Mencintai Gadis Amnesia
ka pintu ruang rawat putranya. Adib menyunggingkan senyum sem
nkar Adib. Rantang itu berisi bubur yang dibawanya dari rumah. Setelah itu, Aisyah membuka rantang tersebut, menyendok isinya sedikit
Sayang?" Aisyah hend
ndiri," tolak Adib, samb
membiarkan sang mama menyuapinya. Meski awalnya risi, lama-lama rasa itu hilang juga. Berganti kebahag
tidak?" tanya Adib setelah selesai
sa separuh. Aisyah memberikan beberapa obat yang diresepkan oleh Dokter Andika. Baru setelah putranya menyelesaikan ritual minum obatnya, Aisyah menjawab, "
si gadis yang ditolongnya. "Ada orang ke sini tidak, Ma? Siapa tahu ada
uduk sini, Dib. Soalnya di tetangga sekitar en
it menemukan keluarganya kalau mema
memikirkan kesehatan kamu dulu. Kalau kamunya saja sak
perkataan mamanya
yadari siapa yang sudah berdiri di depan pintu ruang rawat inapnya. Alih-alih menjawab pertanyaan perempuan berjubah merah
pan anak tunggalnya itu. Namun, wanita itu malah ikut diam-seperti ti
rtemu dengannya. Dan perempuan itu malah dengan santai melangkah ke dalam rua
k enggak dijawab? Kamu
pa kamu
kap tidak acuh Adib kepadanya. "Tentu saja untuk jengukin kamu, dong, Dib. Mau ngapain lagi?
mama. "Kenapa juga harus laporan sa
bersalah karena telah membuat Adib badmood. "Ya apa salahnya, Dib? Dia kan tem
memejamkan mata, seolah-olah mau tidur, padahal dirinya baru saja bangun ketika Aisyah datang. Entahlah, dia mendadak malas saja untuk berinteraksi dengan perempuan i
dapat jawaban dari yang ditanya. Membuat Amelia menghela napas berat. Aisyah langsung
ahin aku aja, luapin semua kekesalan kamu dengan omelan panjang kamu," kata perempuan itu dengan lirih. Adib tidak
" pelan Aisyah seraya menyunggingkan se
Namun, tetap tidak mendapat jawaban. Perempuan itu lantas menoleh ke arah Aisyah. "Aku minta maaf
takdirnya Adib sakit sekarang. Jangan ter
Amelia. Kadang, dia merasa bingung sekaligus penasaran mengapa mamanya itu
alam hatinya melihat wajah muram perempuan itu. Bagaimanapun, selama berteman dengan perempuan ini sejak delapan belas tahun yang lalu, Amelia sangat berjasa dalam hidupnya. Perempuan ini yang s
ok," sahut Adib pada akhirnya. Meski diucapkan dengan suara pelan, A
ih karena kamu masih
marin sama kamu." Nada suara Adib juga mulai melunak, membuat senyum per
gangguk. Tidak heran jika perempuan yang satu ini mendapat kepercayaan mendengarkan curhatan Aisyah. Seperti yang dikatakan tadi, Aisyah sudah nya
dib yang belakangan ini berubah kepadanya. Adib tidak seramah dulu ketika mereka masih duduk di bagku sekolah menengah hingga kuliah S-1. Adib terkesan lebih menjaga
an hati-hati." Amelia me