TAK MAU DIMADU
dan aku mencuci piring bekas pakai. Setelahnya
dah kuputuskan untuk menjelaskan kesalah pahaman tadi siang padanya. Sebelum semuany
napas panjang-panjang. Dadaku butuh
mbil bersedekap. Netranya menatap datar, tapi terli
!" Dia menuntut penjelasan segera. Se
ing, dengan Ina sebagai bos-nya. Iya, soalnya dia yang berkuasa. Kalau lagi ngambek semua kep
aut wajahnya berkata lain. Merah, mata mend
m padamu. masa lalu buruk yang membuatku hampir kehilangan nyawa,"
gungnya. Manggut-man
Menggenggamnya. Sampai kapanpun ja
ewat satu yaitu ... Monita." Kutatap lekat wajah bulat i
alah gadis yang baik, ramah, dan pandai bergaul. Meskipun bisa dibi
lagi obsesi tanpa batasnya terhadapku, membuatnya semakin tidak bisa dikendalikan." A
tak bisa menyembunyikan raut itu, sekarang suaminya tengah menceritakan kisah masa lalu yang
mengajukan pertanyaan setelah lama di
tan terlarang," kataku. Ya, sehitam itu masa laluku. Mas lalu yang sempa
lalu menggebrak meja hingga diri ini terlonjak kaget. Astaghfir
aku lulus SMA, dia pergi ke London untuk rehabilita
a, Mas?" Tatapannya nyal
aja, nggak lebih
ik. "berani-beraninya kamu bohongi aku, Mas!" Telunjuknya tepat di depan wajahku.
lik badan. Mengayunk
ya. Jangan sampai dia masuk kamar lagi.
ri belakang. Dia berontak, tapi p
amimu!" ucapku tegas,
yang, Adek ingin tahu?" Ak
hebat, diikuti suara isakan yang terdengar b
a, menuntun wanita r
atu kata yang bisa
u lakukan selain kembali memasukannya dalam dek
pun dengannya. Murni hanya rekan kerja,"
ng harus aku cek langsung denganya." Sekali lagi aku berharap dia perca
ku menghela napas, tak lupa menyunggingkan se
ngan, kenapa wanita itu menggande
as tangan
ebagai kakak kelas dan alumni yang sama, menurutku nggak masalah membantu. Terus, Nita juga meminta tolong untuk mas j
akukan itu! Ceritamu terdengar janggal. Kita menikah sudah hampir enam tahu
pi, kalau gak diijinkan juga nggak apa-apa, nanti mas ngomong sama
pernah ada rasa sama dia?" Kali ini jari telunjuknya mengacung padaku. Rasanya ingin kugigit jari lentik itu. M
, maafkan suamimu ini, ya? Mas ngaku salah." Senyumku terkembang. "seka
mengulangi?" Dia
ku masih memainkan uj
erbagi suami, walaupun hanya pura-pura. Lebih baik pisah jika men
i bibirnya. Selamanya. Tak bisa kubayangkan, bak
u memasang wajah serius. "sekara
lu kepalanya men
an pelukan padanya. Semburat senyum malu-m
uanya padamu. Ada satu rahasia lagi yang sulit sekali suamimu ini cer