Please, Jangan Panggil Ibu
da Al
gin copot, terus menarik napas dan mengeluarkannya perlahan, mencoba men
Aku memegang pinggang, berkacak karena merasa benar-benar bingung. Arghh! Apa yang aku pikirkan? B
ya Bu Tanika, guruku sendiri. Benar-benar gila, pikiranku mulai m
kan anak SMA,
ngat bingung. Belum lagi Bu Tanika sudah menghubungi orang tuanya. Aduh! Apa yang akan mereka katakan? Murid
i pernikahan itu? Karena pernikahan itu enggak seharusnya terjadi. Kebetulan sekali, ka
u kutaruh dekat jendela, kemudian aku naik ke sana. Untung saja aku masuk jendela
k berdarah. Ya, karena jendela nya juga tak terlalu tinggi. Aku menarik napas
*
ng tak dikunci tadi, lampu sepertinya juga sudah
rlah aku pulang dan enggak harus menikah denga
dan meminumnya, kemudian duduk lagi di sofa. Namun,
annya di sana? Apa yang akan orang tuanya bila
h, menyebalkan! Perasaan itu membuatku enggak tega jika harus meninggalkan Bu Tanika se
da mas kawin, ya? Duh, aku tidak punya apa-apa lagi. Otakku berkelana mencari bahan yang bisa dijadikan mas kaw
makanku sampai tiga hari kedepan. Tetapi, mau bagaimana lagi.
engan yang telah terjadi, meski aku memang merasa tak bersalah. Namun, aku enggak mung
hat mobil Avanza berwarna p
tu pasti orang tua Bu Tani
lanjutkan niat itu, aku kembali mengh
laikum," u
ang sedang mencariku. Langsung kubuka pintu yang tak dikunci
amuala
g menatapku yang ma
seru Pak RW. "Kemana a
nyaliku menciut, tapi aku berusaha men
enggak kabur," jawa
s kemudian menunduk sambil memijit dahinya. Mungkin, Bu Tan
muncul, ke mana kamu? Kalau bukan kabur apa itu n
" jelasku dengan polosnya, pasti wajahku mulai meme
ang tua Bu Tanika, nampak menahan tawa dengan apa yang kujelaskan. Apa Bu Tanika juga merasa malu
ak paruh baya memakai kopiah hi
k bersebelahan. Di hadapan kami ada Bapak penghulu juga seora
, Nak Faris. Betul namanya Faris?" Dia
dak dalam beberapa detik saja, plus tangan ini sudah berkeringat saja.
? Bu Tanika terlihat memandangku d
agi tangan ayah Bu Tanika. Beliau m
irik Pak Penghulu itu
kita segera mulai ijab qob
ikan diri, menjabat t
i. Pak Hadi siap?" tanya Pak
nika menga
apku. "Kamu siap, Nak Faris?"
jawabku dengan
an di usia yang baru menginjak tujuh b
ya. Ikuti saya, ya." Instruksi Pak
tri saya Tanika Kusuma Pratama dengan mas kawin uang sebesar seratus
sebesar seratus ribu rupiah dibayar tunai," sahutku yang jadi lantang entah
anya Pak Penghulu pada
membuatku lunglai. Tangan ini bahkan sampai
*
g tua Bu Tanika. Sementara orang tua Bu Tanika tengah berbincang di
nya saling diam setelah acara ijab qobul tadi. Sebenarnya, aku tak
k Bu Tanika yang ternyata se
tiba membuatku kaget.
sambil geleng-geleng kepala,
atang kedua orang tua Bu Tanika. Mobil pun
na, Nak?" tanya
kebun, Pak. Lurus saja nanti be
gitu
itu, mobil itu terus melaju di
ah kami sampai. Aku juga menunjukkan rumah
rhenti dan k
yang hanya diam sedari tadi. Dia terlih
dulu di sini?" Ayah Bu
in sama Faris," jelas Bu Tanika s
a, ya? Ah, jangan-jangan dia mau skor a
baik di sini, ya?" Ayahnya Bu Tanika menepuk pun
ra, Ibunya Bu Tanika menghampiri ka
mu jaga anak saya, ya? Mau bagaimana pun sekarang kamu suaminy
kup lama aku dan Bu Tanika melihat mob
uru Cantik itu tiba-tiba, kemudian tan
elakukan apapun selain menurut. Seperti akan dima
nika sudah duduk di sofa. Lalu, aku mel
dulu!" pintanya m
saja duduk d
esepakatan," jelas ny
akatan apa, Bu?" ta
kahan kita itu enggak normal. Emangnya kamu mau gitu ni
umam, mungkin inilah takdir. Bu Tanika juga cantik dia pintar, p
kaya kamu," papar Bu Tanika, memudarkan pikiranku, juga
elas sebelas." Jawabanku itu sedikit kesal sambil aku melingkarkan kedua tangan
rsikeras membuatku memberengut kesal. " Ya udah, jangan
sepakatan, ini!" Bu Tan
Aku mengambil pulpen itu juga kerta
menolak kalau kesepakatan itu enggak sesuai, nanti kita negoisasi
bilang aku kecil. Aku bisa memberi dia nafkah apalagi nafkah batin. Di
pintu rumah sakit. Dia menggendong anak perempuan yang kaki dan
pria itu berlari dengan tangan gemetar. Wajahnya nampak begitu panik
dua jam
ng dari Singapura berniat untuk pulang ke k
itu. Dia terjebak hujan hingga akhirnya harus
npa menghiraukan sebuah peringatan disepanjang jalan. Peringat
licin. Tetapi, ketika melewati sebuah jalan belokan mobil Faris t
di. Pandangannya tertuju pada kepulan asap dibali
elihat sebuah mobil yang sudah tertindih. Pohon besar menindih mobil
n apa-apa, tangannya tiba-tiba gemetar. Di mobil sepasang nenek kakek nampak dalam keadaan mengenaskan. Kepala si Kakek terben
terperanjat. Faris mencoba mencari, ponsel itu ternyata ada di saku celana si kakek.ngarkan dengan seksama s
jalan biasa, Yah! Hujannya gede lho, Yah, aku takut
lo,
ni siapa? Ayah saya mana, y
cemas kemudian melihat ke arah mo
ama Arista gimana kabarnya? Mereka baik baik aja
ka saya akan bawa mereka ke rumah sakit te
saya nyusul." Terdengar sua
e saku celananya. Ia lalu membuka pintu belakang mobil itu dan matanya membulat seketika, tak k
lalu menggendong gadis kecil itu ke dalam mobil miliknya. Tak lupa setelah itu,
isu hanya bisa terduduk lesu, menunggu di depan ruang UGD. Dia menunggu gadis kecil yang tadi ia selam
ndapati kejadian yang di luar dugaan. Sementara si wanita tadi, setelah diberit
tuk menunggu si gadis kecil sadar, dan ternyata d
p tangan bekas lumuran darah yang baru saja dia bersih
angsung
a pasien?" ta
a kondisi nya, Dok? Dia baik baik saja, ka
i masa kritis. Kita hanya tinggal me
begitu. Apa saya boleh mel
hkan,
Dok. Saya aka
ersenyum lalu pergi meninggalkan Fari
ng gadis kecil yang sedang terbaring lemah den
han dan sedih melihat kondisinya. Faris duduk di samping gadis
Sebentar lagi ibumu akan dat
aris begitu merasa terluka saat melihat gadi
s memanggil dokter dengan tombol otomatis yang ada di sana. Beb
i akan memeriksanya dulu. Mohon bapak tu
ikl
Ia pun keluar dan kembali menunggu
ans menghampiri Faris dan langsung menepuk bah
mberanikan diri bertanya pada Fa
itu. "Dia ...." Kalimat Faris terhenti ti
nita itu pun malah kaget. Menata
nik
n bertemu dengan ibunya" Tiba tiba sua
g menghampiri dokter di depan pint
bertemu dengan Ibu. Silahkan masuk." Dokt
anika berjalan cepat m
mematung karena tak percaya
tu di SMA. Guru yang tidak lain dan ti
aman, tapi Faris masih selalu memikirkan wanita yang telah menjadi mantan i
sedih? Haruskah dia bahagia karena bisa bertemu lagi dengan Tanika, atau sedih kar
k terhanyut dengan perasaan. Semua sudah berlalu
a. Hingga saat Faris memutuskan untuk beranjak, kakinya baru melangkah beb
ar
enoleh. Tanika berlar
enjadi penyelamat untuk Ari
sama. Oh, ya. Kondisi Ayah--eh ma
mereka menghembus napas terakhir, bahkan sebelum sampai kesini. Mungkin itu yang terba
Maaf, karena aku terlambat datang k
elamat. Aku sangat berterima
lau kita ngobrol dulu atau kamu mau langsung pulang?
Dia dapat melihat sinar mata memilukan di kedua mata T
sibu
ggak ko
Tanika berusaha tenang di tengah gejolak hati yang masih bergemuruh. Rasanya perih sekali di sana. Begi
pi
ucapan terima kas
aris ikuti k
tapi, hatinya masih merepih ketika melihat Tanika yang hanya diam saja. Bahka
B
ka sedikit
Kenapa Ibu enggak makan
gak lape
iya, Bu. Ibu sendiri aja? Ayah Arista, Ibu tidak menghubunginy
atas pertanyaan Faris. Ia menelan ludah, lalu
bagaimana lagi? Tanika merasa tidak mungkin dan tidak
kecewa Faris terdiam. Ia meraih teh ha
ku enggak be
an kamu wajar kok." Tanik
lagi dia sudah memiliki anak. Meskipun tatapan Tanika menunjukkan kekecewaan