Sahmura Yang Redup
menggores jiwa, tetapi hati tetap ber
a Yang
harinya. Hubungan mereka, hanya diterpa sedikit ombak lalu tidak lama seperti semula. Badai b
ini belum ada yang mengganggunya. Berkat guru sekaligus suaminya, Hafizah men
ang siswa yang samar Hafizah dengar menyapa guru tersebut. Hafizah mengabaikanny
akan keluar," cakap guru tersebut s
duduknya. Netra semua siswa menatap Hafizah penasaran. Raut w
sebut. Dengan rasa gugup Hafizah mulai menilai tubuh yang menjulang tinggi, sera
u yang terbelah dua, dengan warna kulit bersih, netra berwarna biru. Rafli. Ha
gomong." Rafli berkata ketika
apa?" nada suara
s. Ia mengangkat dua jarinya tanda janji. "Gua
undur. Saat Rafli maju, Hafizah mengangkat ta
i. Rafli memperhatikan sekitarnya. Lalu netranya memandang kemb
kepalanya terangguk ragu. Rafli mulai berjalan
kini sepi, karena jadwal masuk kelas. Pohon yang rindang menaungi ked
r," gumamnya, meli
menggeleng. Rafli ikut
sih," gumam H
"Ngikutin apa?" Hafizah menggeleng. Rafli jug
berseru dengan nada
, tetapi teryata menyebalkan juga. "Tolong, biarin gua bicara." Raf
us dengan cara apa, bicara biar engga ketahuan siapapun di sekitar lu, Fizah. Akhirnya gua ngelakuin itu,
" Rafli memperingati. "Ini lebih berbahaya, dari Ardela
a sering dikelilingi orang yang membenci dirinya? Salah Hafiz
tanyanya m
ang jelas itu mereka bukan dia
ia?" beo Hafizah
yang berjalan pelan, mela
ang dimaksud Rafli. Tubuh Rafli bangkit dari duduknya. "Hafizah, orang yang kamu sangka
h?" gelengan Rafli membuat a
n yang tercipta, melalui itu juga mereka in
g Rafli maksud? "Tahu dari mana dan siapa?" Hafi
mulut Rafli yang akan melanjutkan perkataannya berhe
masih di sini, Rafli Argapuro Prawinata?" Suara Bu
emandang Hafizah penuh arti. Begitu Hafi
erasal dari Hafiz. Hafizah terperan
tanpa sepatah kata lagi. Tatapan mengintimidasi
k ingin orang tua kamu saya panggil!" Hafizah mengangguk ce
idak mendengar pembelaan dari Hafiz, rasa
engga bela, Hafiza
hal penting yang ingin saya katakan," ujar Bu
n berjalan di depan Bu Laila u
*
un tidak punya satu pun teman, Hafizah tidak mengapa melalui semuanya sen
nya mematung ketika netranya menangkap dua orang y
rsama itu, hingga kesadarannya kembali setelah tabrakan disengaja
nya diiringi tawa. "Cup cup Hafizah-Hafizah mau aja dimanf
anya nikahin Hafizah, bukan manfaatin
sesuatu tentang kenapa Kak Hafiz nikahin lo, tapi karena lo som
epupu yang tidak pernah suka kepadanya itu. Hidupnya kini se
pa, Qil?" t
ama gue," balasnya memandang sinis. "Ya, t
i lagi. "Niat ngasih tahu gak, sih,
tidak ia mengerti. Kaki yang akan kembali melangkah lagi-lagi
h menunduk kala netra Pak Hafiz memandang Hafizah. "Ke r
e
berubah, rona merah itu memancar di wajahnya. Hafiz ter
aja Hubby, Hafizah akan balas." Ia bertekad dengan senyuman penuh arti. "
Karena dasarnya seseorang tidak akan terlalu paham isi hati orang lain.
yakit jiwa. Hafizah tidak peduli, toh tidak membuat mereka rugi. Hafizah menjulurkan lidahnya saking sena
u senang." Hafizah bersenandung seraya berlari keci
tertawa seperti orang kerasukan. "Hafizah ini akan lama, kau akan menderita! Keluarga gua
kunjungi kembali. Kejahatan selain karena niat, juga karena adanya kesempatan