Membunuh Masa Lalu
ok Vera muncu
kearahku. Rambutnya yang sedikit pirang tergerai begitu
elama ini? Ver peluk aku, Ver, peluk." Aku terkesiap, dan segera m
ak
at keras di pipiku. Aku
itu, Jay. Ini emak
enyumnya, wanginya, kerlingan menawannya, dan tubuh indahnya kemana? Kenapa berganti macam begini rup
ar Jaya, sadar, kamu lelaki, jangan lemah!" pek
ulikan kata emak. Terus aku
Nak. Lupakan Vera, masih banyak wanita diluar sana yang lebih baik dan c
as kursi, kembali aku meraih foto Vera di ponselku. Memandangnya dan mera
gini, Jaya?" tukas emak sembari
asih
u seperti ini, Jaya. Bapakmu telah tiada, hanya kamu satu-satunya semangat ibu di dunia ini. Kamu harus
ah. Masih tet
anjang," ujar emak lagi. Entah yang kebera
embari memegang kepalaku dan mengarahkan k
ya lagi di matamu sehingga tak sedikitpun kata emak kau dengarka
berteriak semakin kencang. Perlahan aku lihat matanya meneteskan ai
sa haru ku. Tangisku pecah, kupeluk
Maaf," tukasku lemah
embutan. Aku merasakan perasaan damai untuk
ku, dan menatapku lekat
di larang oleh siapapun sampai keinginan itu berhasil kamu dapatkan. Ibu mengi
" Aku kembali mengh
atkan kedamaian dan tambahan kekuatan setelah berbulan-bulan terpuruk karena Vera. Lam
*
dari bahwa masih ada setitik harapan muncul, seketika semangat hidupku sedikit terpacu. Juga dukungan dari emak semakin menguatkanku, dan semoga ini b
ng tidak tahu diri sepagi ini sudah bertamu, tapi rindu ini tidak mau mengerti tentang semua itu, p
u-pintu kamar penghuni kost masih terlihat beberapa yang masih te
ah ke tiga kali barulah membuahkan hasil. Terlihat seorang ibu setengah baya
sapaku begitu ibu itu
ertamu?" jawabnya sedikit menyelidik padaku. Dari nada dan ekspre
esini menanyakan Vera, ibu masih ing
embari membuka pintu gerbang dengan nada agak terpak
ku menanyakan maksud tujuanku. Tidak ada waktu untuk sekedar be
ah ngekos disini. Saya baru ingat, saat pertama kali menginap disini pasti Vera memberikan foto copy KTP
maaf, memang biasanya yang ngekos disini pasti saya min
ar sembari menggeser posisi dudukku. Keke
nginap disini, tetapi dia tidak memberikan identitasnya. Hanya nama
nya, maka saya terima saja, Mas. Dia hanya bilang kalau dia datang ke Jakarta in
itu tegak benar sudah keburu ambrol terhempas kenyataan. Setitik harapan yang aku genggam kini telah menguap dan s
dikit saja rambu-rambu atau jejak dirimu agar aku bis
*