Sahmura Yang Redup
ra untuk membuat Hafizah t
a Yang
Hafiz langsung disambut dengan pemandangan Hafizah yang terti
rangtuanya, benarkah yang membunuh orang tuanya adalah Ayah Faris? Te
g sedang tersenyum kepadanya. "N
enyum tipis. "Maaf ya, Bi, saya n
Hafizahnya kecapean kayaknya, dibawa
ngingat, jika Bi Wati 'kan sudah bekerja lama dengan orang tuanya. Sudah pasti tahu kasus
i Wati pun bangkit. Saat Bi Wati akan pamit
um. "Boleh attu
erja sama Mama, Papa saya?" Bi Wati mengangguk.
ng, lidahnya terasa kelu. "Bi bi bi Wati ta
asti ada yang disembunyikan bukan? Rasanya,
atau ...." Hafiz menggantung k
uga butuh kepastian. Hafiz tidak ingin menjadi seseorang yang suda
k, izin pamit ya, Nak." Bi Wati pun dengan cepa
zah masih berada di pangkuannya, Hafiz berdoa semoga percakapan
ian. Hafiz belum menghabiskan banyak waktu bersama kalian. Sosok Papa yang tegas, rela sibuk bekerja untuk menafka
esedihan dan masalah oleh orang lain. Hafiz bukanlah anak broken home seperti yang lai
waktu bersama kalian, Hafiz tidak akan merasa sekehilangan ini. Sekarang Hafiz merasa menjadi anak yang paling dosa, tidak tahu apa-apa
itu menetes di atas wajah Hafizah, yang telah
benar itu adalah pembunuhan yang telah direnca
z merasa hanya untuk bernapas pun sulit. "Apakah b
terdiam. Perlahan netra yang sembab itu memandang lengan Hafizah,
kejut. "Ha–hafizah
ata di wajah Hafiz yang begitu dekat denganny
fiz belum menyadari apa yang terjadi. Hafizah lalu mengecup k
Hafiz jangan sedih, ada Allah sama Hafizah di sini. Kata P
ng gadis yang tidak tahu apa-apa, tetapi kehadiran gadis ini menjadi penguat dirinya.
izah memukul punggu
pelukannya. "Huh huh," helaan napas Hafizah terdengar
rambut Hafizah. "Saya lemah ya
mendekati Hafiz. Hafiz bergidik ngeri serta memundurkan w
mau apa?" Hafiz
takutan. Seperti Hafizah akan melakukan apa-apa saja kepadanya. Tu
hahaha." Tawanya
wajahnya, dan sofa sekarang menjadi korban aksi pukulan Hafizah. Andai sofa bisa berkat
et mengangkat tubuh Hafizah ke pung
rnah bilang, 'Ini baru pendaftaran Hafizah. Nan
, lalu setelah sampai membaring
*
gung jawab!" teriak Hafizah dengan sel
raya diiringi tawa dari kam
, ngajak mainya kasa
lekat ditubuhnya. Perkataan Hafizah terasa ambigu
nya kita main apa, Sayang?" jahilny
h berkata dengan wajah
orang lain menjadi jalan-jalan. Mendengar tawa Hafiz, Ha
tidak baik. Otomatis kaki Hafizah sakit, pegel, pokonya Pak Hafiz tanggung jawab! Gendong H
ika Hafizah bercerita. Sesalah itukah sampai diriny
jian,' batinn
fizah menaika
ggaruk tengkuknya, dan membenarkan letak
anu apa?" r
pelan. Namun, denga
iyalah!" Hafizah d
Monologny
las Hafiz
*
depan gerbang. Hafizah minta diturunkan, saat Hafi
gan semburat merah menghiasi wajahnya. Hafizah tersenyum malu-malu menyapa H
sapaan seorang perempuan membuyarkan lamunannya. Dari pagi, Hafizah memang
ya," kata Aprilia
at Mbak bantu membujuk Om Sawarna, saya bisa men
sama-sama. Ingat tapi misi kita
a Hafiz sera
kode, dan saat itulah Hafiz te
sayangmungkin sekarang dirinya belum bisa sampai mengikat. Cinta atau orang tua? Hafiz yakin orang tuanya sudah bahag
*
ala sekolah. Hafiz melaporkan tindakan tersebut, atas bantuan Bu Lai
u Laila pun bertanya, "Rafl
eluar kota,"
Laila tida
Rafli menja
fiz tertegun. Memang, setiap kali ada rapat wali murid, yang d
iz bertanya dan angguka
itu kepada orang tua mereka, mereka pun meminta maaf dan berjanj
kannya. Bersikaplah sewajarnya anak sekolah, kalian di sini
n bersama para orang tuanya. Meskipun begitu Rafli izi
pun caranya itu. Mereka tidak baik!" Seb
guan, Rafli melangkah men