icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

TAK MAU DIMADU

Bab 5 Romantisme

Jumlah Kata:1241    |    Dirilis Pada: 19/01/2022

Salah tingkah. Padahal aku nggak tahu apa yang istri tetangga sebelah itu katakan padanya, t

lihatnya dengan kening berkerut dalam. Semoga

gitu Mas." Hampir saja tawaku pecah melihatnya menirukan gaya bicara Bu Minto. Lucu,

menuju sambal. Sambal yang dibuat istriku benar-benar me

ya ada a

erus terlontar dari bibir tipis itu. Tersedak.

di sebelah piring hingga habis tak tersisa. Mendingan, tapi bibir masih megap-

" Wajahnya lesu, lalu mendudukan diri di kursi

pada wanitaku, tapi melihat raut wajahnya yang te

gnya. Sinetron yang biasa ditonton sebentar lagi mulai. Benar saja, dia kembali cerah,

ahlah, badan rasanya letih sekali, tulang remuk, padahal aku tidak melakukan banyak hal kemarin. Sepertinya staminaku

*

, waktunya s

tu tengah duduk di depan meja riasnya sambil menyisir rambut hi

r tadi aku terlelap lagi. Panggilan untuk makan siang pun hanya masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Dan b

but dengan hairdryer. Aku beranjak dari tempat tidur, b

lengkapan salat di atas karpet pojok kamar, sebelah jendela, tak ingin kehilangan wakt

buat perut terus-terusan merasa kenyang. Aku kelaparan, perut pun

n tangan pada pinggang istriku ya

ya ngagetin." Sebuah tepukan mendarat di tanganku. "sayur capcay," katanya sa

tangan kamu kena kuping wajan," pint

karan tanganku di sana. Tak ingin menyia-nyia

dalam-dalam. Aku rindu wangi ini. Bukan hanya itu, aku pun rindu keintiman ini. Baru

ku sudah tak sabar ingin

membeku saat dia memberikan kecupan singkat di bibir ini

ih lama dan hanga

mengerjapkan mata. Suara merduny

ajah. Ditolak, membuat hati ini mencelos seketika. Tidak biasa

itu berdehem, lalu membela

ta makan dulu, ya. Kam

ih. Akan tetapi, kenapa dia menolak saat aku semakin mendekat? Tak ingin berprasangka

meja. Mimpi buruk itu perlahan-lahan merubahnya. Aku bisa pastikan, tidak ada wanita lain

i dari lamunan. Kaki berderap menujunya. La

n sarapan tadi. Bertambahnya capcay sebagai pelengkap sayur. Aku bukan pemilih makanan, apa

henti menyuap. Ini bukan pertama kalinya menu yang dihidangkan s

lam piringnya. Selera makanku hilang seketika, rasa lapar p

h ya?" tanyaku hati-hati, menggeser pir

. "Mas Ilham mau makan pakai apa? Telur

"Kamu kenapa, Dek? Kalau mas salah, mas minta maa

n, kamu nggak salah apa-apa."

kembali duduk di kursiku. Menarik piring tadi ke temp

bersama yang penuh keheningan

*

ai pintu kamar, pulang dari salat Maghrib yang dila

mbuka mukena yang dipakainya. Semburat sen

elipat kain putih itu, dan me

i menjadi teman tidurku. Hasrat yang sudah satu minggu i

rambut panjangnya yang tergerai bebas. Aku ta

aru jam del

iumi lembut ceruk lehernya, cukup lama aku bermain disana hingga napas berubah semakin membur

napas yang kian tak beraturan, menerpanya syahdu. Membuat si empunya mele

njang. Merebahkannya di atas peradua

i seluruh wajahnya. Gejolak yang membub

dari diriku. Meminta berkat kepada Allah agar syaitan tidak ikut andil dalam hubungan

saat hembusan napasku me

gku lirih, diakhiri dengan k

hirrahma

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Mimpi atau firasat 2 Bab 2 Istriku3 Bab 3 Pergi dinas4 Bab 4 Kepulangan dinanti5 Bab 5 Romantisme6 Bab 6 Aku juga merasa berat. 7 Bab 7 Siapa dia, Mas 8 Bab 8 Terbiasa. 9 Bab 9 Penjelasan. 10 Bab 10 Firasat. 11 Bab 11 Mas Ilham suamiku. 12 Bab 12 Mas Ilham suamiku (2)13 Bab 13 Curiga14 Bab 14 Merasa bersalah. 15 Bab 15 Lakukan sesukamu.16 Bab 16 Siapa Aldo 17 Bab 17 Semakin runyam.18 Bab 18 Keluarga bahagia. 19 Bab 19 Malam terberat. 20 Bab 20 Garis dua 21 Bab 21 Maaf.22 Bab 22 Kembali mual. 23 Bab 23 Aktual garis dua.24 Bab 24 Dia datang.25 Bab 25 Bukan nasab. 26 Bab 26 Dasar pengganggu!27 Bab 27 Pengganggu (2)28 Bab 28 Cemburu.29 Bab 29 Seperti pengantin baru. 30 Bab 30 Kabar bahagia.31 Bab 31 Jangan sampai ramai. 32 Bab 32 Gelagat aneh Monita. 33 Bab 33 Gelagat aneh Monita 234 Bab 34 Gelagat aneh Monita 335 Bab 35 Gelagat aneh Monita 436 Bab 36 Murka Bunda37 Bab 37 Tak habis pikir38 Bab 38 Kehilangan39 Bab 39 POV Monita40 Bab 40 Monita pemenangnya41 Bab 41 Ketidakberdayaan Ilham42 Bab 42 Ketidakberdayaan Ilham (2)43 Bab 43 Sulit menahan marah44 Bab 44 Aku curiga45 Bab 45 Kesepakatan46 Bab 46 Dokter Adi47 Bab 47 Ternyata ....48 Bab 48 Dokter Adi (2)49 Bab 49 Kakak madu 50 Bab 50 Keceplosan51 Bab 51 Hati tak sekuat baja52 Bab 52 Akulah pemenangnya! 53 Bab 53 Perselisihan dua istri54 Bab 54 Hati belum bisa55 Bab 55 Berkemas56 Bab 56 Harus selalu lapor57 Bab 57 Tidak tidur bersama58 Bab 58 Perselisihan dua istri (2)59 Bab 59 Belum bisa memaafkan60 Bab 60 Ojan, pria di masa lalu61 Bab 61 Pria di masa lalu (2)62 Bab 62 Pria di masa lalu (3)63 Bab 63 Salah paham64 Bab 64 Menunaikan kewajiban65 Bab 65 Aksi nekad Monita66 Bab 66 Jerit Ilham67 Bab 67 Jerit Ilham (2)68 Bab 68 Akhir perjalanan69 Bab 69 Akhir perjalanan (2)70 Bab 70 Extra part71 Bab 71 Extra part (2)72 Bab 72 Extra part (3)73 Bab 73 Extra part (4)74 Bab 74 Rani (Season 2)75 Bab 75 Rani (2)76 Bab 76 Pesona Mas Adi77 Bab 77 Pesona Mas Adi (2)78 Bab 78 Kopi susu79 Bab 79 Ada apa denganku 80 Bab 80 Pria belum move on81 Bab 81 Pria belum move on (2)82 Bab 82 Pria belum move on (3)83 Bab 83 Tidak Sudi!84 Bab 84 Minggu depan85 Bab 85 Cerita tiga tahun silam86 Bab 86 Cerita tiga tahun silam (2)87 Bab 87 Sepasang pengantin baru88 Bab 88 Rumah baru89 Bab 89 Malam pertama, tapi bukan yang 90 Bab 90 Bertemu lagi91 Bab 91 Sentuhan penuh cinta92 Bab 92 Dari hati ke hati93 Bab 93 Suara hati Ilham94 Bab 94 Tamu yang berisik95 Bab 95 Pesan mengejutkan96 Bab 96 Rahasia Adi97 Bab 97 Akhir yang bahagia