Please, Jangan Panggil Ibu
Kusuma
nyebalkan! Apa coba dia
ampai harus minta sama dia? Sejenak aku meng
lain selain Ayah. Yang Faris lakukan itu, jujur membuat hatiku terse
it, aku hanya duduk saja di tepi ranjang. Bukan tanpa alasan juga
panggi
ponnya, saya keluar sebentar lagi." Kumas
melihat Faris yang sudah duduk di karpet
Kita sarapan dul
a kami sudah ada menu makanan yang hanya ada te
ruh nasi dan telur di sana. Dia lalu men
akasih," sambutku ma
ak jadi masalah. Hanya saja, yang jadi masalah adalah cara Faris makan. Dia i
ur?" tanya Faris setelah menguyah satu suap n
betapa pedas sambel itu. Tapi, Fa
ku penasaran, "itu sambelnya merah gitu
h biasa kok," sahutnya s
!" Aku berusaha memperingatkan. Bukan apa-apa, ta
enghentikan makannya sejenak. "Em, sekitar satu min
" nasihatku mencoba melunakkan re
a, enggak akan
udah mengingatkan. Daripada berdebat dengan Faris, aku lebih
ke sekolah, tapi tidak sampai gerbang tentunya. Hanya sampai minimarket dekat sekolah.
*
l satu siang, semua proses pemindahan Kak
i rumah sakit. Setelah melihat beliau tidur pulas, aku pun keluar dari ruangann
Mama dan Papa malah antusias tahu aku menikah. Mereka tidak masalah me
salah satu komplek. Ya sudahlah, tidak apa-apa. Aku jad
yang tidak asing berlari ke arah toilet. Karena penasaran, a
lihat orang yang ma
berapa menit, aku memperhatikan dia. Satu, dua,
asti karena sambel tadi pagi juga. Aku pun
seirama dengan
ng tidak dengar, aku menge
ala Faris yang muncul dari balik pintu. "
ekikku kaget, "wajah kamu
i dariku itu meringis sambil memegan
aris kembali menutup pintu. Suara p
menghela napas. Dasar ba
obat diare di apotek dekat rumah sakit. Saat aku kembali, lagi-la
esi itu. "Nih, minum," suruhku meny
lalu mengambilny
in kali jangan bandel! Kan Ibu udah
lirih Faris membuatk
ran keringat bercucuran di dahinya. Aku pun lekasangkan, "nanti sakitnya juga
aris melirikku dengan se
pasti. Jadinya gini, kamu jadi diare kebanyakan makan sambe
ata ini terbelalak. Dia ti
gemetar, apakah dia benar-benar sakit? Tanpa sadar aku malah memelukn
sembuh," ucapku sambil mengel
Bu. Aku sa
-degan. Aku sedikit terpaku untuk kemudian sada