icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Please, Jangan Panggil Ibu

Bab 3 Kesalahpahaman Itu

Jumlah Kata:1902    |    Dirilis Pada: 10/05/2022

Karena itu aku mengurungkan niat untuk membuka ma

aat akan kembali memejamkan mata. Adu

ri yang akan aku berikan untuk pengganti Anatasya di olimpiade sain

umah. Itu membuatku bangun dan langsung melihat sekeliling. Tuh

ur, lalu melihat keluar jendela. Hujan yang deras, aku me

erhana. Ya, sangat sederhana bagiku seorang Tanika Kusuma Pratama yang hidup denga

masuk sekolah itu, pasti Faris benar-benar

tanya seseorang yang

"U, Aaaa!" Bukan menjawab aku m

nya dan suara itu s

g telanjang dada di hadapanku dan hanya mengenakan

k sopan depan guru," gerutuku masih me

u mandi barusan. Ya udah, saya ganti baju dulu,"

n anak itu sudah masuk kamarnya, kemudian menghela

di Faris yang menyelimutiku, aku jadi benar benar tidur nyenyak. Tapi, b

membuatku menoleh padanya. Pemuda berku

karena memang aku tidak

yang tadi." Kulihat wajah remaja ber

agi. Enggak sopan apalagi depan guru kamu,"

udah, kalau gitu kita makan dulu, Bu," pint

enasaran pada remaja yang sedang mengangkat nasi dan makanan it

ku mengambil dua man

ris cengengesan k

yang bisa dibilang sederhana itu di atas ka

jauh dengan yang sering aku makan di rumah. Hanya ada

ski aromanya cukup memikat, aku malah

engong. Dia pun menyodorkan sepiring

g makanannya sederhana tapi enak kok,

itu. Aku melihat Faris makan begit

lagi. Sepertinya dia sadar aku h

Aku pun memberanik

i ini. Gurihnya pas, Cah Kangkung yang enak. Padahal dulu, aku tak pernah memakannya karena Bi

ara Faris membuatk

ter masak juga rupanya," puji

alau Ibu suka, s

nya aku ingin membantu Faris mencuci piring, tapi di

pa-apa. Akhirnya aku menurut saja pada muridku itu. Lalu memilih d

apa, kan Bu?" Tiba-tiba Faris muncul begitu

jawabku singkat lalu

ru memulai belajar pukul 18.30. Ya, karena tadi pas magrib Faris pamit

yakan beberapa pertanyaan saja. Itupun pelaja

ditulis di buku, lalu Faris mengerjakann

merasa keringat bercucuran di tubuh. Kupegang tangan seseorang yang entah siapa. Ya, ma

itu seakan menutup mata. Keringat terasa semakin bercucuran

uridku itu. Pelan tapi pasti aku merasakan sebuah deka

bu kenapa ?" Sayup-sayu

ku memeluk Faris dengan erat masi

aku rok, cepat ambil! Aku takut ...," titahku takut, kare

ih takut menutup mata, berharap segera ada cahaya, dan kedua tanganku masih setia meme

aku belum bisa melihat dengan jelas. Hingga air mata meleleh

ngar Faris sep

membuat aku sedikit terperanjat. Tiba-tiba pintu ruma

lahan, demi meyakinkan cahaya yang ada di hadapan ku itu. Ke

pelukan malam-malam, lagi mesum,

rus mati lampu malah berduaan

eseorang di sampingku yang ternyata masih kupeluk. Langsung saja k

menghadap Bapak-Bapak yang b

Tadi saya sama Bu Tanika bukan l

kita liat kalian lagi pelukan. Kalau bukan mes

sih mencerna apa

i si Mbak-nya teriak teriak. Gimana kita enggak curiga, coba?

ak melakukan apa-apa. Tadi, Bu Ta

rus tanggung jawab dengan perbuatan ka

lu memilih berdiri untuk ikut menyangkal juga. Enak aj

s murid saya dan saya lagi ngajar dia," j

nggak-enggak itu mah." Satu dari Bapak

a. Bahkan, satu Bapak mencengkram tanganku dengan kuat agar aku t

*

pak itu terlihat menjelaskan sesuatu p

meja. Banyak pula warga yang sudah mengepung rumah Bapak RW. Kebanyakan m

keluar dari rumahnya tiba tiba menunjukku. "Hubungi orang tuamu, kamu akan saya n

dan Faris mencoba menarik tangan Pak RW, tap

dulu!" pinta Bapak yang m

ing masalah ini akan kami selesaikan," jelas Bapak i

m sama anak ABG," teriak Ibu-Ibu yang

ar Ibu-Ibu Tukang Gibah!" umpatku dalam hati dengan mengepalkan era

Ayo pulang semuan

mesum!" Kembali terdengar seorang Bapak-Bapa

ah ini akan kami selesai kan, semuanya bu

n dari warga, yang ke

pak itu menyeret kami

diri lalu mendekati Bapak itu "Pak, Bapak salah paham, saya tadi enggak berbuat

dan yang lainnya salah paham." Benarkan,

gan nikahkan kami

k biarin kita pulang." Faris juga tak kalah memelas. Pasti perasaannya s

tnah. Daripada jadi fitnah lebih baik kalian menikah. Toh, saya memang melihat

kamu hubungi ayah kamu, minta dia kesini buat

u, sembari menahan air mata karena tak percaya dan juga tak ingin

karena paksaan Bapak yang terus menjaga kami di

u menelepon Ayah, Faris langsung meminta izin ke toilet. Dia belum keluar juga sampai aku seles

mengalihkan atensiku ke pintu

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka