Ingin Tenang, Dengan Menumpang
ku tiba-tiba mulas karena merasa cemas. Apakah semua mas
aRa_A
g ada di komplek sini. Apa dong alasan Tante nanti sama mereka, kalau tiba-tiba saja acaranya d
a marah besar nanti, kalau tahu Rima tetap pergi k
a dengan promosi ke tetangga di komplek tempat tinggalku ini. Dua bulan lalu, Rima menjadi
ahkan kali ini aku sengaja membuat acara rujakan biar tetangga mau datang, sangat tidak
tapi berhentinya jarak dua rumah dari rumah Tante. Yang warna orange cat rumahnya, oke?" Aku be
! Semoga saja ibu-ibu tetangga Tante ada yang bermin
lan!" tegasku. Dalam hati berucap semoga niat
um!" Rima mengakhiri
mutuskan untuk langsung ke rumah Amel saja, bergegas mengganti daster
kahkan kaki sedikit ke depan kamar Nisa, kemudian membuka sedikit pintu kamarnya
kenali itu suara Nisa yan
u keluar rumah. Ku susul Nisa yang masih berada di teras rumah, dia duduk di kursi dan sepertinya sedang melamun. Satu tangannya menopang dagu, p
kamu dari tadi, mana nggak bilang kalau mau pe
sama Bapaknya Imran di sini. Nisa tadi pergi ke rumah Lusi sebentar, te
di rumah Tante Amel saja. Sekarang Nisa makan bareng Bapak, ya! Zio sudah duluan makan. Sekalian tol
sa masuk ke kamar Nisa sendiri!" gerutu Nisa. Aku jadi merasa bersa
Jangan lupa sholat. Kalau mau nyusul Mamak, tolong sekalian bawakan 5 toples nastar sama 3 botol sirup yang di lemari dapur." Nisa berlalu
i. Sekarang aku harus fokus tentang Rima terlebih dahulu
nakan Rima berhenti tepat dihadapanku. Terdengar suara pintu rumah Amel dibuka, di depan p
kum ... Amel,
ai disiapkan, ayo masuk," ajak Amel padaku yang masih berdiri di depan pagar r
ul dia yang sedang melangkah menuju ba
dulu mengambil barangnya. Nanti ada yang
kami yang kerepotan membawa banyak barang, dia meng
barang Rima pun sudah tersusun rapi di sudut ruangan
aham, ya, jadi tanpa bertanya padaku langsung memban
ang-barang ke sini aku langsung paham. Aku nggak keberatan kok kalau acara rujakannya pindah ke rumahku, ka
yang diperlukan. Sesekali kami saling mengobrol dan bercand
a, memasak dan makan. Anak-anak kami pun juga bisa saling akrab sama seperti kami. Terdengar
anja. Aku hampir lupa belum mengabari tetangga yang lain, kalau acara rujakannya pindah ke ru
dan memberitahukan bahwa acara rujakan hari ini pi
grup komplek. Amel yang sedang berada di dekatku juga ikut membalas pesan yang ku kirim tadi, dengan senyum jahil ku senggo
i botol sirup. Ternyata di belakang Lusi ada Nisa yang tangannya t
minta bantu Zio atau Bapak." Aku menggeleng-gelengkan kepala, nggak bisa ku bayangkan kalau
kut Lusi ke kamarnya, ya? Kalau Mamak nanti butuh bantuan, panggil aja Nisa, oke!" Nisa memamerkan
sirup, hendak menata nastar dalam toples lebih kecil yang sudah Amel sediakan. Baru selesai satu
yang sedang duduk di kursi plastik, aku mengurut dada kar
toples nastarnya buat Nisa sama Lu
in Mamak begini. Iya, nih bawa aja. Bisa jantunganlah
melamun, kan?" Nisa mengambil toples dari genggam
ang Hasyim. Aku butuh pendapat dari suamiku, bagaimanapun ini adalah masalah besar. Harus di
gak bakalan selesai nih menata nastar dalam toples, Amel saja
get yang dipikirkan, tinggal setengah jam
akasih sudah sangat perhatian dan selalu membantuku!" Amel mengusap ba
kan di ujung ruangan, di atasnya sudah tertata rapi rujak beserta sambal, minuman dan camilan lain yang dibeli Amel tanpa
imkan pesan. Aku membacanya seraya menepuk dahiku, b