Mawar Hitam Berdarah
empunyai penyakit mag yang telat makan sebentar saja sudah kambuh. Apa lagi sekarang dia telat mak
tempati, terakhir kamar mandi. Maria tidak menemukan siapa-siapa. Kenapa mereka belum pulang juga, ini sudah hampir tengah
bengkaknya. Setelah di rasa matanya agak lumayan, Maria
n menjadi, bahkan kini pandangannya sudah mulai menguning. Berkali-kali Maria menggelengkan kepalanya untuk tetap menjaga kesadarannya. Ma
melihat laki-laki itu Maria jauh merasa tenang. Sebelem kesadarannya benar-benar hilang, Maria dapat merasakan peluk
. Maria menerka kini dia ada di sebua klinik. Maria mengedarkan pandangannya untuk mencari seseorang yang
menyimpan nampan di atas nakas yang terdapat di sisi kanan ranjang di tempati Maria, Arkan mendudukan pantatnya di kursi yang tersedia di samping ranjang. "Gimana keadaanmu?" Arkan bertanya lembut. Sorot m
wab serak karena te
ng tadi dibawanya di atas nampan dan
menyimpan kembali gelas ke atas meja, buru-buru Arkan mengambi
a padaku!" Arkan berbicara sete
kan karena begitu diperhatikan oleh sosok laki-laki tampan seperti Arkan. Sej
ur ini!" Arkan mengambil bubur dalam mangkok dan memberikannya pada Maria.
a enak dari bubur. Bubur ini tidak seperti bubur buatan Rumah sakit yang selalu hambar. Maria memakannya sampai h
karena tidak mau menjaga Maria, hanya saja Arkan takut keluarganya Maria
kan tentang menghubungi Fiko atau orang rumah lainnya. Namun, ketika mengingat perlakuan mereka pagi tadi, seket
ung kemarahan yang ingin dia luapkan. Bukankah Arkan sudah mengatakan akan membiarkan Maria bersama Fiko kalau Fiko dapat memberikan kebaha
ut Maria yang agak melorot ke bawah. Arkan mengusap pelan puncak kepal Maria dengan sayang. Arkan berdiri
gois yang sudah berani melukai perasaan Maria berkai-kali. Dan kini, dengan matanya sendiri Arkan melihat Maria berjalan kesakitan sendirian. Arkan be
n siap saji terlihat tiga orang yang saling tertawa senang. Arkan mendecih ketika melihat Fiko tak segan memperlihatkan kemesraannya dengan istri keduanya di depan umum. Ar
celannya dan menelpon seseorang yang dia
ndengar balasan dari sebrang telponnya. Dia mematikan sambungan t
arah Fiko dan keluarganya. Arkan kembali menyeringai licik begitu melihat orang itu
-nya. Tunggu mereka kembali melewati batas, dan saat itu juga Arkan keluar untuk langsung membalas mer
Arkan melajukan mobilnya untuk kembali m
*