Ingin Tenang, Dengan Menumpang
muanya selesai tepat waktu sesuai perkiraanku. Mengamati dan memastikan kembali keadaan rumah, rasanya senang
ru saja selesai ditata rapi sesuai tempatnya. Ku lepas rasa lelah dengan duduk bersandar di kursi. T
asyim–Suamiku dan Zio–Anak Bungsuku pergi bersama-sama mengikuti kegiatan gotong royong. Hari ini semua w
erbelanja, luapan air selokan masih menggenang setinggi mata kaki di depan gerbang masuk komplek. Menurut infor
il beberapa buah es batu kecil kemudian memasukkannya ke dalam gelas. Samar-samar terdengar s
Kini terdengar suara s
ihat dia mematikan televisi, kemudian beranjak pergi ke pintu depan. Ruang keluarga dan d
a?" Sesaat hening, tak terdengar jawaban apapun dari lawan bicara Nisa.
mobil travel yang mengantarnya. Biasanya dia ke sini bersama
atangan Tantenya. Kureguk es teh manis hingga tersisa setengah gelas, setel
n kurus banget. Nggak bagus tahu, kurus kayak gini!" Teganya Kak Deli mengomentari tubuh Nisa. Seola
dari kampung, kasih sana ke
ar apapun, aku men
ik Kak Deli pada Nisa. Aku tersentak. Sebenarnya apa yang te
pertama terlihat adalah raut wajahnya yang murung dan juga kesal. Anak per
! Nisa bantu angkat tadi, ternyata berat banget. Jangan
hanya ingin liburan saja. Aku terus menduga-duga, apa sebenarnya tujuan kedatangan Kak Deli ke sini. Semakin d
nya setelah kondisi kesehatan Ibu semakin memburuk. Dari hasil usaha w
bu kami sudah wafat 10 tahun yang lalu, sedangkan
uyar, saat Nisa meny
ar Nisa, tida
ang! Mamak
nget, ya? Nyinyir banget sih mulut Tante Deli, Nisa nggak suka!" Setengah berbisik Nisa berbicar
tiga kali dari hidung, dan hembuskan dari mulut. Ucap Istighfar sebanyaknya dalam hati, terus ... kasih deh
adaku, memberikan satu bungk
tidak apa isinya?" Pasti dia mengira isi plastik ini jajanan kampung kesukaannya. Camilan ada
ggak perlu bikinkan Nisa camilan lagi." Tuh kan benar dugaan ku. Belum lagi sempat menjawab, Nisa
gu sebentar. Mamak mau ganti baju dulu!" Nisa mendengus kesal,
rol dengan Kak Deli. Entah apa yang mereka bi
entak saat hendak melangkah keluar kamar, tiba-tiba saja Nisa sudah menghadang di de
nannya diangkat setinggi dada menadah padaku, sedang tangan kirinya berkacak pinggang. Tingk
dapur." Tanganku menunjuk ke
anmu. Itu oleh-oleh bisa dimakan nanti saja, tun
, ya? Nisa tidur sama adek Zio aja, ya, Mak?" Mulut Nisa mence
a segera menyingkir dari depan pintu kamar. Nisa memasang raut waja
uk santai di sofa. Sepertinya tengah
sebelum keberangkatannya, bila ingin mengunjungiku di sini. Tadi malam, setelah adzan isya berkumandang
dah marah dan keras kepala, membuatku berpikir berulang kali untuk bertanya. Daripada nant
hal ini pada Bang Hasyim. Dia hanya mengangguk saja, tand
beresin dapur, mumpung hari minggu," celotehku pada Kak
ah siap, kan? tanya Kak Deli tan
n pelanggan, rencananya nanti sore baru diambil pemiliknya, Kak!" Aku tersenyum kecut, saat
istirahat dulu, capek banget rasanya!" Pandangan Kak Deli tak lepas dari layar po
minuman yang dimintanya, malah menyuruhku bilang ke
Deli. Raut wajahnya tak menunjukkan kelelahan, penuh senyum seperti sedang kasmaran. Dengan panda
botol dan menuangkan isinya ke dalam gelas. Di atas nampan bermotif bunga,
ku gamisku. Di layar terlihat ada pesan masuk, rupanya dari B
tera nama Bang Anto, namun tak langsung ku terima panggilan teleponnya. Aku bergegas
ante Deli di kamarmu, ya. Jangan l
an di tanganku, kemudian melangkah pergi menuju kamarnya. Alhamdulillah, aku sa
rku. Jemariku menggeser tombol hijau di layar ponsel, setelah