After Marriage
angkan saja, ketika suami yang sudah sejak beberapa hari ini kau tunggu kabarnya,
nyum tengil yang kini seolah menjadi hal wajib ketika ada bersamaku. Aku benci dia. Aku ben
ngannya. Biar saja dia kembali ke kamar lamanya. Toh, setelah maupun sebelum m
uin tuh dari tadi. Masa Ibu yang harus nemen
saja." Aku bergeming. Aku tak mau ke sana. Untuk apa? B
urin begitu. Kamu nanti yang do
mana aku bisa menjalankan kewajibanku sebagai is
udah begini mau tak mau aku harus keluar karena aku nggak mungkin mengabaikan Ibu yang dala
, Bu. Ini Ni
h tak mendapati Ibu di sana. Mungkin beliau sudah kembali ke
sa. Ingin sekali aku menggebrak meja dan memakinya sesuka hati. Sayang, Ibu ada di
pada pria yang hanya bisa
jadi belum lapar. Karena habis masak se
oo
vorit. Ada baiknya aku memiliki suami yang sudah mengenalku dengan baik. Kalau tidak, aku tidak akan bisa menikmati ma
tku makan terburu-buru. Aku harus menghabiskan makanan ini dan langsung kabur lagi ke kama
ma makannya." Aku menjawab sambil meng
engunci pintu supaya aku
penuturannya yang tepat pada sasaran. Kenap
kenapa sih dari tadi." Kak R
menangis. Aku lebih kesal darinya, lebih sengsara, dan ingin sekali menang
a? Kok mala
nangis. Dasar pria tidak punya peras
nanti Ibu denger, aku dikira ngapa
lega di tenggorokan sehingga batuk juga ikut mereda. Sayangnya, hal itu tak membuat
a Kak Raihan setelah m
semua gejolak yang tersimpan, aku duduk di sofa sambil menguta
u? Kalau iya, bisa kamu jelasin di mana sa
sofa. Rasanya tak pantas untuk seorang laki-laki yang mendua berlaku romantis kepada pasangan yang sebenarnya tak
ak peduli terhadap istri di rumah, dering hape miliknya sudah lebih dulu mengalihkan perhatia
ma suamiku dua hari kemarin?" Aku mengguma
rengek supaya Kak Raihan tak menerima panggilannya. Dari balik pintu balkon, aku melihat
mau menjelaskan segalanya. Sejak kecil dia selalu memendam perasaannya sendiri.
an menerima telepon. Sekilas aku mendengar jika Kak Raihan
lebih baik dibandingkan sebagai suami. Aku jadi terlalu banyak
h aku m
dengar memanggil Kak Raihan untuk masuk. Dari suaranya, Ibu terdengar sangat m
up untuk mengungkapkannya? Ataukah aku harusnya bertahan meski ru
pergi dinas." Suara Ibu terdengar mengakhiri obrolan hangat me
Aku tebak, ia pasti memasang wajah je
mudian tidur di sampingku. Sempat kurasakan sebuah kecupan di kening