icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Please, Jangan Panggil Ibu

Bab 8 Nyaman

Jumlah Kata:1436    |    Dirilis Pada: 10/05/2022

da Al

begitu lembut dari sini. Aku menaikan bola mata, meliriknya yang

n pandang, saat sada

Tanika, "kamu pucet bang

yang lemah. Benar, aku memang merasa benar-benar let

Akhirnya, aku pun pasrah saja ketika Bu Tanika membantu tubuh in

sya. Terpaksa aku pun berhenti. Bu T

" Dia me

jenguk Anatasya. Saya belum izin sama Bu Mira,

Mira --wali kelasku--, Rama, juga Banu. Kami ke rumah

tahu aku ke toilet. Namun, untuk pulang, tentu saja dia belum tahu. Ras

udah, kamu tenang aja, nanti saya yang kirim

asih

lihat mengutak-atik ponselnya. Sepertinya dia sedang mengirim pesan pada Bu Mira. Baiklah

warna hitam itu. Sungguh, tubuh ini terasa begitu letih,

ain sakit ini cepat hilang. Ras

embut. Suaranya membuatku diam. Wajah mulus da

pengaman untukku. Aku tahu itu karen

terucap di hati. Kelu bibir ini untuk memujinya secara gamblang seperti i

an ini. Aku pun melihat Bu Tanika perla

angunin kalau udah sampe." Bu Ta

rjalanan. Suara musik jazz yang lembut ny

rang menyentuh pipi ini. Aku pun membuka mata pelan, ya bukan me

Tanika dan wajahnya kembali k

nya yang tidak kujawab, karena rasa

anika kelua

yang awalnya enggak mau ngomong malah refleks terngan

" tanyaku penasaran sa

rlaku," jawab Bu Tanika, kulihat dia m

mbali mengajak masuk. Ah, rumah itu sangat bagus, apa aku benar-benar boleh ting

udah bisa jalan sendiri, kan?" Bu Tanika be

Enggak apa-apa, Bu. Saya

kan. Enggak mungkin aku minta Bu Tanika memapahku lagi, m

Tanika setelah kami di dalam. Dia jug

um-kagum dengan nuansa rumah yang bisa dibilang m

nti saya bawain makan." Suar

kaca. Terlihat di luar itu ada pepohonan hijau. Em, indah sekali rumah ini. Aku kembal

Bu," uca

. Kubuka pintu dan betapa aku terkesan dengan kamar berga

, pikirku dalam hati. Ini benar-benar

buhku sudah kembali merasakan hawa panas dan entahlah bercampur dingin juga.

*

ar kudengar su

ali. Itu Mama, ya? M

ma. Aku tidak tahu itu siapa, mataku susah untuk dibu

h ini diguncang tangan seseorang. Tunggu se

wanita cantik itu. Bu Tanika menatapku, lalu p

akan sentuhan Bu Tanika. Tapi, k

-apa?" Bu Tanika

depanku itu. Bu Tanika tampak khawatir, dia meraih ma

ulu!" pintanya menyodo

karena benar perut ini terasa melilit dan

itu tampak begitu cemas. Ya Allah, Bu Tanika benar-benar mengingatkanku pada

Tanika kali ini menyodorkan

u, tapi apa, ya? Mungkin memastikan dia masih manusia,

. Satu sampai lima suap mungkin, aku bisa makan. Namun, sete

ah. Akhirnya, sendok yang Bu Tanika

ku, "aku enggak m

a?" tanyanya m

bisa menga

enaruh mangkuk lalu merogoh sesuatu dari saku bajunya.

nya. Bu Tanika bahkan memba

, dia benar-benar mirip dengan Mama. Dulu, kalau aku

ingga, saat Bu Tanika akan beranj

mau sesuatu?"

erharu, namun tangan ini

balas senyumku yang membuatku

sesuatu, Bu?" ta

Tanika kembali dudu

getin saya dengan sosok ibu yang udah lama pergi ninggalin saya." Hatiku tidak bisa berbohong. Akhirnya, aku meng

etapi, tak apa, Bu Tanika di sini. A

balas mengenggam tanganku. Bu Tanika ters

in kamu sampai kamu ti

sur membaik, obat itu pasti mulai bereaksi. Perih di la

embuat aku merasa nyaman. Sungguh, aku ingin terus seper

begini. Biarlah tentang kesepakatan. Entah kenapa, aku jad

baca, boleh vote

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka