Please, Jangan Panggil Ibu
pintu rumah sakit. Dia menggendong anak perempuan yang kaki dan
pria itu berlari dengan tangan gemetar. Wajahnya nampak begitu panik
dua jam
ng dari Singapura berniat untuk pulang ke k
itu. Dia terjebak hujan hingga akhirnya harus
npa menghiraukan sebuah peringatan disepanjang jalan. Peringat
licin. Tetapi, ketika melewati sebuah jalan belokan mobil Faris t
di. Pandangannya tertuju pada kepulan asap dibali
elihat sebuah mobil yang sudah tertindih. Pohon besar menindih mobil
n apa-apa, tangannya tiba-tiba gemetar. Di mobil sepasang nenek kakek nampak dalam keadaan mengenaskan. Kepala si Kakek terben
terperanjat. Faris mencoba mencari, ponsel itu ternyata ada di saku celana si kakek.ngarkan dengan seksama s
jalan biasa, Yah! Hujannya gede lho, Yah, aku takut
lo,
ni siapa? Ayah saya mana, y
cemas kemudian melihat ke arah mo
ama Arista gimana kabarnya? Mereka baik baik aja
ka saya akan bawa mereka ke rumah sakit te
saya nyusul." Terdengar sua
e saku celananya. Ia lalu membuka pintu belakang mobil itu dan matanya membulat seketika, tak k
lalu menggendong gadis kecil itu ke dalam mobil miliknya. Tak lupa setelah itu,
isu hanya bisa terduduk lesu, menunggu di depan ruang UGD. Dia menunggu gadis kecil yang tadi ia selam
ndapati kejadian yang di luar dugaan. Sementara si wanita tadi, setelah diberit
tuk menunggu si gadis kecil sadar, dan ternyata d
p tangan bekas lumuran darah yang baru saja dia bersih
angsung
a pasien?" ta
a kondisi nya, Dok? Dia baik baik saja, ka
i masa kritis. Kita hanya tinggal me
begitu. Apa saya boleh mel
hkan,
Dok. Saya aka
ersenyum lalu pergi meninggalkan Fari
ng gadis kecil yang sedang terbaring lemah den
han dan sedih melihat kondisinya. Faris duduk di samping gadis
Sebentar lagi ibumu akan dat
aris begitu merasa terluka saat melihat gadi
s memanggil dokter dengan tombol otomatis yang ada di sana. Beb
i akan memeriksanya dulu. Mohon bapak tu
ikl
Ia pun keluar dan kembali menunggu
ans menghampiri Faris dan langsung menepuk bah
mberanikan diri bertanya pada Fa
itu. "Dia ...." Kalimat Faris terhenti ti
nita itu pun malah kaget. Menata
nik
n bertemu dengan ibunya" Tiba tiba sua
g menghampiri dokter di depan pint
bertemu dengan Ibu. Silahkan masuk." Dokt
anika berjalan cepat m
mematung karena tak percaya
tu di SMA. Guru yang tidak lain dan ti
aman, tapi Faris masih selalu memikirkan wanita yang telah menjadi mantan i
sedih? Haruskah dia bahagia karena bisa bertemu lagi dengan Tanika, atau sedih kar
k terhanyut dengan perasaan. Semua sudah berlalu
a. Hingga saat Faris memutuskan untuk beranjak, kakinya baru melangkah beb
ar
enoleh. Tanika berlar
enjadi penyelamat untuk Ari
sama. Oh, ya. Kondisi Ayah--eh ma
mereka menghembus napas terakhir, bahkan sebelum sampai kesini. Mungkin itu yang terba
Maaf, karena aku terlambat datang k
elamat. Aku sangat berterima
lau kita ngobrol dulu atau kamu mau langsung pulang?
Dia dapat melihat sinar mata memilukan di kedua mata T
sibu
ggak ko
Tanika berusaha tenang di tengah gejolak hati yang masih bergemuruh. Rasanya perih sekali di sana. Begi
pi
ucapan terima kas
aris ikuti k
tapi, hatinya masih merepih ketika melihat Tanika yang hanya diam saja. Bahka
B
ka sedikit
Kenapa Ibu enggak makan
gak lape
iya, Bu. Ibu sendiri aja? Ayah Arista, Ibu tidak menghubunginy
atas pertanyaan Faris. Ia menelan ludah, lalu
bagaimana lagi? Tanika merasa tidak mungkin dan tidak
kecewa Faris terdiam. Ia meraih teh ha
ku enggak be
an kamu wajar kok." Tanik
lagi dia sudah memiliki anak. Meskipun tatapan Tanika menunjukkan kekecewaan