icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Membunuh Masa Lalu

Bab 5 Datangnya Sosok Masa Depan

Jumlah Kata:1011    |    Dirilis Pada: 31/01/2022

Vera dimana. Aku memacu sepeda motorku dengan semangat yang padam dan tatapan kosong tak berdaya. Jalanan kini sudah tampak begi

edai itulah kala pertama kali aku bertemu dengan Vera. Masih terekam dengan begitu jelas di otakku. Bajunya

ri pinggiran jalan. Tidak ada yang berubah, yang

kali bertemu dengannya kala itu. Hari yang sangat b

t malu-malu. Cukup lama aku mengumpulkan nyali untuk menyap

Kemudian matanya seperti acuh kembali. Mungkin takut kar

dengan aku ajak mengobrol barangkali suasana menjadi lebih hangat. Dan kelak aku menyadari bahwa itu adalah sebuah keputusan yang sangat fatal. Kehangatan yang

ri tema apa yang kiranya cocok untuk membuka sebuah obrolan

gerah apa musibah?" tanyaku

Yes! Tampaknya aku berha

?" jawabnya singkat, la

ta wanita hujan mempunyai makn

saja, mana ada hujan bisa diartikan ber

ah orang konyol tidak mempunyai hak untuk bertanya?

indahan. Tampiasannya, suaranya, hembusannya, aromanya, adalah sebuah

nalkan, aku Jaya Satria. Panggil saja Jaya,"

enerima uluran tanganku. Senyumannya

nya itu tampaknya telah membidik tepat di titik lemahku sejak awal ber

cukup lama, hujan tampaknya sengaja melambatkan dirinya agar p

s melihat senyum dan wajahnya. Berkali-kali dia menegurku kenapa aku melihatnya seperti hendak melumat dia

Tin!

dan menghempaskan anganku kembali kepada kenyata

ati, ya!" hardik seorang lelaki pengendara Jeep silver yang

membalasnya dengan hardikan seperti lelaki pada umumnya, tetapi gairahku untuk

lesaikan penderitaan ini dengan kematian? Agar segala si

sakitanku ini sudah termasuk lulus syarat untuk melakukan itu juga. Tetapi yang pasti, bisikan untuk mengakhiri sa

sedikitpun. Lebih cepat lebih baik. Aku sedang tidak ingin bertele-tele, sebab aku ju

idak jauh dari tempatku berdiri ada sebuah jembatan. Sepertinya terjun bebas ke bawah sana adalah sebuah penyelesaian. Bisikan

ar atas rasa pedih ini telah melarikan diri entah kemana. Kini, yang tersisa dari jiwa dan

uara seseorang mengejutkanku. Aku menoleh. Terlihat dimataku seora

kapan orang tua itu berada disitu? Hari masih terang dan aku belum b

bas-ngibaskan kepalanya kekanan dan kekiri, hingga tampak r

bisa menghalangiku untuk menuntaskan maksudku. Aku kembali menatap ke bawah sana. Mulai naik ke at

ya! Apa kamu tega melihatnya bersedih?" T

ak mau niatku yang sudah bulat untuk segera terjun kin

Mau tidak mau rasa penasar

*

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka