. Lo nggak
nangis setiap harinya di rumah sakit. Lo nggak pernah cerita sama gue. Kenapa?" nada suara Metha meninggi. G
o cerita ke gue. Gue akan ba
epas seat beal. Ia berdiri di samping mobil sembari memejamkan matany
masala
berat. "Gue ketemu bo
dengan sangat derasnya. Metha kaget sekaligus bingung dibuatn
engan mata memerah, "bukan ini yang gue mau. Gue mau ketemu bokap sen
a bokap lo habis lahi
p ke wanita itu. Sakit Tha liatnya. Gue nggak bisa nerima satu kenyataan, sekarang gue harus
pa?" tanya M
tinya sudah tidak kuat lagi menahan sakit yang bahkan belum bisa sembuh. Sangat berat untuk menceritaka
minta data mahasiswa magang k
eddy dengan tergesa meminta semua data mahasisw
erawatan wanita itu bukan salah satu dari mereka. Namun, apa yang gue terima.
kin bingun
nya menatap Metha dengan tatapan serius y
a bokap gue akan selingkuh dengan perempuan itu." Leddy masuk ke dalam mobil
dy tentu sangat terpukul sekali, satu masalah saja belum selesai ditambah lagi masalah baru. Metha menatap Leddy dari kaca mobil
tu kemudian menghapus air matanya dan bergegas masuk ke dalam mobil, m
a melupakan itu semua." Ucapnya yang diikuti anggukan dari
aja jalan menuju desa tersebut harus melewati hutan dan jala
*
patan penuh agar mereka segera tiba di rumah sebelum hujan turun. Namun, gadis itu mendadak menghentikan mobi
-hati dong."
g sangat familiar sekali meski pria itu menggunakan jubah berwarna
gang pundak Metha, berharap gadis itu sa
-apa, kok." Ba
ian singkat yang sangat berkesan dipikiran Metha. Meski matanya masih fokus ke jalan, namun otak Metha bekerja untuk mengingat siap
terbuat dari bambu yang dihias dengan sangat indahnya, sehingga rumah tersebut nampak elegan meski letaknya di
u khawatir sekali tadi." Ujar wanita paru
aaf, Bu. Tadi ada beberapa hal yang harus kami selesaika
ukaan kalian." Ibu Metha tersenyum. Tersirat jelas kebahagiaan diwajah wanita berusia empat pu
a bekerja di rumah Leddy sebagai asisten rumah tangga. Sehingga orang tua Leddy membantu biaya sekolah Metha agar Metha tidak jadi seperti ibunya. Untuk
Jawab mere
*
kota. Hatinya gelisah menanti kabar dari mahe yang tak kunjung membalas pesannya. Sebenarnya Leddy seorang gadis yang cuek dan tak pernah peduli dengan hal sepele. Namun, karena ia sangat mencintai pemuda itu
enikmati angin malam di desa. Karena selama ini ia hanya bisa menikmati aroma rumah sakit yang khas dengan bau obat. Udara semakin dingin, angin bertiup sangat kencang membelai rambut Leddy yang terurai i
nita itu menatap Leddy dengan tatapan tajam, Leddy merinding sendiri. Ia memutuskan untuk meninggalkan halaman dan se
" Batin Leddy, "siapa ya wanita itu?" gadis itu mengintip dar
mpat ia berdiri semula dan menuju ke kamar Metha. Leddy bingung dengan situasi saat ini, perjalanannya ke desa Metha tak begitu mulus. Bukann
*
idupan desa jauh berbeda dengan kehidupan di kota. Di desa, warga sudah terbiasa bangun subuh dan shalat berjamaah di mesjid. Sedangkan di kota malah sebaliknya, terkadang orang yang tinggal di kota lebih cendrung bang
agai tanaman, mulai dari sayur, tanaman herbal, tanaman cabai dan juga tomat ada di sana. Udaranya sangat dingin dan juga sejuk, Leddy merasa tenang ketika berada d
embuka suaranya. Sejak tadi ia ingin bertanya
sembari tetap fokus ke rumput yang men
ingnya yang terlihat sepi. "bu, apa di sini ada wanita tua yang sering keluar tengah malam
ntar. Ibu dan juga anak itu menatap Leddy berga
ang berani meninggalkan rumah." Jawabnya ibunya cepat, "jika Leddy nggak bisa tidur, cukup nonton tv di ruang teng
ataan ibu angkatnya itu. Ia kembali melanjutkan kegiatanny