BELENGGU CINTA MANTAN
bayi mungil itu ke tangan Hendra. Laki-laki yang kembali menjadi seorang ayah itu m
nahan rasa sakit hampir tujuh jam lamanya. Rasa sakit itu langsung hilang begitu mel
us, ya ...." Hendra dengan penuh suka cita langsung mengaja
ya? Biar jadi anak sholeh dan sayang sama ibumu." Hendra menci
epada Andini. "Coba kasih susu dulu, Dek. Kayaknya Arjun
area jalan lahirnya, dengan wajah bahagia m
sayang sama aku aja, sama ayahnya juga harus sayang dong,
da di dunia ini, hanya kamu orang tuanya yang tersisa, makanya dia harus
da atau tua aja." Andini menatap lembut wajah suaminya yang sejak mereka tiba di Puskesmas itu terus saja khawatir
i bicaranya." Hendra tersenyum senang me
etularan tua, biar
*
rumah bersama dengan bayi mungilnya. Hendra mendapat izin selama
. Hendra dan Andini saling melempar senyum melihat kebahagiaan orang tua mereka satu-satunya itu. Hendra juga sangat menyayangi ibu mertuanya karena kedua orang tuany
Arjuna sama ibu dulu," suruh Sarinah kepada
rus." Andini memandang sayu wajah suaminya yang juga terlihat
di kalau dia tidur kita ikut
*
cunya, Sarinah tiba-tiba jatuh sakit. Sebelumnya, memang sudah ter
ar aku sewa angkotnya Mas Bahrul yang dekat pasar," u
num obat darah tinggi, makanya suka kambuh," tolak Sarinah sambil berusaha duduk dar
i warung Bu Joko." Hendra kembali membantu sang mertua untuk tidur kembali
arinah begitu sang menantu
endra kembali mendeka
dan cucu ibu ya, Nak. Kami tidak punya saudara yang lain." Sarinah ber
engan hati yang tiba-tiba menjadi sedih. Ia jadi teringat akan orang tuanya yang meninggal dunia
ibu, Nak Hendra, agar ibu
kemampuanku karena memang aku sangat mencintai anak dan ist
*
pat pukul setengah enam pagi di hari Senin. Wanita itu masih
dua hari ini, ia tidur di kamar ibunya, menunggui ibu tercintanya itu. Ia hanya pergi sebentar melihat Arjuna ke kamarn
ucap Hendra yang menyusul ke kamar mert
nya ibu lagi ...." Andini menangis di
kepala istrinya dengan sudut mata yang basah. Ia juga merasa sangat kehilangan
*
an di pemakaman umum di desa mereka. Hendra sembari menggendong putra kecilnya t
asih betah duduk di samping kayu nisan ibunya. Hanya tinggal mereka yang berada di area pema
rumah yang berjarak sekitar setengah kilometer. Arjuna terlihat sudah tertidur dengan kep
Ia ingin menghabiskan waktu di kamar sang ibu. Menghidu aroma ibun
tu kamar bekas mertuanya. Ia menarik napas panjang, lalu berj
ing sakit selama seminggu ini. Kemudian, ia merebahkan tubuh lelahnya di ranjang kecil itu, memejamkan mata
kamu belum makan apa-apa." Suara Hendra m
but serta merapikan rambutnya yang berantakan. Hendra lalu mencium kening sang istri. Tangannya menyelip di belaka
bersedih. Ibu juga tidak akan tenang di sana jika melihatmu seperti ini,"
dekapan suaminya. Hendra menghela napas panjang. Tangannya kemud
pelukannya begitu tangis Andini sudah reda. Ia menatap lekat waj
yum geli mendengar ucapan suaminya yang terkadang masih saja terdengar
a tubuhnya melayang, Hendra benar-benar membuktika