BELENGGU CINTA MANTAN
iskan Hendra untuk memanjakan istri tercintanya. Laki-laki itu tidak memberi waktu Andini untuk bermuram durja. Kini, sang istri sudah mulai sering tersenyum bahkan tertawa lebar melihat suaminy
mudian, Andini pun ham
endra mencium dan memeluk istrinya erat begitu bidan di Pu
merasa nyaman menjalani hidup barunya bersama laki-laki yang baru dikenalnya itu. Suaminya benar-benar menyanyangi dan mem
Sarinah sampai meneteskan air mata memeluk putri semata wayangny
dengan erat. Wanita bertubuh kurus itu tak henti-hentinya mengucap syukur. Setelah suaminya meninggal dunia karena sakit setahun yang lalu, rumah mereka terasa
lan saya lebih dari cukup untuk biaya kita bersama di rumah ini." Hendra bicara setelah
mbuh?" Andini menambahkan ucapan sang suami. Tadi di perjalanan pulang dari Puskesmas, Hendra sudah
luh tahun setelah menikah limabelas tahun lamanya dengan ayahnya Andini. Mendapatkan seorang putri di usia yang tidak lagi muda, membuat wanita itu tak henti-hentinya bersyukur. Apalagi kini
ndini ditemani setiap saat oleh mertuanya itu di rumah, saat ia sedang berada di lokasi proyek. Hendra khawatir
ertama kali bisa membeli kios itu, setelah menabung sekian tahun. Makanya bisa mendapatkan lokasi paling depan di pasar. Hm ... mungkin akan ibu sewakan saja,
Andini dengan mulut yang sesekali mendesis antara rasa pedas dan rasa asam. Hendra tersenyum geli mel
tuk menawarkan ke kenalan-kenalanku," ucap Hendra penuh semangat. Ia senang, ibu
yang di pasar. Mungkin ada yang mau." Sarinah tersenyum senang
*
ra pun semakin protektif terhadap istrinya yang akan melahirkan seorang anak untuknya. Anak kedua bagi Hendra. Sejak bercerai dengan Tiara, Hendra sudah jarang bisa bertemu
iran tempat cuci piring," tegur Sarinah begitu melihat anaknya yang sedang hamil besar teru
jak tidak berjualan lagi di pasar, ibunya Andini tetap mengisi waktunya dengan berkebun sayuran. Lahan kosong di belakang rumah mereka sudah hampir penuh oleh bermacam-ragam
a yang memasak. Suamimu 'kan sebentar lagi akan pulang." Sarinah a
sung memeluk istrinya. Lima hari tak bertemu sang istri sangat menyiksa bagi Hendra. Baru kali ini, ia merasakan cinta yang
habis beres-beres." Andini berusaha mel
uga belum mandi," bisik Hen
di!" tolak Andini sembari mendorong tubuh suaminya. Namu
rnya, malah dirinya yang diseret duluan ke ka
*
akhir pekan. Sang suami yang katanya sangat merindukan sang istri, selalu berhasil membuat Andini terhanyut dan tak
idur dengan posisi miring. Ia lalu duduk di pinggir ranjang sejajar dengan perut buncit i
Andini tanpa membuka matanya. Mulutnya juga dimajukan du
embuat mata Andini terbuka lebar. Ia ingin mencubit tangan kekar suaminya, tapi Hendra dengan gesit sudah berdiri dari duduknya sambil tertawa lebar. "Ya uda
itu. Perhatian dan kasih sayang dari Hendra, terkadang memang hampir
il-manggil namanya dari kamar depan yang tidak terlalu jauh dari tempatnya mencabut rumput. Buru-buru pria yang h
i Andini yang duduk di pinggir ranj
as berdiri perutku sakit banget. Kayak tegang begitu r
b Hendra dengan wajah cemas. Ia kemudian ikut me
gu lagi." Andini menatap wajah suaminya yang masih
, kita langsung ke bidan aja sekarang." Hendra langsung berdiri dan bergegas ke luar kamar untuk m