Mawar Hitam Berdarah
batuk saja yang masih terasa. Selepas Shalat subuh, Maria bergegas membereskan rumah sampai pagi menjelang. Karena bahan makanan di
yang bisanya nangkring di sini. Maria menghela napas pas
ng lewat. Maria yang saat ini melihat sepeda motor melaju ke arahnya hanya bisa terpaku di tempat karena shok. Ketika mo
nyaris ditabraknya hanya menoleh singkat se
rgetar shok. Saat ini kesadaran Maria benar-benar terguncang
angan takut, Uri!" Bisikan menenangkan itu
itu melepaskan pelukannya pada Maria. Dia mem
njauhi tubuh laki-laki misterius yang masih menempel padanya. "Maaf, terlalu
m. Laki-laki itu memindai tubuh Maria dari atas k
ubuhnya. Setelah di rasa tidak ada yang ter
Ucap laki-l
ah menolongnya itu. "Sikumu berdarah. Itu harus cepat-cepat diobati!" Maria h
nenangkan perempuan yang histeris di depannya laki-laki itu berusaha untuk tersenyum mene
untuk melihat wajah penolongnya, merasa familier dengan sosok laki-laki di depannya.
balik bertanya. Senyum usil jel
"Aku rasa saya salah orang?" Akunya sambil menggaruk pipi bingung. Kenapa tadi, dia begi
mnya Mang Ahmad. Ingat?" Dia memandang Maria penuh harap. Laki-l
temu. Seketika senyum lebar Maria redup begitu mengingat kejadian memaluk
wajah malu perempuan di hadapannya. "Kamu masih malu d
yangkal pernyataan laki-laki itu. "Mana ada. Kejadian it
telunjuknya sudah ada di depan wajah Maria. "Itu
nal aja udah ngeledekin orang." Sungut Maria tidak terima. Kalau laki-laki ini bukan oran
uman jahil. Tak ingin membuat Maria lebih marah, laki-laki itu memutu
a tidak juga bisa mengingatnya. Sebenarnya ada dengan ingatan Maria. Apa sekar
wajah Maria. Dia sedikit heran. Ketika gadis lain yang diajaknya kenala
ri ada sebuah tangan yang mela
memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Tubuhnya dia s
alah dengar tadi. Makanya sekarang dia ingin m
ngguk membe
memutuskan untuk mengakui alasan tadi melamun. Seenggaknya kalau memang Arkan
ap kepala Maria. Sadar dengan tindakannya, buru-buru Arkan menurunkan
indah. Salam kenal, ok!" M
telunjuk dan jempolnya ia perte
. Dia sangat bersyukur karena ada Arkan yang datang dengan telat waktu untuk
kan melihat keranjang yang Maria bawa. Dia menyimpulkan kalau Maria akan pergi
merepotkan Arkan, mereka juga bukan Mahram. Akan bany
an sampai keserempet motor lagi!" Nasehatnya. Dia cukup mengh
ikejutkan dengan seorang yang tengah mem
*