icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

TAK MAU DIMADU

Bab 8 Terbiasa.

Jumlah Kata:1071    |    Dirilis Pada: 20/01/2022

ang dia tak pernah menangis, atau pandai menyembunyikannya dariku.

ebih awal dari kantor, sudah

i. Tak ingin kesalah pahaman ini semakin memburuk, lantas

an, apakah ada jaminan bahwa wanita itu akan tetap bertaha

ungguh, aku tidak akan siap un

ahu dia sengaja menekan perasaanya, meskipun banyak pertanyaan yang muncul dalam benak. I

raan. Tersiksa batinku terus-terusan diam selama per

ibirnya. Terlihat dari kaca spion, sepasang netra Ina tengah melih

kan." Aku menghentikan laju motor di depan rum

, Ina suka sekali dengan mak

ak makan di luar selalu rumah makan ini lah tujuannya. Lokasinya di

erhana yang tak suka menghamburkan uang untuk s

embuatku menghentikan aktivitas melepas helm. Untuk sekedar berbali

sama lauk, mubazir nanti,

ening kembali melanda, diamnya membuatku yakin keputusann

en banget makan rendang disini, loh," kataku deng

-buat. Tak biasanya dia begitu, rengekanku selalu membuatnya tersenyum, tapi kin

apa rasa kesal sedikit merasuki. Namun segera kutepis, aku tak boleh terpancing e

tam. Kumatikan mesin kendaraan, hendak membuka gerbang. Namun, kuurungkan niatan itu, setelah merasakan ada

untuk dirinya sendiri, langsung melenggang masuk rumah tanpa menoleh sedikitpun padaku. Ya salam,

*

riku tengah bermanja ria bersama kipas angin di sofa depan TV, kaki selonjor di meja, jilbabnya dilepas,

telah tarikan napas panjan

tercecer di lantai, ngeloyor pergi begitu saja melewatiku. Begini nih kalau

edikit ke arahku. "Mau ke mana?" t

" Netranya melirik tajam, menarik kasar t

a berlalu, masuk ke dalam kamar dengan

berteriak yang langsung mendapat balasan bunyi banti

lam. Satu jam. Dua jam. Kulewati dengan was-was. Ina tak kunjung keluar kamar. S

kebiasaan jika makan di rumah harus berdua bersa

etuk pintu kayu bercat coklat itu. "Dek, makan

aku masih

tak ada sahutan. Baiklah, memang tak

ni, mas dobrak pintunya!" ancamku

di dalam sana m

g juga kalau pintunya rusak.

seorang membuka kunci pintu. Mataku berbinar, seketika bernapas lega

aupun bicaranya ketus, teta

hwa suaminya tak mungkin mengeluarkan biaya tambahan untuk perbaikan," bat

kursi untuk dia duduki, ala-ala makan romantis di restoran berbintang. Lauk p

itnya ke atas nasi putih di piringnya. Tak lupa juga ayam goreng bum

. Aku menghela napas panjang, rasanya dada ini sesak sekali. Tangan

taku sambil mengangkat s

Saat seperti ini, apa yang harus aku lakukan?

ut sendok dari tanganku. Bibir manyunnya yang biasanya terliha

enganku. Apa sebenarnya dia ingin keluar dari tadi, tapi gengsi? Ah, dasa

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Mimpi atau firasat 2 Bab 2 Istriku3 Bab 3 Pergi dinas4 Bab 4 Kepulangan dinanti5 Bab 5 Romantisme6 Bab 6 Aku juga merasa berat. 7 Bab 7 Siapa dia, Mas 8 Bab 8 Terbiasa. 9 Bab 9 Penjelasan. 10 Bab 10 Firasat. 11 Bab 11 Mas Ilham suamiku. 12 Bab 12 Mas Ilham suamiku (2)13 Bab 13 Curiga14 Bab 14 Merasa bersalah. 15 Bab 15 Lakukan sesukamu.16 Bab 16 Siapa Aldo 17 Bab 17 Semakin runyam.18 Bab 18 Keluarga bahagia. 19 Bab 19 Malam terberat. 20 Bab 20 Garis dua 21 Bab 21 Maaf.22 Bab 22 Kembali mual. 23 Bab 23 Aktual garis dua.24 Bab 24 Dia datang.25 Bab 25 Bukan nasab. 26 Bab 26 Dasar pengganggu!27 Bab 27 Pengganggu (2)28 Bab 28 Cemburu.29 Bab 29 Seperti pengantin baru. 30 Bab 30 Kabar bahagia.31 Bab 31 Jangan sampai ramai. 32 Bab 32 Gelagat aneh Monita. 33 Bab 33 Gelagat aneh Monita 234 Bab 34 Gelagat aneh Monita 335 Bab 35 Gelagat aneh Monita 436 Bab 36 Murka Bunda37 Bab 37 Tak habis pikir38 Bab 38 Kehilangan39 Bab 39 POV Monita40 Bab 40 Monita pemenangnya41 Bab 41 Ketidakberdayaan Ilham42 Bab 42 Ketidakberdayaan Ilham (2)43 Bab 43 Sulit menahan marah44 Bab 44 Aku curiga45 Bab 45 Kesepakatan46 Bab 46 Dokter Adi47 Bab 47 Ternyata ....48 Bab 48 Dokter Adi (2)49 Bab 49 Kakak madu 50 Bab 50 Keceplosan51 Bab 51 Hati tak sekuat baja52 Bab 52 Akulah pemenangnya! 53 Bab 53 Perselisihan dua istri54 Bab 54 Hati belum bisa55 Bab 55 Berkemas56 Bab 56 Harus selalu lapor57 Bab 57 Tidak tidur bersama58 Bab 58 Perselisihan dua istri (2)59 Bab 59 Belum bisa memaafkan60 Bab 60 Ojan, pria di masa lalu61 Bab 61 Pria di masa lalu (2)62 Bab 62 Pria di masa lalu (3)63 Bab 63 Salah paham64 Bab 64 Menunaikan kewajiban65 Bab 65 Aksi nekad Monita66 Bab 66 Jerit Ilham67 Bab 67 Jerit Ilham (2)68 Bab 68 Akhir perjalanan69 Bab 69 Akhir perjalanan (2)70 Bab 70 Extra part71 Bab 71 Extra part (2)72 Bab 72 Extra part (3)73 Bab 73 Extra part (4)74 Bab 74 Rani (Season 2)75 Bab 75 Rani (2)76 Bab 76 Pesona Mas Adi77 Bab 77 Pesona Mas Adi (2)78 Bab 78 Kopi susu79 Bab 79 Ada apa denganku 80 Bab 80 Pria belum move on81 Bab 81 Pria belum move on (2)82 Bab 82 Pria belum move on (3)83 Bab 83 Tidak Sudi!84 Bab 84 Minggu depan85 Bab 85 Cerita tiga tahun silam86 Bab 86 Cerita tiga tahun silam (2)87 Bab 87 Sepasang pengantin baru88 Bab 88 Rumah baru89 Bab 89 Malam pertama, tapi bukan yang 90 Bab 90 Bertemu lagi91 Bab 91 Sentuhan penuh cinta92 Bab 92 Dari hati ke hati93 Bab 93 Suara hati Ilham94 Bab 94 Tamu yang berisik95 Bab 95 Pesan mengejutkan96 Bab 96 Rahasia Adi97 Bab 97 Akhir yang bahagia