PRAMESWARI
ebagai anak pancingan. Sebenarnya, bukan satu atau dua orang yang memberikan saran seperti itu pada mereka tapi entah mengapa, hati
itar rumah saja, dia kelihatan nggak suka. Jangankan beramah-tamah atau berlemah-lembut? Melihat anak-anak tetangga numpang bermain di halaman rumah sa
lah, po
dah mengurus bayi?" gumamnya lagi, setelah menghempaskan tubuh di at
ek
pa ribut, bertengkar atau saling meluapkan emosi jika bisa bicara dari hati ke hati? Itulah mengapa, dalam banyak perbedaan, Giga memilih diam. Mengalah. Termasuk dalam hal obsesi Peony untuk mengadopsi anak. Giga memilih diam. Karena nggak ada
winkle li
nder wha
the wor
iamond i
winkle li
nder wha
Call: Kha
, berhenti. Pantang baginya menerima telepon sambil menyetir, karena paham hal itu sangat berbahaya. Nggak sedikit lho, kecelakaan lalu
setelah menekan tombol ANS
nyahut dengan nada suara senang, penuh semangat, "Oh, kirain kenap
s? Alhamdulillah. Nanti, cepet-cepet ngasih kabar ya
mel panjang kali lebar sama dengan luas persegi panjang. Hehe. Ter
imkan foto anak-anak panti asuhan ke whatsapp-nya. Giga menyanggupi, dari pada bonyok. Peony memang an
uuu
emalaman. Kalau sudah begitu, siapa yang patut untuk disalahkan? Giga, tentu saja. Hehe. Kadang-kadang Peony memang separah itu. Untung, Giga
*
yang belum pernah dihuninya selama ini. Dia merasa, rumah kontrakan ini sudah nggak aman lagi untuk mereka, terutama Prameswari. Entahlah, dia sendiri juga
u Prameswari berasal dari keluarga yang berkecukupan, makanya melalukan penipuan secara halus. Hemmm, tapi sampai detik ini Mbak Honey masih belum berani me
angkatnya itu sudah memaafkan---nggak menyalahkannya sama sekali---tetap saja hatinya dihantui perasaan bersalah yang nggak kecil. Lagipula, kalau pindah ke
a dengan baik. Mbak Honey nggak perlu berperasaan apapun pada Ibu. Karena jelas, Ibu nggak tahu menahu soal kejadian kriminal yang hampir mencelakai Prameswari itu. Iya, kan? Hampir tiga tahun menempatii rumah itu dan baru kali ini terjadi yang seperti itu. Benak Mba
pada Prameswari yang sedang membereskan kamar,
, Prameswari tersenyum manja, "Bisa
et bulu merah jambu bercorak bunga mawar, yang dibelinya khusus untuk Prameswari. D
tha
bak Ho
a tercipta perasaan nggak enak dan takut. Nggak enaknya, karena merasa sudah merepotkan dan menyusahkan Mbak Honey. Takutnya? Takut, kalau dia harus terpisah darinya. Harus kema
i untuk membicarakan semuanya dengan sangat hati-hati, kare
tahu tentang kemungkinan Prameswari untuk membantunya di kafe. Karena untuk sementara ini Mbak Honey harus mengurus cab
nya, perlahan-lahan terberai dan menghilang. Meskipun sisi batinnya menjerit tentang dia harus membantu Mbak Honey di ka
mana