Please, Jangan Panggil Ibu
Karena itu aku mengurungkan niat untuk membuka ma
aat akan kembali memejamkan mata. Adu
ri yang akan aku berikan untuk pengganti Anatasya di olimpiade sain
umah. Itu membuatku bangun dan langsung melihat sekeliling. Tuh
ur, lalu melihat keluar jendela. Hujan yang deras, aku me
erhana. Ya, sangat sederhana bagiku seorang Tanika Kusuma Pratama yang hidup denga
masuk sekolah itu, pasti Faris benar-benar
tanya seseorang yang
"U, Aaaa!" Bukan menjawab aku m
nya dan suara itu s
g telanjang dada di hadapanku dan hanya mengenakan
k sopan depan guru," gerutuku masih me
u mandi barusan. Ya udah, saya ganti baju dulu,"
n anak itu sudah masuk kamarnya, kemudian menghela
di Faris yang menyelimutiku, aku jadi benar benar tidur nyenyak. Tapi, b
membuatku menoleh padanya. Pemuda berku
karena memang aku tidak
yang tadi." Kulihat wajah remaja ber
agi. Enggak sopan apalagi depan guru kamu,"
udah, kalau gitu kita makan dulu, Bu," pint
enasaran pada remaja yang sedang mengangkat nasi dan makanan it
ku mengambil dua man
ris cengengesan k
yang bisa dibilang sederhana itu di atas ka
jauh dengan yang sering aku makan di rumah. Hanya ada
ski aromanya cukup memikat, aku malah
engong. Dia pun menyodorkan sepiring
g makanannya sederhana tapi enak kok,
itu. Aku melihat Faris makan begit
lagi. Sepertinya dia sadar aku h
Aku pun memberanik
i ini. Gurihnya pas, Cah Kangkung yang enak. Padahal dulu, aku tak pernah memakannya karena Bi
ara Faris membuatk
ter masak juga rupanya," puji
alau Ibu suka, s
nya aku ingin membantu Faris mencuci piring, tapi di
pa-apa. Akhirnya aku menurut saja pada muridku itu. Lalu memilih d
apa, kan Bu?" Tiba-tiba Faris muncul begitu
jawabku singkat lalu
ru memulai belajar pukul 18.30. Ya, karena tadi pas magrib Faris pamit
yakan beberapa pertanyaan saja. Itupun pelaja
ditulis di buku, lalu Faris mengerjakann
merasa keringat bercucuran di tubuh. Kupegang tangan seseorang yang entah siapa. Ya, ma
itu seakan menutup mata. Keringat terasa semakin bercucuran
uridku itu. Pelan tapi pasti aku merasakan sebuah deka
bu kenapa ?" Sayup-sayu
ku memeluk Faris dengan erat masi
aku rok, cepat ambil! Aku takut ...," titahku takut, kareih takut menutup mata, berharap segera ada cahaya, dan kedua tanganku masih setia meme
aku belum bisa melihat dengan jelas. Hingga air mata melelehngar Faris sep
membuat aku sedikit terperanjat. Tiba-tiba pintu ruma
lahan, demi meyakinkan cahaya yang ada di hadapan ku itu. Kepelukan malam-malam, lagi mesum,
rus mati lampu malah berduaan
eseorang di sampingku yang ternyata masih kupeluk. Langsung saja k
menghadap Bapak-Bapak yang b
Tadi saya sama Bu Tanika bukan l
kita liat kalian lagi pelukan. Kalau bukan mes
sih mencerna apa
i si Mbak-nya teriak teriak. Gimana kita enggak curiga, coba?
ak melakukan apa-apa. Tadi, Bu Ta
rus tanggung jawab dengan perbuatan ka
lu memilih berdiri untuk ikut menyangkal juga. Enak aj
s murid saya dan saya lagi ngajar dia," j
nggak-enggak itu mah." Satu dari Bapak
a. Bahkan, satu Bapak mencengkram tanganku dengan kuat agar aku t
*
pak itu terlihat menjelaskan sesuatu p
meja. Banyak pula warga yang sudah mengepung rumah Bapak RW. Kebanyakan m
keluar dari rumahnya tiba tiba menunjukku. "Hubungi orang tuamu, kamu akan saya n
dan Faris mencoba menarik tangan Pak RW, tap
dulu!" pinta Bapak yang m
ing masalah ini akan kami selesaikan," jelas Bapak i
m sama anak ABG," teriak Ibu-Ibu yang
ar Ibu-Ibu Tukang Gibah!" umpatku dalam hati dengan mengepalkan era
Ayo pulang semuan
mesum!" Kembali terdengar seorang Bapak-Bapa
ah ini akan kami selesai kan, semuanya bu
n dari warga, yang ke
pak itu menyeret kami
diri lalu mendekati Bapak itu "Pak, Bapak salah paham, saya tadi enggak berbuat
dan yang lainnya salah paham." Benarkan,
gan nikahkan kami
k biarin kita pulang." Faris juga tak kalah memelas. Pasti perasaannya s
tnah. Daripada jadi fitnah lebih baik kalian menikah. Toh, saya memang melihat
kamu hubungi ayah kamu, minta dia kesini buat
u, sembari menahan air mata karena tak percaya dan juga tak ingin
karena paksaan Bapak yang terus menjaga kami di
u menelepon Ayah, Faris langsung meminta izin ke toilet. Dia belum keluar juga sampai aku seles
mengalihkan atensiku ke pintu