Please, Jangan Panggil Ibu
ntak fisik laya
idak diwajibkan
ak boleh mencampuri urus
ak diperbolehkan m
a usianya, maka pihak suami ha
pun suami punya ka
artemen sampai olimpiade sains selesai. Sete
pakat merahasiakan stat
a terlihat sudah beres duluan. Aku menyerahkan kertas
tegas menatap Fa
menyahut b
si kesepakatan Faris. Mataku melotot
katan anak
ang mencampuri urusa
rima nafkah lahir batin s
ang mengekang suami
ma-sama belajar menjadi
coba yang dia tulis itu? Maksudku di poin dua dan empat?
sedikit memiringkan kertas. D
titahku menur
losnya itu aku akui emang ganteng sih, tapi
erekah, namun bukan senyum manis. In
kalau aku sudah memasan
memasang wajah ketakutan. Dia bahka
mengambil kesempatan saat dia su
rdengar saat jari ini berh
, "apa-apaan sih, Bu? Baru aja n
mku kesal, "udah disen
as Faris. "Pihak istri harus menerima nafkah lahir batin se
kerja juga. Jadi, Ibu harus ngertiin saya buat masalah nafkah," jela
pkan tangan, heran juga aku dengan anak ini. "Kamu lihat ka
ran padaku. "Lho, kok gitu Bu? kan itu
rmal, kita kan nikah juga g
aku belum kerja kok. Tapi, nanti aku b
, Faris memang sosok murid yang bertanggung jawab. Tapi untuk pernikahan ini ... ah,
melihat Faris me
poin pertama ini bikin saya rugi, Bu."
ar protes Faris. Poin pertama itu menyangkut harga diriku, dan ya ..
Bu. Saya enggak dapat keuntungan dong dari pernikahan ini, saya ka
las enggak ada untung ruginya." Aku berusaha membela d
emeluk diri sendiri. "Kamu, awas ya! jangan macem macem. Saya ini guru kam
stri." Faris, dia benar-benar menyebalkan malah menatapku dengan genit sepe
gigit, kok," godanya sa
gitu kamu!" Jantung ini berdebar, tapi aku masih berusaha mel
ahun. Dia remaja laki-laki, yang normal. Dia bisa melakukan hubungan layaknya su
aya saya normal? Ibu boleh c
u berhasil menyentil lagi dahi ana
menutup wajah dengan HVS. Malu jujur, Faris pasti menyadari
, Bu. Saya cu
k lucu," ketusku tak
hening
panggi
gak malas. Masi
imana, Bu? Saya kan harus jaga dia." Suara Faris yang melemah,
saya yang urus. Lagian dari awal saya sudah berniat ingin bantu kamu, saya kasihan liat Ka
si rumah, kehidupan, dan cerita Faris membuatku iba padanya. Aku p
anget." Mata Faris tampak berbinar de
ngnya balik sopan lagi," gerutuku m
u. Abis saya k
aksud kamu?" tanyaku her
ya deket sama ibu. Jadi, ngerasa saya n
elasan Faris. Apa maksud an
enyentuh hatiku. Kalau ditanya, apa aku nyaman bersama Far
berbakti pada orang tuanya. Itu cukup unt
a pikiranku semakin melayang atau bahkan sem
setuju sama kesepa
mau kemana?" tanya Fari
ris yang masih menatapku. "Ibu nginep di
ian udah malem juga."
r dimana?" tanyaku
mar sa
hi. "Maksud kamu, ti
mau sih, eng