icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Please, Jangan Panggil Ibu

Bab 7 Sakit Perut

Jumlah Kata:959    |    Dirilis Pada: 10/05/2022

Kusuma

nyebalkan! Apa coba dia

ampai harus minta sama dia? Sejenak aku meng

lain selain Ayah. Yang Faris lakukan itu, jujur membuat hatiku terse

it, aku hanya duduk saja di tepi ranjang. Bukan tanpa alasan juga

panggi

ponnya, saya keluar sebentar lagi." Kumas

melihat Faris yang sudah duduk di karpet

Kita sarapan dul

a kami sudah ada menu makanan yang hanya ada te

ruh nasi dan telur di sana. Dia lalu men

akasih," sambutku ma

ak jadi masalah. Hanya saja, yang jadi masalah adalah cara Faris makan. Dia i

ur?" tanya Faris setelah menguyah satu suap n

betapa pedas sambel itu. Tapi, Fa

ku penasaran, "itu sambelnya merah gitu

h biasa kok," sahutnya s

!" Aku berusaha memperingatkan. Bukan apa-apa, ta

enghentikan makannya sejenak. "Em, sekitar satu min

" nasihatku mencoba melunakkan re

a, enggak akan

udah mengingatkan. Daripada berdebat dengan Faris, aku lebih

ke sekolah, tapi tidak sampai gerbang tentunya. Hanya sampai minimarket dekat sekolah.

*

l satu siang, semua proses pemindahan Kak

i rumah sakit. Setelah melihat beliau tidur pulas, aku pun keluar dari ruangann

Mama dan Papa malah antusias tahu aku menikah. Mereka tidak masalah me

salah satu komplek. Ya sudahlah, tidak apa-apa. Aku jad

yang tidak asing berlari ke arah toilet. Karena penasaran, a

lihat orang yang ma

berapa menit, aku memperhatikan dia. Satu, dua,

asti karena sambel tadi pagi juga. Aku pun

seirama dengan

ng tidak dengar, aku menge

ala Faris yang muncul dari balik pintu. "

ekikku kaget, "wajah kamu

i dariku itu meringis sambil memegan

aris kembali menutup pintu. Suara p

menghela napas. Dasar ba

obat diare di apotek dekat rumah sakit. Saat aku kembali, lagi-la

esi itu. "Nih, minum," suruhku meny

lalu mengambilny

in kali jangan bandel! Kan Ibu udah

lirih Faris membuatk

ran keringat bercucuran di dahinya. Aku pun lekas

angkan, "nanti sakitnya juga

aris melirikku dengan se

pasti. Jadinya gini, kamu jadi diare kebanyakan makan sambe

ata ini terbelalak. Dia ti

gemetar, apakah dia benar-benar sakit? Tanpa sadar aku malah memelukn

sembuh," ucapku sambil mengel

Bu. Aku sa

-degan. Aku sedikit terpaku untuk kemudian sada

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka