Dear Ex and Mistakes
ngkan kemungkinan apakah dia bisa menepatinya atau tidak. Sejak mengalami kehancuran ruma
dan mampu membantah apa yang ia ucapkan terkait pernikahan kami. Jika ia berkata ak
hidup layak selama satu bulan, tetapi aku mohon pengertian kamu karena aku
Seperti yang kubilang, aku terbiasa hidup sederhana dan tak berniat menuntut kemewahan dari Dimas. Aku
jagung lima ribu dan makan malam biasanya Ibu masak. Aku hanya berbelanja di hari
"Aku belum bisa k
tahulah, kalau kita masih merintis dan berjua
ajiban telak suami menghidupi istri dan mertuanya. Kami baru merintis dengan penghasilan yang masih d
ka kami tidur bersama. Kami hanya tidur setelah menonton tivi atau membereskan rumah orangtua kami bersama. Dimas tak lagi mengaja
mulai jarang pulang dengan alasan banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan di akhir minggu.
kup uang agar kita bisa kontrak rumah di sini. Andai aku belum bisa
ahan rindu dan mataku menangis dalam diam seorang diri. Aku harus kuat. Menjadi istri Dimas
ba
mengusap cairan hidung dan mata yang membasahi wajahku. Saat membuka pintu bilik toilet, aku melihat wajah jengah Mona. Ra
Mbak tolong benahi penampilan Mbak, karen
seraya berpikir. "Mem
kan satu alisnya d
u washtafel dan mencuci mukaku agar bekas tangisan ini hilang. "Aku
h muka. "Jangan lama-lama. Gak mungkin Mbak bilang nangis dulu s
ebelum melangkah cepat menuju ruang meeting. Bu Rahma sudah hadir bersama dua orang yang
ta yang membutuhkan kepraktisan, nyaman, ringan, tetapi tetap modis. Wanita era sekarang memiliki banyak kegiatan. Entah di luar ruangan ataupun di dalam gedung saja. Untuk itu, saya ingin para perancang Rahmantika Label bisa memberikan ide busana sehari-hari yang bis
catat apa saja tuga-tugas yang
formal. Coba tantang dirimu untuk membuat rancangan blus dan gaun
eski aku tidak pernah bergaul dengan perempuan kantoran, aku yakin bis
skan pulang dan berencana meminum satu butir aspirin dan tidur hingga esok hari. Menangis dan mera
kit terhambat saat lagi-lagi, aku mendapat
s kamu datangi hingga malam." Aku membuka
"Kantorku di rumah ini. Aku bekerja di sini dan hanya mengunju
ak ingin bicara dan kamu salahk
alahmu yang mengira
merangkak naik. Sepagian ini aku menangis mengenang kisah kami dan tolong jangan buat aku menutup hari dengan perteng
dak seli
rcerai, kamu menyalahkanku yang tak mau mendengarmu! Mendengar apa? Kebohongan agar aku menjadi bodoh dan bisa kamu bohongi lagi?" Napasku semakin memburu kencang dan mataku berkunang. Kepalaku sungguh sakit dan berat. "Tak ada lagi yang h