Please, Jangan Panggil Ibu
da Al
gitu saya tidu
ru bermata indah itu. Bu Tanika benar-benar
kataku kali ini enggak ngejailin dia. Sudah cukup, aku
" tanyanya me
Bu. Biar saya ya
cem-macem, kan?" Bu
tapi kalau Ibu enggak mau saya enggak akan
ik Bu Tanika
t juga dia kembali menyentilku. Sumpah demi apapun, sentilan tangan Bu
aya tidur d
. "Maaf, Bu," ucapku, "saya enggak akan macem-macem,
u Tanika men
Ibu tidur di kamar, yuk!
a ke kamar yang enggak terlalu bagus. Hanya ada ranjang dengan kasu
a!" ucapku setelah Bu
celinguk, mungkin me
g." Aku ikut duduk di sampingnya, memastikan Bu Tanika enggak masala
ar kamu rapi, bersih juga." D
tu seperti menyetrum bagian sesuatu di da
h sa
r titah tegas itu. Aku pun l
kalau berani masuk kamar!" ancamnya, k
aku pun mengangguk d
*
at pagi. Itu sudah menjadi rutinitasku. Setelah b
segera berkutat dengan alat-alat dapur. Yap, aku memang memasak
wang merah yang sudah kuiris dan dimasukan ke wajan, ar
ng itu ke wadah kecil berisi telur. Setelah
h sepi. Nasi yang tadi kumasak tampaknya sudah matang.
membuatku kaget, lekas kulir
bu udah bangun?" tan
ya udah lengket nih." Bu Tan
dulu." Aku mematikan kompor terlebih dahulu
aru yang belum dipakai sama sekali. H
nya di situ, Bu." Aku men
u Tanika meraih handuk dan melang
enang. Setelahnya langsung mengulek cabe rawit, tomat, dan terasi. Cer
u Tanika membuatku r
!" Aku juga bert
i deh, in
tuk apa? Gila, otaku mulai meng
?" tanyaku
ang aja, saya m
dibaju. Aku pikir dia ingin aku melihatnya te
ang kebingungan sambil memegang tali timbaan. Oh, ya. Matanya
" desahnya tapi m
Lekas saja aku
u terlalu dekat dengannya. Hingga saat Bu Tan
ini," gerutunya s
ahinya. Tapi, aku merasa kasihan melihat Bu Tanika yang m
timbaan itu. "Sini, Bu bia
ami saling bersitatap. Aku mendadak terpaku, mata berkornea cokelat itu se
napa dengan dia? Yang jelas di sini, di d
tunggu," deham Bu Tanika
a suara Bu Tanika, segera m
u yang hanya bis
ir dari sumur. Sementara,
ang dia rasakan? Kenapa d
kataku sele
ik badan, "kalau gitu ka
kalau enggak bisa nimba,
a, saya suka nimba. Cuma timbaan di rumah kamu
andi saya mau l
kan masak. Hingga, beberapa menit kemudian masa
aneh, kenapa Bu Tanika enggak keluar kamar juga. Den
gilku di b
t Bu Tanika a
a masuk?" Aku masih diam dan tentuny
kok. Ma
a ini sontak sedikit terbelalak saa
nyaku khawatir,
kok dingin banget sih?" Bu Ta
apur lalu menyeduh teh hangat. Setelah jadi, aku
lu!" pintaku menyo
l meraih teh itu. Bu Tanika memin
Dia menatapku de
ng manis
ya." Bu Tanika tampak kes
Setelah itu kita makan baru deh ke sekolah.
n dua tangannya, lalu menatapku serius.
kenapa
atan Kakek kamu, kam
pa alasan Tuhan mempertemukanku dengan guru ini? Di
uatu dari tasnya kemudian menyodorkan uang seratus ribu. "Ini saya ganti,
in. Itu buat Ibu." Aku menolak keras. Tentu saja, karena it
lu kembali menatapku, "gini aja deh, anggap aja
ma jangan? Aku emang butuh uang
ngkapnya lagi membuatku mau t
sih." Kuambil uang itu
ah," tolak
a buat nafkahin Ibu, bukan m
kamu. Tapi inget, enggak wajib, karena di kesepakatan
n? Kasih sayang dari saya, gitu?" godaku membuat dua