Dear Ex and Mistakes
rnya kenapa bel
aku yakin itu suara Dimas meski kepala
nggu saja! Kalau tidak sabar, kenapa bukan kamu y
nang masih mengganggu keseimbangan pandanganku. Namun, aku
suara meski sangat lirih dan serak. Sia
elukannya. Ini tidak nyaman. Aku jelas mendengar suara wanita ses
egas. "Aku tak ingin kamu berc
idak enak badan, tidak usah bekerja!" Suara Dimas tegas dan lantang.
bekerja? Kamu siapa, seenaknya memarahiku dan memerintahku ini dan itu? Ini hidupku da
Enggan rasanya bicara dengan Dimas yang sok melarangku bekerja. Apa dia lupa, bagaimana ia keras melarangku untuk mengikutinya ke Surab
berdiri di ambang pintu kamar ini. Aku sudah bangun dan sekara
hu apa yang ada di pikiranku saat in
langsat yang menatapku dengan wajah datar dan raut tanpa minat. Tak lama, ia seo
tuhan tubuh, juga kelelahan menjadi pemicu kenapa tiba-tiba pingsan dan pusing. Saya beri r
kepada Dimas. Dokter itu pamit kembali ke klinik diantar Dimas entah
nya butuh aspirin dan istirahat." Aku mencoba bangkit dar
tapi sarat dengan amarah. Pria itu membopongku keluar kamar
dari pada harus berinteraksi dengannya lagi. Namun, ucapan Dimas yang mengatakan perempuan bernama Vanessa itu bukan istrin
ntu dimana beberapa orang datang dan mereka menghabiskan malam bersama. Aku tak tahu apa yang dimas kerjakan di
ak familiar dengan wajahnya. Meski usia pernikahanku singkat, hubunganku dengan Dimas berjalan cukup lama
obil Dimas berheti dan pria itu membungkus tiga porsi soto. "Kita
las kasihanmu," jawa
ndam amarah. "Aku hanya kasihan dengan orangtuamu jika anaknya ditemukan mati kelaparan."
panjangnya bersama perempuan sundal itu? Mengapa tidak menikah saja dan memuaskan hasratnya? Aku masih ingat seberapa semangat dan bergairah seorang Dimas Adjie saat
tan bercinta selalu menjadi saat yang kunantikan dan pelampiasan energi paling menyenangkan. Sayang, kondisi hubun
bat." Dimas tercenung sesaat, melihatku berlinang air mata dengan deras
ik mata, hingga tarikan Dimas terhadap tubuhku terasa. Ia merengkuhku dan memelukku erat. Ini tidak ben
. Kepalaku bersandar pada dadanya dan dapat ku
kamu makan dan minum obat. Selama
erpotensi besar membuat hatiku semakin hancur
sendiri. Aku bisa pindah k
geleng lebih cepat dan tegas.
ya kembali mengerat dan ia mengecupku singkat di kepa