TAK MAU DIMADU
untuk datang ke kantor Mas Ilham, mengantarkan be
dengan jilbab yang menutup dada berwarna senada. Hiasan rempel di bagian
an siang untukmu. Menunya spesial kesukaanmu," katak
lihat istrinya datang dengan rantang bekal makanan, membuat
berpendar. Langsung saja aku meraihnya, lalu membaca pes
ya sudah
duduk. Langkah lebar membawaku ke luar rumah, t
ya samping badan motor matik
ku mengangguk s
et hijau menyodorkan helm padaku.
ya, Pak," kataku setelah me
lalu suara operator yang terdengar. Katanya, nomor yang dituju sedang tak aktif
ng membawa makan siang untukmu!' Batinku meradang. Ras
di majukan? Itu lebih tidak masuk akal. Pertanyaan demi pertanyaan negatif selalu ber
a sadar motor yang membaw
alut karena Mas Ilham tak kunjung bisa d
ma kasih," kataku menyodorkan beberapa lemba
k itu pun pergi, meninggalkanku
atau mengenalku. Benar saja, tak berselang lama waj
erja Mas Ilham. Tanganku melambai saa
aya membalas lambaian tanganku,
a menyodorkan tangan ka
. Bukannya mau sok suci, menolak tangan yang hendak bersalaman
rdehem, mengurai kecanggungan. "nyari Ilham ya, Na?"
ggak aktif, apa masih meeting y
agi. Tapi, memang dari sehabis meeting aku belum ketemu lagi sama Ilham. Mejanya kosong. Entah pe
asih, maaf mengganggu," kataku s
santai
k badan, tapi Mas
ngg
apa?" Keningku
triku nanyain kamu terus, loh, katanya udah lama ngg
ng dengan Mba Indri, hanya lewat pesan WhatsApp, itu
nyaku balik. Mas Ilham Memnag sudah
ng begitu konsepnya. Family gathering gitu. Pertemuannya hanya sebentar, bahas vis
erat kekeluargaan bersama-sama karyawan lain bes
nas diperbolehkan membawa keluarga. Memang aku menolak ajakan Mas Ilham waktu itu, k
g jawaban apa yang bisa kuk
marin, kata Ilham kamu sa
a, tapi kujadikan alasan untuk meno
at sakit perut, tapi sekar
tu itu, takut aku akan memaksa diri. Jelas saja, istri yang tidak menyia
a tidak adil buat Mas Ilham kalau aku terus terusan be
u saja keluar dari mobil yang terparkir di halaman gedung. Netraku memicing, pria itu meman
berteriak memanggil nama suamiku. "ini, dicar
Suaraku tersekat di tenggor
erteriak membuat lelaki i
saat melihat wanita yang bersama suamiku. Sekilas, wanita dengan keme
berkata-kata. Kala tangan wanita tinggi se
n sama terkejutnya denganku saat
begitu dekat di sa
." Mas Andi terbata, tersenyum canggung ke arahku. Tanpa menu
raku menangkap Mas Ilham menepis paksa tangan wanita itu dari d
ihat kesal. Selanjutkan wanita berbadan aduhai itu menghentak kaki kanannya ke lantai, lalu ber
lalu memeluk erat, erat sekali sampai da
acam-macam, tapi yang aku lihat barusan sangatlah menyakitkan. Tidak pe
arna kesukaan lelakiku. Menekannya dalam-dalam, agar t
alah. Percayamu kekuatanku, Dek. Aku tidak ada hubungan apa-ap
ingin menghilangkan
ak
mburan di jalan. Untuk apa mempertahankan, lagi pula aku dan Ma
a-apa dengannya, tetapi hatiku tidak berkata demikian