Please, Jangan Panggil Ibu
da Al
elalu dirawat. Dia menyuapiku pagi dan malam. Benar-benar seperti
izin sekolah. Rasanya enggak enak
ikan, aku keluar kamar untuk sarapan. Kulih
hendak duduk di rua
ni. Ya, memang agak aneh, karena Bu Tanika bilang kita akan tinggal d
a untuk urusan mandi pun di
antai. Aku dapat menyimpulkan itu dengan jelas, me
h yang bagus, berdinding abu putih itu saat
" tanyanya membuatku
ah, Bu," jawabku
angkuk sup ayam, nasi, egg roll, juga ada buah buahan, jus jeruk dan susu. Segelas a
duk, dia mengambil dua potong roti, lalu
" tanya Bu Tanika, masih me
. Pasti karena melihat aku memakai seragam sekolah
a hari ini," ungkapku menatap serius wajah Bu Tanika. Kami dudu
?" Bu Tanika kembali bertanya
ikut. Detik itu aku belum punya uang, dan lagi uang jajan
. Uang dua puluh ribu itu paling cukup untuk ojek pulang pergi, karena kan rumah ini sepertinya cukup jauh
ang sudah selesai sarapan. Suara gemericik air membuatku menole
h bengong? Mikirin apa sih?"
s mengakui aku enggak punya uang. Apakah aku harus memint
agi?" Bu Tanika ke
lagi, tiba-tiba meletakkan
Sekali lagi jantungku entah kenapa dengannya, seperti listrik menyengat dada dan membuatku terp
dahi, "atau pusing? Yakin mau sekolah?" tanya Bu
perlakuan Bu Tanika. Mata ini malah tiba-tiba tertuju pada bibir merah muda itu. Lekas kupalingkan muka. J
karang," titahnya tegas, "Ibu tahu kamu pasti engga
ternyata Bu Tanika sudah tahu. Kenapa
ai minimarket deket sekolah," tutur Bu Tanika sembari menepu
meninggalkanku sendi
bener, ya kalau guru selalu tahu aja apa yang dipikirin muridn
nya suka ada pembantu Bu Tanika yang datang tiap jam delapan dan pulang jam tiga sore. Dia ART yang membantu p
rparkir di garasi lalu segera masuk. Kulihat di d
Tanika lalu menaruh ker
awabku tersen
ngamannya, kita berangkat," pinta Bu
ngikuti pe
tak mengatakan apa-apa dia
ku memecah
ahut tanpa meli
Bu. Saya kan suami Ibu, harusnya saya yang bertanggu
ngernyit untuk kemudian dia melirikku sambil tersenyu
kalau gitu izinin saya kerja
kan dahi. "Terus sekolah kam
bakal ganggu sekolah saya,"
uman sampai olimpiade, selesai itu kita cerai, kan?" tegasnya sambil menyetir kemudian melirikku sebentar. "Kamu enggak usah
menusuk hati ini. Setiap katanya mem
u Tanika? Dan kenapa rasanya hatiku tak rela? Apa aku mulai
. Sadarlah! Bu Tanika itu guru dia enggak patut
asan Bu Tanika, keadaan mobil jadi hening. Tidak ada lagi yang ingin aku bicarakan
iri perasaan ini. Yang entahlah apa namanya.
ya dari sini." Bu Tanika ke
tikan apa yang aku dengar
i ini ada acara pengajian, kan?
kat." Aku menyodorkan tan
il tanganku dan mencium punggung tangan
Ibu tunggu lagi di sini." Kemudian dia kembali
Dia seolah memberiku harapan untuk boleh memiliknya, namun di sisi lain
as saya sebagai istri menghormati suami say
turun, Bu. Assalamualaikum." Aku denga
ini. Sudah saatnya kembali sekolah, lebih ba
*
kami satu sekolah akan membaca surah Al Mulk, Yassin, dan Al
. Sengaja dibuat luas dan bertingkat, untuk melaksanakan acara ruti
atau apa. Pak Yusuf kala itu membahas masalah rumah tangga. Aku mendengarkan denga
rumah tangganya itu," jelas Pak Yusuf di atas mimbar. "Lelaki akan menanggung tanggung jawab bahkan
n mencari nafkah, mengajari akhlak dan ilmu yang baik bagi anak istrinya dan belum lagi nafkah jug
, dan tentulah sebuah kewajiban pula bagi suami
maka suami tanggung jawabnya lebih besar dia harus mendidik bayi yang istrinya lahirkan itu, membawanya ke jalan yang ben
baik. Maksudnya, perasaan dirinyalah yang paling banyak berkorban misalnya, dan meremehkan pasangan. Berpikir pasa
ahuan tentang rumah tangga
alagi ini, buat anak kelas dua belas yang biasanya udah lulus suka pengen langsung nikah, p
ati, dan tentunya mencintai pasangan kita, kelak jika sudah menikah. Yang terpentin
r, tepatnya ke kelasku. "Nah, sampai situ kira kira ada yang mau b
uk di sampingku, dia lang
menguar gelak tawa semua orang. Termasuk aku sendiri, apa-ap
Mira emang banyak nanya," sahut Pak Yusuf membuatku
Banu, nanyanya yang enak enak mu
wab ya. Enakn