Mencintai Gadis Amnesia
iucapkan Aisyah saat pertama kali teleponnya diangkat, membuat sang putra menggeram di tempatnya
a seperti itu? Tidak ada niat menanyakan kabar anaknya, gitu?" keluhnya seraya mem
lokasinya yang lebih dekat dengan kampus, daripada jarak dari rumahnya, sedikit banyak tuntutan Aisyah yang menginginkan
kamu mengelak dari Mama, Adib? Mama pusing mikirin kamu. Makin tua kok makin enggak bisa diatur? Disuru
a. Ekor matanya menatap ke sekeliling, memastikan tidak banyak orang di sana. Beruntung sekali suasana kantor cukup lengang. Karena meman
, ya. Aku akan pulang ke rumah Mama, kita bahas di sana." Meskipun sudah kesal saat kalimat pembuka telepon sang adalah kalimat menyebalkan itu lagi, Adib memang harus bisa menahan diri untuk tidak
r sibuk ini sedang kedatangan setan putih untuk mengangkat telepon mamanya sendiri, Mama
tara sekali bahwa dia enggan dengan pembahasan yang digiring oleh sang mama. Meskipun pada satu sisi ada rasa bersalah karena memang dia sering m
sadar kalau apa yang Mama
akan memakan banyak waktu, lelaki yang bekerja sebagai tenaga pendidik di salah satu kampus swasta itu perlahan menutup operasi benda itu. Yang lebih penting saat ini adalah meredakan emo
mu dengar Mama bicara, ka
." Adib memasukkan laptop hitam itu ke dalam ransel berwarna hitam pula. Dia rapikan beberapa buku dan jurnal yang berserakan, menumpuknya di satu tem
atang. Nanti Mama penggal
bisa membuat bulu kuduk merinding. "Kalau aku dipenggal, Mama enggak bakal
au ngomong. Kalau ada di depan Mama, suda
endengar kata-kata mamanya yang kian sarkasme. "Mama, tenang, Ma. Tid
saja tidak ingat akan siapa dan jasa apa yang telah wanita itu lakukan untuknya, sudah pasti Adib memarahinya habis-habisan. Mood-ny
Ma? Perasaan aku tidak a
a. Coba enggak membantah, pasti Mama
Kenapa makin m
ah itu baru saja datang dari kelas-usai mengisi materi. Adib yang tampak sedikit melamun meski kakinya terus melangkah itu lantas m
ian berlalu menuju dalam kantor. Sedangkan Adib, terus melangkah menuju parkiran dengan panggilan yang m
iarkan sambungan teleponnya terhubung dengan Aisyah tanpa pembicaraan apa pun. Tentu saja Adib lelah. Saat memilih untuk fokus dengan dunia karier terleb
e mana? Kenap
sekarang, 'kan? Aku mohon sama Mama, berhenti menuntut aku. Bisa, kan, Ma? Aku lelah dipaksa-paksa terus seperti ini, Ma. Apalag
hu bagaimana Amelia, lebih nyaman buat k
pasti dia ditegur oleh pengendara lain. Menyamankan posisi duduknya sebentar, dia lantas menjawab sang mama, "Justru itu yang
ib. Yang penting itu kenyamanan