After Marriage
n natural. Tak ada bulu mata palsu yang menghias matanya yang sudah inda
b senada, membuat penampilan sos
ebentar lagi, ia akan menempuh hidup yang baru. Mengar
am cermin. Di luar sana, Kak Rai tengah m
yang akan menikahkanku. Om Tedy, adiknya Aya
Rai menjabat erat tangan wali dan mengu
, diiringi ucapan syukur kepada-N
dan seluruh kakak kami di panti yang hadir menatap kami penuh haru. Perasaan
*
tika sudah berada di kamar. Aku meluruskan kaki di
mengobrol di ruang tamu. Aku sempat berpikir, apakah seharian d
ru di atas meja. Hadiah itu dari Kak Amara. Ia sendiri ya
melihat isinya. Baju tidur putih panjang tanpa
yang bersatu, melainkan juga raga kami. Seketika waj
kusembunyikan kado Kak Amara di bawah ranjang. Aku
ki yang kian mendekat. Aku mengatur n
Hangat. Membuatku tergelitik untuk membuka mat
in ia berpikir aku benar-benar terlelap.
njak dari bibirku. Aku sudah tak kuat lagi menjaga mat
dian beralih ke atas. Aku berteriak dan terdud
egala, sih!" Kak Rai tergelak
ku mengusap hidung yang terasa be
ngku. Ia membawaku dalam pelukannya la
selama ini berbuah hasil yang kuing
ahku. Perlahan ia mengikis jarak di antara wajah
centi
centi
suara ketukan keras terdengar dari luar. Suara
mau melahirkan. Ketubannya s
yang be
k Rai melesat ke arah kama
airan bening terus mengalir dari jalan lahir. Suamiku dengan
menyiapkan barang yang dibutuhkan saat persalina
Bandara. Dia sudah Ibu telep
a ganti baju. Tunggu aja di mobil." Aku berbohong men
rang lagi di rumah. Mungkin Dodi juga langsung ke rumah s
oa dalam setiap perjalanannya. Ak
ing panjang pula. Aku merebahkan diri di damping Vino d
ku berguman seiring mata yang terpe
*
...
ta. Pagi mungkin sudah beranjak siang saat mataku mena
rlelap padahal mereka yang membuatku harus menahan kantuk hingga subuh. Kei
menjadi figur ayah, kakak, bahkan sahabat. Aku berharap, meskipun kami menikah dan sedikit canggung d
...
ajah penuh senyum itu. Mau tak mau aku kembali mengingar ciuman hangat semalam. Andai saja duo bocil itu t
ak bisakah orang itu sedikit bersabar. Harusnya dia juga mengerti adab bertamu, b
ni pagi-pagi?" tanyaku
erawatan itu terlihat marah. Wanita itu mengenakan gaun merah terang yang melekat erat di lekuk tubuhnya. Tubuh sintal yang tentu
ihan?" tany
i orang. Pakai baju super seksi lagi. Tanpa sengaja aku melirik baju yang kukenak
san kami. Cepat panggil Raihan ke sini
nya, suara Kak Raihan menyela
ai
lu ia memeluk tubuh yang hanya berbalutkan kaos putih tipis. Dilihat dari
yuruh Saskia untuk duduk di sofa diikuti olehku dan Kak Raihan sendiri. Seharusnya aku membuatkan minuman demi
in sambil menyodorkan bantalan sofa untuk menutupi
bertanya dengan nada mengejek, "Kamu takut,
lengos, beru
ah berkunjung. Minggu depan
gar kalimat terakhirnya. Mer
kantor kan cuma ada kamu," jawab Saskia
h denganku
seolah tanpa filter. Seenaknya menerobos tembok ta
annya. Kak Rai menggenggam tanganku erat. Otomatis, aku
ia sedang mempertimbangkan tawaran Saskia? Aku menggigit bi
terpenting aku ini kaya. Kalau kamu menikahiku, Papa nggak bakal cuma jadiin kamu seorang manajer. Sama sekali tak a
a tidak, mungkin saja sudah melayang ke wajah cantiknya itu. Aku y
kali tidak menginginkan semua yang ada padamu dan keluarga
erkata, "Dasar bodoh! Baiklah, jika meman
menatap lelakiku. Kulihat raut wajah Kak Rai berubah cemas.