Mencintai Gadis Amnesia
tidak tega melihat tubuh perempuan tersebut terbaring lemah di atas brankar rumah sakit dengan berbagai alat medis yang melekat di tubuhnya. Wajahnya yang pucat pasi ikut
untuk sembuh oleh Allah, Nak," sahut Aisyah pel
mpingnya. "Mama habis ini pulang?" Wanita menjawab iya, k
m cukup manis, melihat putranya begitu perhatian kepadanya. Wani
n untuk segera mengantar Aisyah. Sebelumnya, dia meminta nomor perawat yang bertugas jag
*
Adib agak keras seraya memanggil-manggil siapa pun yang berada di sekitar lorong di depan ruang rawat perempuan itu, untuk meminta bantuan. Beruntungnya ada seorang perawat yang langsung datang ketika mendengar teriakan Aisyah. Perawat itu memangg
uang rawatnya. Berulang kali dia mondar-mandir di depan ruangan itu, menunggu Dokter Andi
Dia satu-satunya harta berharga
r pergi tanpa memberikan tanda-tanda sebelumnya. Sehari sebelum insiden nahas itu terjadi, Akbar masih baik-baik saja. Dia masih m
sembuh, apa saat ini Engkau akan memberiku luka lagi? A
ngan itu. Wanita itu rapuh semenjak ditinggal pergi suaminya. Oleh karena itu, dia selalu menuntut Adib agar segera menikah, salah satunya agar dia tida
suara Dokter Andika. Dengan cepat dia menyeka air matanya lembu
pingsan begitu? Tidak ada gejala penyakit yang serius,
a terkejut dia makin down," jelas Dokter Andika. Aisyah menundukkan kepala mendengar penjelasan itu. Putranya stres, dan Aisyah mulai berpikir, apa tuntutannya selama ini yan
p, dan jangan memaksanya untuk melakukan sesuatu yang tidak diinginkannya, insyaallah dia akan segera
elumnya memberi izin kepada Aisyah untuk menjenguk Adib, wanita itu
ranya yang terbaring lemah di atas brankar. Aisyah mende
yang tidak mau mengerti keadaan kamu. Kamu pasti tertekan, 'kan, sama tuntutan Mama?" Aisyah makin menangis
memegang sebelah tangannya. Aisyah kemudian mengangkat wajah mendengar panggilan putranya. Dia melantunkan kalimat syukur berkal
mbap Aisyah. "Maaf, aku bikin Mama kh
adar. Mama sangat senang. Lagi pula Mama yang harusnya minta maaf karena te
rkannya itu lekat-lekat. "Mama tidak salah. Sama sekali tidak. Aku saja yang terlalu keras kepala. Jadi, Mama tidak usah minta maaf. Lagi pula, perlahan
k akan maksa-maksa kamu lagi. Mama akan sabar sampai k
ng membuatnya tidak berdaya selama ini. Ya, bohong jika dia tidak bahagia mendengar kata mamanya barusan. Namun, alih-alih menunjukkan kesenangan itu secara kentara, Adib hanya menyunggingkan seny
a.Dengan sigap dia bangkit dari tempat duduknya, merapikan selimut dan membenarkan posisi tidur sang anak agar bisa beristirahat dengan nyaman. Se