PRAMESWARI
aar
jilbab yang ia gantungkan di kepala tempat tidur. Satu jurus kemudian, Prameswari memakainya sambil setengah berlari ke luar
tap,
a jendela depan yang sudah hancur berkeping-keping dan berserakan di lantai. Sejenak, meskipun dicengkeram ketakutan, Prameswari mengedarkan pand
kacau Aceh yang tergulung Tsunami. Hatinya meradang, 'Siapa yang
tap,
kan di lantai itu tadi. Niat hati mau menggosok gigi dan membasuh wajah, biar lebih segar namun tiba-tiba terhenti. Sorot mata bundar besarnya menangkap sosok berpakaia
ug, dug,
ijejali oleh berjuta perasaan yang tak terjemahkan, Prameswari terus memangg
lam!' panggil hatinya lagi
kan bundar besar yang dirasa bisa dijadikan tempat berlindung. Lirih, nyaris tak terdengar ba
p, tap
dari genderang mau perang. Menyakitkan, menyesakkan. Dia berpikir, mungkin inilah balasan yang harus ia dapatkan karena sudah melawan Abah. Karena sudah menyakiti hati Ummi ... Membuat Abang
tap
an tanyakan lagi, bagaimana takutnya Prameswai! Jantungnya kesemutan dan napasnya mulai memburu, tersengal-sengal yang justru mengund
kreees
a sekali nggak menyangka kalau bersamaan dengan peristiwa paling menakutkan itu, terdengar deru mesin mobil Mbak Honey memasuki halaman rumah. Sontak, si sosok serba hitam itu berlari keluar tanpa me
ari mobil dan mendapati kaca jendelanya yang seremuk r
ini sudah di luar kapasitasnya sebagai pengontrak. Sejujurnya, Mbak Honey dicekam ketakutan karena nggak juga menemukan Mytha padahal sudah mencarinya ke seluruh penjuru rumah. Kamar mandi, sampai gudang tapi hasilnya nol besar. Mbak Honey benar-benar dicekam ketakutan sekarang. Takut, kalau ternyata ada ses
penuh rasa khawatir, "Kamu di
Sebongkah besar penyesalan mengisi palung hati terdalamnya, 'Bodohnya aku, harusnya nggak ninggalin Mytha s
*
anjang, dia menyingkap taplak plastik yang menjuntai panjang. Duaaarrr! Perasaan Mbak Honey seperti tersambar petir di tengah hari yang terik, b
ru Mbak Honey panik,
an rumahnya. Wajah paruh bayanya langsung membiru lucat, berkeringat dan seka
lum akhirnya menuangkan air putih di gelas gagang u
g dan berserakan di lantai. Baginya, nggak apa-apa kalau harus mengganti kaca yang baru, tapi ada apa sebenarnya? Apa yang terjadi? Sejujurnya, Ibu khawatir dan takut. Dia juga memikirkan keselama
berapa detik kemudian sambil mendorong meja maka
icegah, Ibu menjerit histeris melihat wajah pucat Prameswari. Ibu benar-benar takut sekarang, takut kalau sampai
meriksa denyut nadi Prameswari, "Alhamdulillah, dia hanya
gat di pipi dan menguatkan diri untuk bersama-sama Ibu me
sadar dan bisa mengingat dengan jelas, semua yang terjadi tadi. Baik Ibu dan Mbak Honey
rnya sosok serb
ingin menculi