Mawar Hitam Berdarah
a. Maria melirik Marni sekilas yang duduk di kursi roda
u malah keluar?" Fiko berucap lembut. Bagaimana pun, ini bulan kesalahan pen
adarinya kecuali Sela. "Tadi pagi aku sudah mau masak. Tapi, pas ak
an nada lembut. Fiko tidak ingin mengulangi kes
ku kira Sela yang belanja semua kebutuhan rumah. Jadi, mana tahu kalau ternyata S
gah menggigit bibirnya gusar. "Kenapa g
a Mas tega menyuruh aku belanja juga?" Walau gelagapan dalam me
eleng geli. "Maaf ya, soalnya
iko tidak memarahinya. Diam-diam dia me
tidak dapat hukuman apa-apa. "Kamu biarkan Maria begitu sa
gaji aku, pasti keadaannya tidak begini." Fiko melirik ke arah Sela dan memberikan senyum menenangkan. "Mul
da dengan Sela dan Marni, Maria justru menyerin
*
semua bumbu sudah masuk. Maria meninggalkannya sebentar untu
etelah memastikan tidak ada orang yang melihatnya, Sela mengambil garam dan memasukkan sebanyak 5 sendok penuh ke d
Setelah membawa sop ke meja makan dan menghidangkannya, Maria tersenyum senang karena pekerjaannya hampir selesa
engah beres-beres di pantri. "Ya ampun, rajin banget sih istri
mengatakan apa-apa. Dia tetap melan
a Maria juga tidak mempermasalahkannya. Dia du
datang dengan tampil
uruh Sela mendekat. Setelah Sela berdiri di sampin
adi bila sup itu sampai termakan oleh Ibu mertuanya. Ah, Sela sangat ingin segera melihat penderita
gu-tunggu Se
l." Marni datang sambi
bung yang langsung di turuti sang ibu. Marni menghe
awa piring. Maria membagikan piring di depan
r begitu Marni memasukkan sesuap nasi ke dalam mulutnya. Nasi yang ada di mulut Marni begitu asin hingga
rah Maria. Tak puas. Marni mengambil gelas berisi
wajahnya. Fiko menoleh ke arah Marni. "Ibu apa-apaan, sih. K
. "Dia itu sengaja menaruh garam banyak-banyak agar hipertensi ibu m
k asin. Tadi udah aku coba in sendiri." Maria mencoba membela dirinya. Karena
hidup se atap dengan orang miskin seperti Maria yang numpang hidup di keluarganya. Kini, dengan kejadian ini, Marni meman
sangat asin sampai lidah Fiko terasa kebas setelah mencicipinya. "B
k teh, Mas." Maria
ni. "Berani kamu berbohong!" Fiko menyendok sayur sop di atas meja dan menyuapkannya pada Mari
iiringi isakan lirih Maria tetap mencoba membela dirinya. Dia sendiri bingung, kenapa sayurnya bisa sanga
i." Fiko mengambil tangan Maria kasar dan menyeretnya
a melepaskan cekalan tangan Fiko karena Pergelan
lantas mengambil selang dan menyiramkannya pada kepala Maria sampai bak yang di dudukinya
ya dengan garam agar esnya tidak cepat mencair. Sela tertawa senang dalam hatinya kar
rkan ember yang telah kosong sampai membentur tembok. "Ingat ini!" Fiko mencengkeram dagu Maria kuat sampai si empunya meringis sakit. "Kalau sampai kamu berbuat hal-hal y
ria bertanya lirih. Selalu, sekecil apa pun kesala
anpa menjawab pertanyaan Maria, Fik
arusan, kini tengah memandang Maria puas. Dia berdi
*