Ingin Tenang, Dengan Menumpang
mkan pesan. Aku membacanya seraya menepuk dahi ku, be
aRa_A
il kamu berkali-kali dari dalam kamar Nisa! Kenapa kamu nggak siapin makan siang buat aku? Apa harus bilang lapar dulu
tujuan dan maksud kedatangannya kali ini ke rumahku? Dari awal dia datang tadi terk
i meja makan. Semoga saja teriakan Kak Deli tak membuat Zio dan Bang Hasyim terganggu tid
udung saji, sepertinya Nisa membereskan semuanya seperti yang biasa sehari-hari kulakukan. Lauk yang tersisa akan disimpan di
kaan Kak Deli dari dalam kulkas, membuka tutup botol dan menuangkan ke dalam gelas. Setelah siap gega
ar Nisa. Acara Rima akan segera dimulai, tak mungkin menunggu Kak Deli sampai dia selesai mandi untuk memberitahu kalau maka
ian mengambil dompet kecil dari dalam rak meja rias dan mengisinya dengan cukup banyak lembar
ias. Merapikan jilbab dan gamis yang ku pakai. Ku ambil ponsel da
s, Dena buru-buru ada acara di rumah tetangga. Tadi pas pergi ke tetangga sebenarnya mau kasih tahu tapi Kak Deli ternyata
in dia masih berada di kamar mandi. Ku tekan tombol di layar memanggil nomor pon
ngarkan nada panggilan yang tak kunjung dijawab hingga terhenti dengan sendirinya. Ku
pintu pagarnya, Mbak Ulfa berjalan menghampiriku yang masih fokus melihat ke layar ponsel. Kami tetangga di sini biasa memanggilnya d
barengan ke sana. Ini saya bawa daster-daster adem baru datang dari Jawa. Nggak apa-apa, kan, saya sekalian tawarin ju
r yang dia bawa sepertinya sangat berat, saat aku ingin me
persilahkan Mbak Ulfa masuk terlebih dahulu dari pintu depan, sedangkan aku sen
i terlihat lucu karena Amel sekarang menggoyang-goyangkan pinggangnya dan bertingkah sangat konyol diha
dalam, kasian dia kewalahan meladeni cerewetnya Bik Sari. Kamu tahu sendi
u ruang keluarga. Nanti akan ku jelaskan pada Amel tentang masalah yang
i hidangan yang aku dan Amel sediakan. Rima sangat bersemangat dan tak merasa keberatan meladeni Bik Sari yang terkenal sangat bawel dan cerewet. Jumlah porsi rujak
uk seperti membentuk kelompok masing-masing. Sedangkan anak-anak mereka as
ang berdiri di dekatnya. Mulut Bu Desi terlihat penuh karena sedang mengunyah kue nastar
aaf, loh, kalau rasanya nggak seenak buatan Amel." Sebenarnya ingin tertawa, tapi takut nanti Bu Desi tersinggung. Beberapa tetangga ya
h Hesti? Dia nggak bisa ikut, lagi pergi sama adiknya. Mau beli buku ke tokonya Mbak Ulfa." Bu Desi masih sibuk mengunya
-Ibu yang lain mau saya ambilkan juga nggak?" Aku sed
ya pun jadi teralih padaku. Aku menangkupkan tangan memohon maaf, ternyata tanpa sengaja, ak
nawarkan diri untuk menjadi contoh pengaplikasian produk itu. Hal ini tentunya bisa sangat menguntungkan bagi Rim
Kuberikan beberapa buah pada Bu Desi, Mbak Ulfa, Dek Julia, Kak Laura dan Kak Dinar. Si
selesai menjelaskan semua tentang produk jualannya, dia mul
mayan banyak laku terjual. Aku mendekati Mbak Ulfa yang sedang mengeluarkan semua daster
a berwarna biru dan merah. Dari saku gamis, ku ambil satu lem
ggak sekalian beli buat Nisa, ini ada loh yang buat remaja," tawar Mbak Ulfa padaku.
celana panjang dan atasan lengan panjang dengan motif kartun yang
ntong plastiknya sama punya saya yang ini." Aku memberikan daster itu kembali k
atu setnya. Jadi kalau dua buah, serat
menyerahkan kembalian beserta kantong plastik berisi empat pakaian yang sudah kubayar
tu dengan tatapan mata menyelidik, Aku bingung harus menjawab seperti apa, tak mungkin menjelaska
yang bertanya seperti ini, tapi belum sempat